Vidya Rafika, atlet menembak Indonesia, telah menjadi atlet sejak di kandungan ibunya. Vidya lolos ke Olimpiade Tokyo untuk meneruskan cita-cita ibunya yang gagal terwujud, 2000 lalu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Menjadi atlet menembak bukan sekadar profesi atau hobi bagi Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba. Penembak spesialis 10 meter senapan angin dan 50 meter senapan api tiga posisi ini sudah menjadi ”atlet” sejak dalam kandungan ibunya, I Gusti Ayu Putu Indra Dewi. Dengan lolos ke Olimpiade Tokyo, Vidya mewujudkan cita-cita lama Ayu pada 21 tahun silam.
”Waktu pertama kali tahu hamil Vidya, saya baru saja gagal lolos kualifikasi ke Olimpiade Sydney 2000. Sejak itu, saya bermunajat dan puasa tujuh hari agar anak dalam kandungan kelak bisa meneruskan cita-cita saya tampil di Olimpiade. Itu juga doa rutin saya sepanjang kehamilan,” ujar Ayu dihubungi Selasa (13/7/2021).
Darah penembak memang mengalir kental dalam tubuh Vidya. Ayahnya, Muhammad Toyib, adalah atlet menembak spesialis pistol. Adapun ibunya, Ayu, atlet menembak senapan. Toyib dan Ayu berjodoh karena olahraga menembak.
Toyib dan Ayu pernah berada dalam pemusatan latihan nasional menembak ABRI (kini TNI) di Cilodong, Depok, Jawa Barat, pada kurun 1996-2000. Ketika itu, mereka menjadi bagian dari sekitar 1.000 penembak berbakat dari angkatan bersenjata. Toyib adalah polisi di Polres Depok dan Ayu anggota TNI di Kodam III/Siliwangi.
Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia (PB Perbakin) Glenn C Apfel menjadi saksi cinta Toyib dan Ayu. Menurut Glenn, Toyib dan Ayu sempat masuk 100 besar di peringkat nomor masing-masing.
”Waktu mereka pacaran di Pelatbak ABRI, saya jadi salah satu pelatih. Dari perkenalan itu, saya tidak menyangka mereka menikah dan melahirkan Vidya yang akhirnya juga saya latih juga,” ungkap Glenn sambil tertawa.
Karier Ayu jauh lebih menonjol dibandingkan Toyib. Perempuan kelahiran Tabanan, Bali, 28 Juli 1975 itu meraih satu perak di PON Jawa Timur 2000, dua emas dan satu perak di PON 2004 Sumatera Selatan, satu emas, satu perak, dan satu perunggu di PON 2008 Kalimantan Timur, serta satu perunggu di PON 2012 Riau.
Ayu, yang masih aktif sebagai atlet sampai kini, beberapa kali mewakili Indonesia pada kejuaraan internasional. Prestasi direbutnya dari nomor spesialisnya, yakni 10 meter senapan angin, 50 meter senapan api tiga posisi, dan 50 meter senapan tiarap (prone).
Ditempa sejak dini
Sejak di kandungan, Vidya telah sering mendengar desing peluru saat Ayu berlatih. Tangis bayi Vidya yang lahir pada 27 Mei 2001 juga bergantian dengan letusan senapan.
Saat Vidya berusia empat tahun, Ayu mulai menggemblengnya dengan olah raga renang, lari, dan beladiri. Otot kaki dan tangan Vidya diperkuat sebelum dilatih menembak. Pada kelas 3 SD, Vidya mulai dilatih menembak, mulai dari lapangan pribadi di rumah Lapangan Tembak Kostrad 328 Cilodong, hingga ke Lapangan Tembak Senayan, Jakarta.
”Saya mengenal menembak karena mama. Dari kecil, saya melihat mama latihan dan lomba. Pelan-pelan, mama mengarahkan saya menjadi atlet menembak dan saya tertarik,” kata Vidya, Sabtu (10/7).
Ayu berjuang membeli peralatan menembak untuk Vidya. Perlu modal Rp 4,5 juta ribu-Rp 77,5 juta untuk membeli pakaian ukuran anak-anak dan Rp 28 juta-Rp 35 juta untuk pakaian dewasa. Senapan angin ukuran anak-anak Rp 27 juta, senapan angin ukuran dewasa Rp 65 juta, dan senapan api ukuran dewasa Rp 130 juta.
Harga peluru Rp 100.000-Rp 150.000 per kaleng, untuk tiga hari sekali per atlet.
”Untuk membeli semua peralatan bagi Vidya, saya menabung dari gaji kantor, honor atlet, dan usaha sampingan,” ujar Ayu.
Nyaris tersingkir
Karier Vidya tak selancar laju peluru yang dilepaskannya. Jatuh bangun dialaminya sebelum mencetak dua sejarah baru, yakni petembak pertama Indonesia yang langsung lolos ke Olimpiade dan salah satu peembak pertama Indonesia yang meraih medali di Piala Dunia Menembak, yaitu perunggu 50 meter senapan api tiga posisi beregu putri dalam Piala Dunia ISSF 2021 di New Delhi, India.
Selepas Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, Ayu mengisahkan, Vidya tiba-tiba sakit misterius. Tubuh atlet berusia 20 tahun itu lemas sehingga tidak bisa sekolah dan latihan menembak seperti biasanya.
Sehari-hari, Vidya lebih banyak terbaring di tempat tidur. Uniknya, nafsu makan dia melonjak yang membuat berat badannya tidak ideal. Vidya dibawa ke dokter tetapi dinyatakan tidak ada sakit apapun.
Kondisi itu dialami Vidya nyaris setahun. Dengan dorongan dari Ayu dan mental pribadi yang kuat, Vidya kembali ke lapangan tembak pada pertengahan 2019. Akan tetapi, Vidya mesti memulai lagi dari awal.
Karena lama tidak berlatih dan bertanding, peringkat nasional Vidya jeblok dan terlempar dari pelatnas. Di masa kembalinya, dia berlatih di Lapangan Tembak Senayan sendirian, terpisah dari pelatnas.
Vidya menanjak ke performa terbaiknya. Sejumlah pengurus PB Perbakin mengamati kerja keras sulung dari tiga bersaudara itu sehingga terpilih mengikuti Kejuaraan Asia 2019 di Doha, Qatar, walau penuh dengan perdebatan.
Hasilnya, Vidya menempati posisi ke-14 dengan skor 625,4 di 10 meter senapan angin. Hasil itu membuatnya lolos langsung ke Olimpiade Tokyo. Vidya kembali ke pelatnas dan dikirim ke SEA Games 2019 Filipina.
Di ajang dua tahunan itu, Vidya meraih dua emas, nomor 10 meter senapan angin individu dan nomor 10 meter senapan angin beregu campuran.
”Tantangan utama menembak adalah melawan diri sendiri. Petembak harus bisa menghadapi semua hambatan yang ada,” kata Vidya.
Peluang ke final
Kini, Vidya fokus menatap Olimpiade perdananya. PB Perbakin yakin dia bisa membuat kejutan menembus final di dua nomor yang bakal diikutinya, yakni 10 meter senapan angin individu pada Sabtu (24/7) dan 50 meter senapan api tiga posisi individu, Sabtu (31/7).
Tantangan utama menembak adalah melawan diri sendiri. Petembak harus bisa menghadapi semua hambatan yang ada
Bimbingan pelatih asal Iran, Ebrahim Inanlou alias Ali Reza, membuat performa Vidya menanjak. Setelah juara dengan skor 628 pada Kejuaraan Menembak Daring Nasional 2020 dari Lapangan Tembak Senayan, Juni 2020, dia bisa mencapai skor 629,8 dalam Kejuaraan Menembak Daring 2021, Mei 2021.
Saat latihan, Vidya bisa mencapai skor antara 630-631. Menurut Glenn, kalau bisa menjaga skor itu, Vidya berpeluang untuk menembus final 10 meter senapan angin. ”Pada Piala Dunia 2021 di Kroasia (22 Juni-3 Juli), penampilan Vidya menurun tetapi tidak terlalu drastis, yakni skor 627. Itu masih wajar karena memang kami meminta dia main tanpa beban agar puncak performanya tercapai di Olimpiade,” ujarnya.
Untuk 50 meter senapan api tiga posisi, peluang Vidya ke final disinyalir lebih besar. Dia mampu meraih perunggu nomor itu pada Piala Dunia 2021 di India meski secara beregu.
”Olimpiade bermakna sangat besar untuk karier saya. Ini buah perjuangan dan keyakinan saya bisa menjadi salah satu atlet terbaik. Saya siap bersaing dengan para petembak dunia,” pungkas Vidya.