Kasus Covid-19 mulai muncul di perkampungan atlet untuk Olimpiade Tokyo 2020. Munculnya kasus di penginapan bagi ribuan atlet memunculkan keraguan akan keamanan Olimpiade dari gangguan pandemi.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TOKYO, SABTU — Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 mengumumkan kasus Covid-19 pertama di perkampungan atlet pada Sabtu (17/7/2021). Dengan total 40 kasus yang terkait dengan ajang multicabang ini, janji panitia untuk menggelar Olimpiade dengan aman pun diragukan.
Identitas mereka, termasuk negara asal atlet, yang terinfeksi tidak disebutkan panitia untuk melindungi privasi mereka. Mereka juga hanya menyebut, orang-orang terkait Olimpiade yang terinfeksi virus adalah mereka yang berasal dari luar Jepang, yang bekerja untuk panitia. Hasil tes positif para pekerja luar negeri ini diketahui pada Jumat.
Kasus lainnya muncul pada 2 pekerja media, 7 orang dari kontraktor, dan 5 anggota panitia. Total terdapat 40 orang, warga Jepang dan internasional, yang terinfeksi Covid-19.
Namun, kasus yang paling mengkhawatirkan adalah yang terjadi di perkampungan atlet. Di tempat seluas 44 hektar itu akan tinggal sekitar 11.000 atlet yang akan berkompetisi pada 23 Juli-8 Agustus. Setelah Olimpiade, Tokyo akan menjadi tuan rumah Paralimpiade pada 24 Agustus-5 September.
Banyak di antara mereka yang tiba di Jepang sejak awal Juli untuk melakukan aklimatisasi, seperti tim rowing Jerman dan Yunani juga tim bulu tangkis Indonesia.
Di antara kontingen yang telah tiba di Tokyo, media-media Jepang memberitakan, banyak yang telah menempati perkampungan atlet. Media Kyodo memberitakan, terdapat sekitar 2.200 orang yang telah memasuki Jepang hingga saat ini.
Sebelum muncul kasus positif Covid-19 di perkampungan atlet, warga Jepang telah dibuat khawatir oleh munculnya kasus yang sama dari 2 atlet Uganda, 1 atlet Serbia, dan 1 delegasi Israel. Ini memunculkan pertanyaan tentang pengecekan yang dilakukan petugas di pintu masuk Jepang.
Akibat pandemi Covid-19, Olimpiade Tokyo 2020 menjadi ajang terbesar olahraga yang penyelenggaraannya dimundurkan setahun. Dalam beberapa kali jajak pendapat yang dilakukan berbagai media massa, masih banyak publik Jepang yang menginginkan Olimpiade dibatalkan. Namun, pemerintah dan panitia akhirnya tetap menggelar ajang empat tahunan ini dengan kebijakan tanpa penonton.
Warga khawatir, kedatangan belasan ribu anggota kontingen, media, dan pekerja internasional memperburuk penyebaran virus, apalagi dengan masih minimnya jumlah penduduk Jepang yang telah divaksin dengan dosis lengkap. Hanya 20 persen yang telah mendapat dua kali vaksin.
Meski penambahan Covid-19 di Jepang tidak sebanyak negara lain, di negara ini terdapat 834.000 kasus dengan 15.000 kematian. Jumlah kasus baru di Tokyo, yang berada dalam status darurat keempat, lebih dari 1.000 selama empat hari berturut-turut.
Saya mengerti ada faktor-faktor yang meresahkan publik. Penyelenggara harus berusaha memastikan mereka bahwa ajang ini diselenggarakan dengan aman.
”Saya mengerti ada faktor-faktor yang meresahkan publik. Penyelenggara harus berusaha memastikan mereka bahwa ajang ini diselenggarakan dengan aman,” ujar Presiden Tokyo 2020 Seiko Hashimoto dalam konferensi pers, Sabtu.
Ketua panitia penyelenggara Tokyo 2020, Toshiro Muto, menambahkan, timnya memang bekerja dengan asumsi bahwa akan muncul kasus positif Covid-19 selama Olimpiade dan Paralimpiade. Mereka berupaya mencegah meluasnya penyebaran dengan tes PCR pada setiap partisipan, termasuk tes setiap hari pada atlet yang baru tiba.
Di perkampungan atlet disediakan fasilitas kesehatan yang dibuka 24 jam. Berdasarkan gejala yang muncul, mereka yang terinfeksi akan dikarantina di hotel di luar perkampungan atau dibawa ke rumah sakit.
Pergerakan partisipan, terutama mereka yang tinggal di perkampungan atlet akan dibatasi dan diawasi. Mereka hanya diizinkan mengunjungi tempat yang telah direncanakan dan dilaporkan kepada panitia. Larangan diterapkan di antaranya untuk kunjungan ke tempat wisata, restoran, dan bar.
Penghuni perkampungan atlet juga disarankan menjaga jarak, termasuk ketika makan di tempat makan yang akan menyediakan 45.000 jenis makanan. Diharapkan, sebanyak 80 persen dari mereka tiba di Tokyo dalam keadaan telah divaksin.
Selain protokol kesehatan ketat, pandemi Covid-19 membuat panitia mengurangi kuota pers yang meliput untuk Olimpiade dan Paralimpiade. Dari rencana 8.400 orang, hanya disediakan untuk 4.600 peliput.
Namun, sebagai peringatan bahwa aturan ketat sulit untuk ditegakkan, terdapat kejadian menghilangnya atlet angkat besi Uganda, Julius Ssekitoleko. Dia menghilang dari tempat latihan timnya di Osaka pada Jumat.
Media di Jepang memberitakan, Ssekitoleko meninggalkan catatan bahwa dia ingin tinggal dan bekerja di Jepang karena kehidupan yang sulit di Uganda. Hingga kini, pihak berwenang masih mencarinya. (AFP/REUTERS)