Setelah tersingkir di tangan Turki pada perempat final nomor beregu campuran, tim panahan Indonesia menyisakan harapan berprestasi pada Olimpiade Tokyo 2020 di nomor individu putra-putri dan beregu putra.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Kendati harus tersingkir di tangan Turki pada babak 8 besar nomor recurve beregu campuran Olimpiade Tokyo 2020, tim panahan Indonesia mengantungi modal berharga untuk melakoni pertandingan di nomor lainnya. Tampil tenang dan rileks, namun tetap cermat menjadi kunci bersaing di Olimpiade. Hal itu sudah dibuktikan ketika berhasil mengalahkan tim unggulan kedua, Amerika Serikat, di babak 16 Besar.
Tim panahan Indonesia masih menyisakan harapan meraih medali di nomor individu putra-putri dan beregu putra. Adapun harapan untuk meraih medali di nomor beregu campuran kandas setelah dua pemanah Indonesia, Riau Ega Agata Salsabila dan Diananda Choirunisa kalah dari pasangan Turki, Yasemin Anagoz dan Mete Gazoz, pada babak perempat final yang berlangsung di lapangan panahan Yumenoshima Park, Tokyo, Sabtu (24/7/2021).
Bertemu Turki, pemanah Indonesia gagal mengulangi penampilan impresif kala menyingkirkan Amerika Serikat di laga sebelumnya dengan skor 5-4. Ega dan Diananda harus mengakui keunggulan Anagoz dan Gazoz, 2-6.
Pelatih tim panahan Indonesia Lilies Handayani menyampaikan, ketenangan dan rasa percaya diri menjadi kunci bagi Ega serta Diananda mengalahkan pasangan Amerika Serikat, Mackenzie Brown dan Brady Ellison. Tim Amerika Serikat berada di peringkat tujuh dunia, dan pada Olimpiade Tokyo 2020 ini menjadi unggulan kedua, jauh di atas Indonesia yang menempati ranking 36 dunia. Selain itu, Brady saat ini juga berstatus sebagai pemanah putra peringkat satu dunia.
Selisih peringkat itu nyatanya tak membuat gentar Ega dan Diananda. Mereka mampu tampil rileks dan percaya diri. Tidak tampak raut wajah tegang dan terbebani dari keduanya. Sesekali mereka masih tampak bsia bercanda usai melepaskan anak panah.
Selain tampil tenang dan percaya diri, kunci mengalahkan tim unggulan itu adalah menempatkan pemanah yang siap secara mental dan teknik untuk membuka serta menutup tembakan. Menurut Lilies, pemanah pertama memegang peranan penting dalam nomor beregu. Keberhasilannya akan memotivasi pemanah kedua. Demikian pula sebaliknya.
Tadi kami sudah mencoba semaksimal mungkin untuk menentukan arah angin, dan pada saat menembak sempat tidak ada angin. Tapi saat sudah melepas anak panah, angin bertiup di tengah, sehingga arahnya belok. Kami mau memperbaiki, tapi sudah ketinggalan cukup jauh.
Ega mengemban tugas ini karena dari hasil diskusi, dia yang dinilai paling siap memulai dan menutup tembakan di setiap set.
”Urutan pemanah kami serahkan kepada atlet. Sejak mulai awal latihan di Jakarta mereka memilih urutan seperti itu. Mereka sudah nyaman dengan formasi tersebut. Riau Ega pertama dan terakhir agar dia bisa memulai serta menutup set dengan baik,” ujar Lilies.
Ketenangan dan strategi urutan pemanah itu berjalan sukses saat melawan AS. Namun, keberhasilan itu tak berlanjut kala bersua Turki. Ega dan Diananda sempat merebut set pertama dengan skor tipis, 35-34. Tapi setelah itu penampilan mereka menurun hingga kehilangan tiga set berikutnya, dengan skor akhir 2-6.
Terlalu rileks
Lilies menyebut Ega dan Diananda tampil terlampau rileks saat bersua Turki. Kemenangan atas AS di laga sebelumnya turut membuat mereka kian tenang. Ega pun sempat kurang cermat memperhitungkan embusan angin.
Kondisi itu menjadi pelajaran berharga bagi tim panahan Indonesia ketika berlaga di nomor lainnya. Lilies menekankan, para pemanah untuk tampil tenang dan rileks, tetapi harus tetap cermat.
”Kalau terlalu rileks juga tidak bagus. Tadi mereka rileks sekali, terlalu rileks, dan juga ada permasalahan teknis di peralatan yang membuat bidikan Diananda meleset dari sasaran tengah,” ujar Lilies.
Seusai menghadapi Amerika Serikat, Ega mengatakan, cuaca terik Tokyo sempat membuatnya kepanasan saat bertanding. Ia mengakui kecermatan membaca arah angin adalah kunci memanah agar tepat sasaran. Hanya saja embusan angin di Yumenoshima Park kerap berubah-ubah dan sangat sulit diprediksi.
”Tadi kami sudah mencoba semaksimal mungkin untuk menentukan arah angin, dan pada saat menembak sempat tidak ada angin. Tapi saat sudah melepas anak panah, angin bertiup di tengah, sehingga arahnya belok. Kami mau memperbaiki tapi sudah ketinggalan cukup jauh. Semoga bisa tampil lebih baik lagi di nomor berikutnya,” ujar Ega.
Korea Selatan pada akhirnya merebut medali emas di nomor beregu campuran. Pasangan An San dan Kim Je Deok mengandaskan perlawanan pasangan Belanda, Gabriela Schloesser dan Steve Wijler di final dengan skor akhir 5-3. Adapun peringkat ketiga direbut pemanah Meksiko yang menang atas Turki dengan skor 6-3.
Meski gagal di nomor beregu campuran, tim panahan Indonesia masih berpeluang berprestasi melalui Ega di nomor individu putra dan Diananda di nomor individu putri. Selain itu juga masih ada kesempatan di nomor beregu putra yang akan diwakili Ega, Alviyanto Bagas Prastyadi, dan Arif Dwi Pangestu.
Nomor-nomor tersebut akan dipertandingkan mulai 26 Juli. Dengan demikian, tim panahan Indonesia punya waktu berlatih pada Minggu (25/7/2021). Lilies mengatakan, tim pelatih akan menggelar evaluasi penampilan di nomor beregu campuran malam ini.