Naturalisasi eks pemain NBA Marques Bolden menghadirkan dilema baru timnas. Pelatih timnas Rajko Toroman dinanti pilihan sulit antara Bolden atau Lester Prosper.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim nasional bola basket Indonesia dipastikan segera kehadiran pemain naturalisasi baru, Marques Bolden (23). Datangnya pemain eks tim NBA ini bisa menambah kekuatan timnas di Piala Asia FIBA 2021. Di sisi lain, tambahan ini juga menghadirkan dilema untuk pelatih Rajko Toroman.
Proses naturalisasi Bolden sudah hampir rampung sebulan jelang Piala Asia. Pengajuan kewarganegaraan Indonesia sedang diproses oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, setelah mendapat rekomendasi dari Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat.
Artinya, pebasket yang pernah membela Cleveland Cavaliers pada musim NBA 2020-2021 itu berpotensi menjadi punggawa baru timnas di Piala Asia pada Agustus nanti. Bolden akan berebut satu spot dengan pemain naturalisasi yang lebih senior, Lester Prosper (32).
Bolden sudah bergabung di pemusatan latihan timnas sejak Juni. Selama sebulan terakhir, center NBA G-League asal klub Canton Charge ini berlatih menyesuaikan diri dengan sistem ala Toroman.
“Sekarang tim sedang fokus melatih sistem bersama Bolden dan Prosper. Mungkin pelatih ingin melihat pemain mana yang akan dibawa. Sejauh ini penyesuaian Bolden bagus. Dia cepat belajar dengan sistem kami,” kata guard andalan timnas, Andakara Prastawa, saat dihubungi Jumat (16/7/2021).
Menurut Prastawa, Bolden dengan tubuh setinggi 2,11 meter sangat dominan dalam pertahanan, khususnya rebound. “Kelebihannya dia ngotot dan kuat bertahan. Tangannya panjang jadi lebih unggul pas rebound. Untuk kami, siapa saja yang dipilih sama saja, tergantung pelatih,” tambahnya.
Kelebihannya dia ngotot dan kuat bertahan. Tangannya panjang jadi lebih unggul pas rebound.
Meski cepat beradaptasi, Bolden diragukan karena baru sangat singkat bersama timnas. Saat bersamaan, Prosper sudah melekat dengan sistem timnas karena mulai bergabung sejak akhir 2019. Prosper juga terbukti tampil efisien bersama timnas di kualifikasi Piala Asia lewat sumbangan rata-rata 22 poin dan 11 rebound.
Toroman pun dinanti pilihan sulit karena FIBA hanya mengizinkan satu pemain naturalisasi untuk setiap tim. Bolden dan Prosper yang sama-sama berposisi center, punya kelebihan dan kekurangan tersendiri. Bolden lebih muda, tinggi, dan berbakat, sementara Prosper unggul dalam pemahaman sistem serta pengalaman.
Ocky Tamtelahitu, mantan pelatih dan pemain timnas, berkata penyesuaian pemain terhadap sistem pelatih tidak semudah yang dibayangkan. “Menghafalnya tidak butuh waktu lama, tetapi untuk tahu detail opsi dari sistem itu yang perlu waktu yang tidak sedikit. Sampai menjadi otomatis (bergeraknya),” katanya.
Gerakan otomatis tersebut yang harus dicapai seorang pemain untuk bisa lancar bermain di sebuah sistem. Jika bisa, sistem tersebut akan mengalir seperti air sekaligus tidak mudah dibaca oleh lawan. Ini menjadi tantangan besar untuk Bolden.
Toroman sudah menyampaikan setelah kualifikasi terakhir Piala Asia pada akhir Juni. Dia masih akan melihat adaptasi dari Bolden. Pemilihan pemain naturalisasi timnas akan bergantung pada siapa yang lebih mampu mengikuti sistemnya. Meskipun sulit, pilihan dilematis ini sangatlah manis karena timnas punya beberapa opsi, tidak seperti sebelumnya.
Adapun Bolden pernah enam kali bermain di NBA bersama Cavaliers. Dia berperan sebagai pemain pelapis dengan menit bermain sedikit, hanya rata-rata 4,8 menit. Pemain kelahiran Texas, Amerika Serikat, ini menghasilkan rerata 1,2 poin dan 1 rebound.
Menghafalnya tidak butuh waktu lama, tetapi untuk tahu detail opsi dari sistem itu yang perlu waktu yang tidak sedikit. Sampai menjadi otomatis (bergeraknya).
Bolden kemudian melanjutkan perjalanannya di G-League. Dia bermain 10 kali bersama Charge, tim afiliasi Cavaliers, pada musim 2020-2021 dengan menghasilkan rata-rata 9,2 poin, 7,5 rebound, dan 2,1 blok selama 23,9 menit. Pengalaman tampil di negara kiblat bola basket tersebut menjadi sangat berharga untuk sang pemain.
Saat kuliah, Bolden pernah satu tim bersama beberapa bintang muda ternama NBA seperti Zion Williamson dan RJ Barret di Universitas Duke. Universitas tersebut merupakan salah satu tempat penglahir bakat terbaik di NBA.
Di sisi lain, Prosper punya pengalaman bermain di banyak benua, mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika. Pengalaman itu membuat kualitasnya terjamin. Dia juga berperan sebagai sosok pemimpin dalam timnas selama ini.
Tidak pengaruh
Ocky menambahkan, pilihan pemain naturalisasi timnas tidak akan berpengaruh banyak. Mantan pelatih Pelita Jaya musim lalu ini sering kali berkata, bola basket adalah permainan tim. Individu akan membantu, tetapi tidak akan signifikan jika tidak dibarengi kontribusi seluruh pemain di lapangan.
Karena itu, hal terpenting adalah memperbaiki kualtias permainan seluruh pemain. “Banyak hal yang perlu diperbaiki. Mulai dari tembakan dan akurasinya. Lalu, bagaimana untuk membuka dengan pencetak angka dari luar yang bertubuh kecil, seperti Prastawa. Rebound dan pertahanan ini juga penting. Terakhir itu mental pemain kita dalam peperangan nanti,” pungkasnya.
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda berharap naturalisasi ini tidak berdampak pada prestasi nyata timnas di masa mendatang. Sebelumnya, timnas sudah melakukan naturalisasi cukup banyak pemain seperti Jamarr Andre Johnson dan Ibrahim Enguio Lopez. Namun, prestasi timnas tetap mandek.
“Saya berharap naturalisasi ini adalah benar-benar langkah awal di roadmap prestasi nasional olahraga. Tidak menjadi jalan pintas bagi tercapainya prestasi olah raga Indonesia di kancah regional maupun internasional,” kata Syaiful.