Mutiara/Melani Tinggal Berharap Perebutan Ranking di Olimpiade
Langkah Mutiara/Melani meraih medali terhenti di babak repechage cabang rowing Olimpiade Tokyo. Meski begitu, pasangan muda ini telah memberi harapan besar untuk masa depan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
TOKYO, KOMPAS – Kans pasangan pedayung putri Indonesia, Mutiara Putri (17) dan Melani Putri (21), untuk meraih medali Olimpiade Tokyo 2020 pupus di babak repechage pada Minggu (25/7/2021). Sekarang, tugas mereka tinggal tampil semakismal mungkin di final C dalam perebutan peringkat ke 13-18.
Mutiara/Melani kembali menduduki peringkat terendah, ke-6, dalam repechage 1 yang berlangsung Sea Forest Waterway, Teluk Tokyo, Minggu pagi. Pasangan putri kelas ringan disiplin rowing (LW2X) ini mencatatkan waktu 8 menit 3,19 detik, lebih lambat dibandingkan pada kualifikasi kemarin, 7 menit 52,57 detik.
Duo debutan di Olimpiade ini gagal melaju ke babak semifinal karena tidak finis dalam posisi tiga besar. Adapun peringkat tiga besar direbut oleh tim Amerika Serikat (7 menit 21,25 detik), Belarus (7 menit 26,99 detik) dan tuan rumah Jepang (7 menit 34,45 detik).
“Kami sudah mencoba semaksimal mungkin untuk kompetitif dengan negara lain. Tetapi, angin cukup kencang saat 1.000 meter terakhir. (Angin) itu memengaruhi penampilan kami,” kata Mutiara yang baru genap berusia 17 tahun pada awal Juli tersebut.
Pada setengah perjalanan, 1.000 meter, Mutiara/Melani sebenarnya masih bisa menempel bersama rombongan di depannya. Mereka hanya tertinggal 13,65 detik dari pasangan Belarus, Ina Nikulina (26) dan Alena Furman (30), yang berada di peringkat ketiga saat itu.
Daya tahan tubuh
Namun, pasangan yang baru diduetkan pada pertengahan 2020 ini semakin tertinggal ketika menuju titik finis, 2.000 meter. Daya tahan tubuh mereka masih tertinggal jauh dibandingkan atlet negara lain yang jauh lebih senior dan berpengalaman.
Daya tahan tubuh menjadi hal yang penting dalam gelaran kali ini di Sea Forest Waterway. Seperti dikatakan Mutiara, kondisi angin cukup kencang melawan arah laju perahu. Terlebih lagi, cuaca di arena cukup panas mencapai 34 derajat celsius karena Jepang sedang dalam fase musim panas.
Saya sudah memompa semangat anak-anak untuk tampil maksimal. Tapi memang persaingan di Olimpiade ini sangat keras. Sekarang, minimal mereka harus bisa masuk 16 besar. Kalau bisa lebih baik dari itu akan sangat bagus. (M Hadris)
Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan ketika kualifikasi Olimpiade pada Mei lalu. Mereka bisa mencatatkan waktu 7 menit 35,71 detik karena dibantu oleh embusan angin. Ketika itu, cuaca juga lebih dingin karena masih musim semi.
Dengan hasil itu, Mutiara/Melani dipastikan belum bisa menyumbang medali untuk Indonesia. Meski begitu, mereka masih punya kesempatan untuk mencuri pengalaman lebih banyak. Tiga peringkat terbawah dalam repechage 1 dan 2 akan kembali berlomba di final C, Selasa.
Enam pasangan ini akan memperebutkan peringkat ke-13 sampai 18. Pasangan Indonesia akan berhadapan dengan Tunisia, Argentina, Austria, Vietnam, dan Guatemala. Mutiara/Melani punya kans lebih baik untuk bisa bersaing di kesempatan kali ini.
“Saya sudah memompa semangat anak-anak untuk tampil maksimal. Tapi memang persaingan di Olimpiade ini sangat keras. Sekarang, minimal mereka harus bisa masuk 16 besar. Kalau bisa lebih baik dari itu akan sangat bagus,” ucap M. Hadris, pelatih tim rowing Indonesia.
Kata Melani, bersaing di Olimpiade sangatlah sulit. Ajang ini ibarat dunia baru bagi mereka berdua. Mereka menghadapi atmosfer pertandingan dan lawan yang belum pernah ditemui sepanjang kariernya. Ditambah, sebagai pasangan baru, mereka baru mengikuti ajang internasional yaitu kualifikasi Olimpiade pada dua bulan lalu.
“Ini pengalaman berharga buat kami yang baru berpasangan 9 bulan karena ajang ini yang paling besar yang pernah kami ikuti. Yang jelas, Olimpiade akan jadi pelajaran berharga. Semoga bisa tampil lebih baik lagi dan memberi prestasi untuk Indonesia,” ucap Melani.