Kans Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 telah tertutup dengan dikukuhkannya Brisbane, Australia, sebagai tuan rumah Olimpiade edisi itu. Namun, Indonesia masih berharap menjadi tuan rumah berstatus cadangan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TOKYO, RABU — Komite Olimpiade Internasional atau IOC, Rabu (21/7/2021), secara resmi mengukuhkan kota Brisbane, Australia, sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Penunjukan Brisbane memupus harapan Indonesia yang sebelumnya juga menyatakan keseriusannya untuk menggelar ajang multicabang terbesar di dunia itu.
Keputusan penunjukan Brisbane sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 itu dilakukan di Tokyo, Jepang, dua hari sebelum upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020. Menteri Utama Negara Bagian Queensland, Australia, Annastacia Palaszczuk beserta delegasi Australia datang langsung ke Tokyo untuk memberikan pemaparan terakhir kepada anggota IOC sebelum mereka melakukan pemungutan suara pada pukul 17.10 waktu Tokyo.
Brisbane ditetapkan menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 melalui pemungutan suara oleh anggota IOC pada satu sesi di Tokyo. Sebelum dibawa dalam rapat sore tadi, ibu kota Negara Bagian Queensland itu ditetapkan menjadi satu-satunya kandidat berstatus dialog yang ditargetkan (targeted dialogue).
”Kami tahu apa yang diperlukan untuk menyelenggarakan Olimpiade yang sukses di Australia,” ucap Perdana Menteri Australia Scott Morrison kepada para pemilih IOC melalui sambungan video dari kantornya.
Keputusan penunjukan Brisbane sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 disambut meriah penduduk kota di pantai timur Australia itu. Sejumlah penduduk Brisbane menonton pengumuman penujukan Brisbane oleh IOC.
Sambutan meriah di Australia
Ketika IOC menyatakan Brisbane sebagai tuan rumah, Morrison lalu mengangkat kedua tangannya ke udara dan mengacungkan dua jempol. Pesta kembang api meriah pun diadakan di Brisbane seusai kepastian penunjukan itu.
Selain Australia, sejumlah negara, seperti Indonesia, Qatar, dan Jerman, menyatakan keinginannya untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Namun, sejak awal Australia sudah beberapa langkah lebih maju dibandingkan dengan negara-negara pesaingnya tersebut.
Dengan keputusan IOC itu, Brisbane dipastikan menjadi kota ketiga di Australia yang menjadi tuan rumah Olimpiade. Sebelumnya Melbourne sudah menjadi tuan rumah pada Olimpiade 1956. Kemudian, Sydney menjadi tuan rumah Olimpiade 2000.
Brisbane menjadi kota pertama yang ditunjuk sebagai tuan rumah oleh IOC dengan format penunjukan yang baru. Sejak 2019, IOC mengubah mekanisme penawaran tuan rumah Olimpiade untuk mengurangi biaya dan mempermudah proses bagi kota-kota yang berminat. IOC mengubah mekanisme setelah melihat sejumlah calon tuan rumah mengundurkan diri pada tahun-tahun sebelumnya.
Menurut kerangka acuan Komisi Pencalonan Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan (Future Host Commission), sistem penawaran tuan rumah Olimpiade yang baru dibagi menjadi dua tahap dialog, yaitu dialog berkelanjutan (continuous dialog) dan dialog yang ditargetkan (targeted dialogue).
Ferry menyebut Indonesia masih berpeluang menjadi tuan rumah dengan status cadangan. Itu bisa terjadi apabila di kemudian hari terdapat intrik politik atau terdapat keadaan memaksa yang membuat Brisbane tiba-tiba tidak sanggup menggelar Olimpiade.
Pada tahap dialog berkelanjutan, terdapat diskusi nonkomitmen antara IOC dan kota dan negara yang tertarik menjadi tuan rumah. Sementara pada tahap dialog yang ditargetkan, ada diskusi yang ditargetkan dengan satu atau lebih pihak yang berminat menjadi tuan rumah.
Mekanisme baru ini diterapkan untuk mencegah IOC mengadu satu sama lain kota-kota atau negara-negara yang tertarik menjadi tuan rumah. Sebelum mekanisme baru itu diterapkan, persaingan menjadi tuan rumah Olimpiade kerap membutuhkan biaya tinggi dan rawan korupsi.
”Revolusi proses penawaran tuan rumah ini merupakan bagian penting dari reformasi tata pemerintahan kami yang baik,” ujar Thomas Bach, Presiden IOC, sebelum Olimpiade Tokyo digelar.
Dengan penunjukan Brisbane sebagai tuan rumah Olimpiade 2032, kans Indonesia pun otomatis tertutup. Indonesia sebelumnya berupaya menyalip Brisbane dalam proses pencalonan. Komite Olimpiade Indonesia (KOI) gencar menggalang dukungan dari negara-negara Asia demi memuluskan langkah menjadi tuan rumah.
Terkait dengan kepastian Brisbane menjadi tuan rumah, Sekretaris Jenderal KOI Ferry Kono mengatakan, Indonesia menghormati keputusan yang diambil oleh IOC walaupun kecewa. ”Indonesia juga tadi mengekspresikan kekecewaan karena sejujurnya, mekanisme baru ini juga banyak yang belum sepenuhnya paham,” katanya.
Meski sudah diputuskan, Ferry menyebut Indonesia masih berpeluang menjadi tuan rumah dengan status cadangan. Itu bisa terjadi apbila di kemudian hari terdapat intrik politik atau terdapat keadaan memaksa yang membuat Brisbane tiba-tiba tidak sanggup menggelar Olimpiade.
Kondisi itu pernah dialami Indonesia ketika menjadi tuan rumah Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Kala itu, Vietnam yang semestinya menjadi tuan rumah Asian Games 2018 mendadak mundur.
Setelah ini, langkah terdekat KOI adalah bersiap untuk mengikuti penawaran tuan rumah Olimpiade 2036. Ferry menyampaikan, Komite Pencalonan Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan mengajak Indonesia menggelar rapat mengenai penawaran tuan rumah Olimpiade 2036. Berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pencalonan hampir tuntas sepenuhnya karena isi dokumen tidak jauh berbeda dengan dokumen pencalonan sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. (AP/REUTERS)