Selama berlatih bebas di arena pertandingan menembak Olimpiade Tokyo, 20-22 Juli, petembak putri Indonesai Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba fokus beradaptasi dengan lingkunga. Itu agar membuat nyaman dan fokus dengan baik.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Jelang laga kualifikasi nomor 10 meter senapan angin individu putri di Lapangan Tembak Asaka, Tokyo, Sabtu (24/7/2021) pukul 06.30 WIB, satu-satunya wakil Indonesia di cabang menembak Olimpiade Tokyo, Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba, terus beradaptasi dengan kondisi tempat pertandingan. Dalam menembak, menguasai suasana arena turut memengaruhi fokus, konsentrasi, dan hasil laga.
Kondisi arena pertandingan Olimpiade Tokyo dan Lapangan Tembak Senayan, Jakarta yang menjadi lokasi pemusatan latihan nasional (pelatnas) cukup berbeda. Untuk itu, Vidya perlu beradaptasi lagi dengan suasana arena di Tokyo agar bisa tampil optimal dalam laga nanti.
”Kondisi arena pertandingan Olimpiade Tokyo dan Lapangan Tembak Senayan, Jakarta yang menjadi lokasi pemusatan latihan nasional (pelatnas) cukup berbeda. Untuk itu, Vidya perlu beradaptasi lagi dengan suasana arena di Tokyo agar bisa tampil optimal dalam laga nanti,” ujar Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target Pengurus Besar Persatuan Menembak Seluruh Indonesia (PB Perbakin) Glenn C Apfel saat dihubungi, Kamis (22/7/2021).
Glenn mengatakan, sejak diizinkan latihan bebas di Lapangan Tembak Asaka, Tokyo, Selasa (20/7), Vidya fokus untuk beradaptasi dengan arena itu. Sebab, ini untuk pertama kalinya Vidya berada di arena tersebut dan dia terbiasa berada di Lapangan Tembak Senayan.
Setidaknya, ada sejumlah perbedaan antara Lapangan Tembak Asaka dan Lapangan Tembak Senayan, yakni mulai dari posisi pencahayaan lampu, suhu dalam ruangan, kondisi lantai, dan visual tempat target. ”Ini kan arena baru dan baru juga untuk Vidya. Jadi, Vidya butuh penyesuaian. Dia harus benar-benar meresapi situasi yang ada. Bahkan, aroma catnya pun perlu diresapi dalam-dalam,” katanya.
Semua faktor itu harus benar-benar dipahami agar tidak menjadi penghalang dalam pertandingan. Contohnya cahaya lampu. Kalau tidak dipahami, arah cahaya dan bayangan yang ditimbulkan bisa mengganggu pandangan petembak ketika membidik. Demikian suhu dalam ruangan ataupun arah angin dari pendingin udara, itu bisa memengaruhi pergerakan peluru.
Kekasaran lantai juga bisa memengaruhi pijakan atau kemantapan tubuh yang wajib berdiri tegak selama laga. Petembak pun patut mengetahui ketinggian papan target yang bisa berbeda 4-5 sentimeter (batas toleransi) dari tinggi normalnya 1,4 meter di atas lantai.
Vidya perlu membiasakan diri dengan warna latar belakang target yang berbeda, yakni hijau di Lapangan Tembak Asaka dan putih di Lapangan Tembak Senayan. ”Faktor warna ini tidak bisa dianggap remeh karena itu sangat memengaruhi kinerja mata dalam membidik sasaran,” tutur Glenn.
Mengulang tembakan terbaik
Glenn menuturkan, selain beradaptasi dengan lingkungan baru, Vidya juga terus mengulang fokus terbaik agar bisa mencapai tembakan terbaik yang pernah dilakukannya. Dalam latihan, Vidya bisa mencapai skor terbaik 630-631 poin. Pada pertandingan, skor terbaiknya 629,8 poin dalam Kejuaraan Menembak Daring 2021 yang dioperatori Kazakhstan pada Mei lalu.
Apalagi, jelang tanding, petembak tidak lagi dituntut untuk berlatih dalam intensitas tinggi melainkan intensitas rendah yang cenderung rileks. ”Sekarang, coach Ali Reza (Ebrahim Inanlou, pelatih asal Iran) yang mendampingi hanya mencoba mengajak Vidya mengingat atau mengulangi kembali tembakan terbaiknya. Vidya harus melupakan semua tembakan buruk atau kegagalannya,” ujarnya.
Kalau bisa mencapai skor 629-630 poin dalam latihan di laga kualifikasi Olimpiade nanti, lanjut Glenn, Vidya berpeluang masuk delapan besar dan lolos ke final yang berlangsung pukul 08.45 WIB di arena maupun tanggal yang sama dengan kualifikasi. Dari kejuaraan atau Olimpiade yang pernah ada, skor sekitar 630 poin adalah skor aman untuk ke final. ”Biasanya, delapan besar itu skornya antara 629-632 poin. Itu pun cuma satu-dua orang yang bisa mencapai 631-632 poin, sisanya 629-630,” katanya.
Di final, terang Glenn, semuanya bisa terjadi karena mental dan keberuntungan sangat berpengaruh. Kadang, yang terbaik di kualifikasi justru jadi yang terburuk di final. ”Lagi pula, peta persaingan menembak kini lebih merata. Tidak ada negara yang benar-benar mendominasi. Semuanya bisa terjadi, termasuk kejutan dari Vidya,” tuturnya.
Ibu Vidya, I Gusti Ayu Putu Indra Dewi menyampaikan, anak pertamanya itu sedang fokus untuk menghadapi pertandingan. Untuk itu, Ayu juga tidak berani mengganggu konsentrasi penembak berusia 20 tahun tersebut. Komunikasi antar keduanya hanya sebatas pesan singat dari aplikasi Whatsapp.
Percakapan diisi dengan nasihat-nasihat dari Ayu kepada Vidya dan informasi mengenai suasana di Tokyo dari Vidya ke Ayu. Kepada Ayu, Vidya memastikan dirinya merasa nyaman dan semua persiapan berlangsung lancar. ”Saya terus mendoakan dan menasihati Vidya untuk tetap fokus dan tenang karena itulah faktor penting dalam 10 meter senapan angin,” terang Ayu.