Perenang Aflah Fadlan bertekad menjadikan Olimpiade Tokyo sebagai panggung penebusan untuk keluarganya. Mempertajam rekornas bisa jadi kado manis dari Fadlan kepada orang-orang yang selama ini telah berkorban untuknya.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Kesempatan tampil di Olimpiade Tokyo 2020 adalah anugerah tidak terkira bagi dua perenang Indonesia, Aflah Fadlan Prawira dan Azzahra Permatahani. Meskipun kans meraih medali kecil, kedua atlet itu tetap ingin tampil maksimal guna menebus pengorbanan keluarga, orang-orang yang selalu berada di belakang mereka.
”Sudah bermimpi ikut Olimpiade sejak pertama kali serius di renang. Saya ingin jadi Olimpian karena panggung terbesar dunia olahraga adalah Olimpiade,’ ujar Fadlan dihubungi dari Jakarta, Senin (19/7/2021) lalu.
Fadlan akan tampil di nomor 400 meter dan 1.500 m gaya bebas putra. Sedangkan Azzahra akan bersaing di nomor 400 meter gaya campuran putri. Mereka bisa tampil di Tokyo setelah memenangkan persaingan mendapatkan kuota universality places atau dua jatah wild card untuk Indonesia.
Mereka berdua menjadi yang terbaik dari puluhan perenang dalam seleksi tahap akhir Indonesia Olympic Trial (IOT) yang berlangsung di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, 19-20 Juni 2021. Fadlan dan Azzahra layak tampil di Olimpiade setelah mengumpulkan poin sesuai persyaratan FINA (Federasi Renang Internasional).
Mereka boleh dibilang dua perenang putra dan putri terbaik Indonesia saat ini. Dengan usia yang masih sangat muda, Fadlan 23 tahun dan Azzahra 19 tahun, keduanya berpotensi untuk terus berkembang ke depannya.
Fadlan saat ini adalah pemegang rekor renang nasional untuk nomor 400 meter gaya bebas putra dengan waktu 3 menit 52,16 detik. Catatan waktu itu ia raih saat tampil di Singapore National Age Group Swimming Championship 2019. Di nomor 400 meter gaya bebas individu putra, Fadlan pernah meraih medali perunggu SEA Games 2019 dengan catatan waktu 3 menit 52,65 detik.
Rekornas nomor 1.500 meter gaya bebas putra juga masih dipegang Fadlan, yakni dengan waktu 15 menit 15,77 detik. Torehan waktu tersebut tercipta di SEA Games 2019 yang sekaligus mengantarkan Fadlan meraih medali perak.
Sementara itu, rekor 400 meter gaya ganti perorangan putri saat ini dipegang Azzahra dengan waktu 4 menit 48,51 detik yang diraih saat berlaga di Singapore National Age Group Swimming Championship 2019. Rekornas sebelumnya juga diciptakan Azzahra dengan waktu 4 menit 50,39 detik. Ia juga peraih perunggu di nomor 400 meter gaya ganti individu putri SEA Games 2019 dengan waktu 4 menit 49,55 detik.
Namun, kans Fadlan dan Azzahra untuk meraih medali di Tokyo dipastikan sangat berat. Fadlan, misalnya, akan berada satu gelanggang dengan nama-nama besar seperti Mack Horton (Australia) di nomor 400 meter gaya bebas. Catatan Horton termasuk 15 besar dunia dengan waktu 3 menit 41,65 detik. Selain itu, ada Elijah Winnington, favorit peraih medali emas lainnya asal Australia. Catatan waktu terbaiknya di nomor itu adalah 3 menit 37,45 detik.
Perenang-perenang papan atas dunia, yang masuk daftar catatan waktu terbaik FINA, rata-rata mencatatkan waktu sekitar 3 menit 40 detik untuk jarak 400 meter gaya bebas. Itu masih cukup sulit diimbangi Fadlan yang rerata capaian waktunya di nomor 400 meter masih berada di kisaran 3 menit 50 detik. Hal yang sama juga dihadapi Azzahra.
Selain itu, persiapan Fadlan dan Azzahra ke Tokyo juga minim. Pandemi Covid-19 membuat sejumlah agenda uji coba dan kejuaraan dibatalkan. Akibatnya, sangat sedikit pengalaman tanding yang bisa mereka dapatkan.
Ketika memutuskan jalan hidup sebagai atlet, Fadlan harus kehilangan sebagian masa-masa remajanya. Ia tak lagi punya banyak waktu luang bermain bersama teman-teman sebayanya.
Menyadari kondisi itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Harlin Rahardjo tidak mematok target medali kepada Fadlan dan Azzahra. Mereka hanya diharapkan mempertajam rekornas yang mereka pegang saat ini. Memecahkan rekor sendiri, ungkap Harlin, bisa disebut sebuah prestasi.
”Itu berarti mereka ada kemajuan, harus dihargai. Setiap ada kemajuan, harus kita apresiasi. Masalah dapat medali atau tidak, itu akan mengikuti,” kata Harlin.
Setidaknya, dengan tampil di panggung olahraga terbesar di dunia itu, Fadlan berkesempatan membayar semua pengorbanan orangtua yang menjadi sistem pendukung dirinya. Orangtua Fadlan adalah dua sosok yang setia mendukung karier renangnya.
Orangtuanya yang pertama kali memperkenalkan renang kepada Fadlan. Kendati tidak berlatar belakang sebagai atlet renang, mereka mendukung penuh keinginan Fadlan menekuni karier atlet renang.
Berlatih renang sejak 2004, yaitu saat masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, Fadlan awalnya tidak begitu suka renang. Namun, perlahan, Fadlan mulai memiliki banyak teman sesama perenang.
Dari sana kecintaannya terhadap renang tumbuh. Dia pun tekun berlatih hampir setiap hari. Orangtua Fadlan dengan setia mengantarkannya ke tempat latihan dengan menggunakan sepeda motor.
”Dari sana, karier saya terus naik. Dipanggil pemusatan latihan nasional tahun 2014. Lalu, ikut SEA Games pertama saya di tahun 2015 sampai akhirnya dipanggil tampil di Olimpiade,” kata Fadlan.
Ketika memutuskan jalan hidup sebagai atlet, Fadlan harus kehilangan sebagian masa-masa remajanya. Ia tak lagi punya banyak waktu luang bermain bersama teman-teman sebayanya.
Hidupnya dari hari ke hari diisi dengan latihan. Setiap hari, Fadlan mesti bangun pukul 05.00 pagi untuk berlatih di kolam. Setelah latihan, ia berangkat ke sekolah pukul 08.00. Tak jarang Fadlan terlambat tiba di sekolah. Ia bersyukur pihak sekolah memaklumi hal tersebut karena tahu kesibukannya sebagai atlet.
Orangtua Fadlan pun tak begitu mempermasalahkan nilai akademiknya di sekolah. Fadlan mengaku bukan anak yang cemerlang di kelas. Namun, dukungan terus didapatkannya dari orangtuanya.
”Ini (Olimpiade) momentum memberi kebahagiaan ke orangtua dan pelatih-pelatih di klub dan pelatnas. Pengalaman saya jadi contoh kita bisa (berbuat) sesuatu, walaupun harus berangkat dari bawah,” kata Fadlan.