Setelah menanti hampir satu abad, Filipina dan Bermuda berhasil meraih emas pertamanya di Olimpiade. Emas pertama Filipina disumbangkan oleh angkat besi kelas 55 kg, sedangkan emas pertama Bermuda dari triatlon.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TOKYO, SELASA — Setelah menanti hampir satu abad, Filipina dan Bermuda akhirnya berhasil meraih emas pertamanya di ajang Olimpiade. Emas pertama Filipina disumbangkan oleh lifter angkat besi kelas 55 kilogram putri Hidilyn Diaz, Senin (26/7/2021), dan emas pertama Bermuda diberikan oleh atlet triatlon putri Flora Duffy, Selasa (27/7/2021).
Penampilan Diaz di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, cukup memukau dengan total angkatan 224 kg dari angkatan snatch 97 kg dan clean and jerk 127 kg. Selain merebut emas, angkatan clean and jerk atlet kelahiran 20 Februari 1991 ini tercatat sebagai capaian pribadi terbaiknya dan rekor Olimpiade.
Angkatan clean and jerk di kesempatan ketiga atau terakhir itu berhasil menyalip 1 kg di atas lifter China, Liao Qiuyun, yang memegang rekor dunia clean and jerk 129 kg dan total angkatan 227 kg. Maka itu, Liao yang jadi unggulan di Olimpiade ini harus puas meraih perak dengan total angkatan 223 kg. ”Ini seperti mimpi. Saya berusia 30 tahun dan saya pikir penampilan saya akan turun, tetapi saya terkejut saya bisa melakukannya,” ujar Diaz, atlet bertinggi 150 sentimeter ini, penuh haru.
Air mata kegembiraan mulai mengalir bahkan sebelum Diaz menjatuhkan barbel ke lantai setelah angkatan terakhirnya itu dinyatakan sah. Air mata itu seolah menjadi kristalisasi perjuangannya untuk mendapatkan emas yang memang tak mudah. ”Saya ingin mengatakan kepada generasi muda di Filipina, Anda pun bisa memiliki mimpi emas ini,” ungkapnya dilansir Channelnewsasia.com.
Lifter asal kota di selatan Filipina, Zamboanga, itu tujuh bulan terpisah jauh dari keluarga karena terjebak pembatasan Covid-19 saat berlatih di Malaysia. Kejadian itu memaksanya berlatih di pusat kebugaran darurat. ”Saya merindukan ibu saya dan makanannya. Tetapi, inilah yang saya inginkan (berlatih), inilah yang saya suka lakukan (angkat besi),” kata anak bungsu dari enam bersaudara itu dikutip Bloomberg, Selasa (27/7/2021).
Buah kerja keras
Demi emas itu, atlet yang juga Korps Wanita Angkatan Udara Filipina ini telah mengorbankan sebagian besar waktunya untuk berlatih keras, menghindari sejumlah makanan manis yang menjadi favoritnya, dan terpisah dari keluarga selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. ”Saya banyak berkorban. Pelatihan itu amat menyiksa. Tetapi, Tuhan punya rencana baik sesudahnya,” terang atlet yang mulai berlatih angkat besi sejak usia 11 tahun tersebut dilansir Time.com.
Keberhasilan Diaz itu sekaligus emas pertama bagi negaranya. Filipina telah berpartisipasi di Olimpiade sejak Paris 1924 kecuali pemboikotan di Moskwa 1980. Namun, dari ratusan atlet yang dikirim sejak 1924 sampai Rio de Janeiro 2016, prestasi terbaik mereka tiga medali perak dan tujuh perunggu. Pada 2016, Diaz menyumbangkan perak dari angkat besi 53 kg yang mengakhiri puasa medali negaranya selama 20 tahun.
Tak heran, Diaz begitu dielu-elukan oleh pemerintah dan masyarakat Filipina. Peraih emas 53 kg Asian Games 2018 Jakarta-Palembang dan emas 55 kg SEA Games 2019 Filipina ini menjadi ikon olahraga baru ”Negeri Tagalog” itu, selain petinju Manny Pacquiao. Sepulang ke negaranya, dia pun bakal menerima sejumlah bonus berlimpah, antara lain uang 33 juta peso (Rp 9,5 miliar) dari pemerintah dan pengusaha serta sebuah rumah dan tanah.
Komite Olahraga Filipina juga sudah menyiapkan insentif 10 juta peso (Rp 2,87 miliar) untuk setiap keping emas Olimpiade. ”Seluruh bangsa Filipina bangga pada Anda (Diaz) karena membawa kebanggaan dan kemuliaan bagi negara ini,” kata juru bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Harry Raque.
Emas Bermuda
Sementara itu, dalam perlombaan di Odaiba Marine Park, Tokyo, Selasa, Flora Duffy mendominasi ketiga leg trilomba, renang, bersepeda, dan lari, untuk meraih kemenangan nomor individu putri. Juara dunia 2016 dan 2017 ini mengungguli juara dunia 2020 asal Inggris, Georgia Taylor-Brown, yang meraih perak. Adapun perunggu direngkuh Katie Zaferes dari Amerika Serikat.
Duffy mencatat waktu mengesankan 1 jam 55 menit 36 detik meskipun kondisi cuaca menantang yang menunda dimulainya balapan. Kemenangan atlet berusia 33 tahun ini sekaligus menandai medali Olimpiade kedua bagi Bermuda sejak Montreal 1976 dan emas Olimpiade pertama negara di Samudra Atlantik tersebut sejak pertama kali berpartisipasi di Berlin 1936.
Emas itu menjadikan Bermuda sebagai negara terkecil dengan populasi sekitar 70.000 orang yang pernah memenangi emas Olimpiade. ”Kami adalah negara kecil, tetapi sangat berkonsentrasi pada olahraga. Saya sangat bersyukur bisa mencapai prestasi pribadi ini. Tetapi, yang lebih besar, semoga ini menginspirasi para pemuda Bermuda bahwa mereka bisa bersaing di panggung dunia kendati dari sebuah pulau sangat kecil,” ujar Duffy dikutip Dw.com.
Perdana Menteri Bermuda David Burt dalam akun Twitter pribadinya memberikan apresiasi kepada Duffy. ”Kamu sudah bekerja sangat keras dan kamu membuat seluruh pulau ini bangga,” katanya. (AFP/REUTERS)