Para Ayah Kebanggaan Keluarga
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan sarat pengalaman tampil di dua Olimpiade. Kini mereka menjalani Olimpiade ketiga dengan tanggung jawab lebih besar, untuk menjadi contoh bagi anak-anak mereka.
Bertanding di Olimpiade Tokyo 2020, 23 Juli-8 Agustus, tak pernah terbayang dalam benak Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan. Peluang tampil untuk ketiga kali bagi masing-masing akan dinikmati dan dijalani dengan maksimal demi kebanggaan keluarga.
”Dulu dan sekarang, semangat bertanding tetap sama. Hanya saja, setelah berkeluarga, saya punya tanggung jawab terhadap keluarga. Apalagi, anak-anak sudah mengerti saat saya bertanding. Saya jadi contoh buat mereka,” ujar Ahsan, salah satu pebulu tangkis ganda putra terbaik Indonesia.
Meski anak-anak Hendra dan Ahsan belum mengerti makna Olimpiade, mereka selalu menanti kemenangan sang ayah. Keluarga selalu menjadi motivasi pasangan yang dijuluki ”The Daddies” oleh penggamar bulu tangkis itu.
Baca juga: Mohammad Ahsan Masih Haus Gelar
Saat bertanding di Jakarta, seperti ketika menjadi finalis Indonesia Terbuka BWF World Tour Super 1000 2019, Hendra dan Ahsan membawa anak-anak mereka naik podium. Hendra dengan tiga anak dan Ahsan, saat itu, dua anak.
Bagi Ahsan, Tokyo 2020 akan menjadi Olimpiade ketiga beruntun. Di Rio de Janeiro 2016, Hendra/Ahsan tersingkir pada babak penyisihan grup. Empat tahun sebelumnya, di London 2012, Ahsan mencapai perempat final saat berpasangan dengan Bona Septano.
Adapun Hendra akan menjalani Olimpiade ketiga setelah Beijing 2008 dan Rio de Janeiro 2016. Di Beijing, Hendra meraih prestasi tertinggi dengan menyumbangkan medali emas bersama Markis Kido, yang telah meninggal dunia pada 14 Juni 2021. Kido adalah kakak dari Bona.
Baca juga: Terima Kasih, Markis Kido...
Berbeda dengan Olimpiade pertama mereka, dalam dua ajang berikutnya, Hendra dan Ahsan telah menjadi ayah. Ahsan adalah ayah dari Chayra (7), King (6), dan Aisyah (5 bulan), sedangkan Hendra memiliki si kembar Richard dan Richelle (7) serta Russell (4). Kehadiran mereka, istri, dan anggota keluarga lain selalu menjadi penyemangat utama.
Namun, sebagai ayah dari anak-anak yang masih kecil, Hendra dan Ahsan pun harus selalu memberi pengertian ketika akan meninggalkan rumah untuk waktu yang lama. Anak-anak mereka memiliki kebiasaan yang sama, bertanya berapa lama sang ayah akan pergi bertanding.
”Chayra selalu bertanya, berapa lama saya pergi setiap kali saya mau bertanding. King biasanya nangis dan minta ikut saat hari saya berangkat. Saat saya harus bertanding di situasi pandemi, Chayra bahkan, melarang saya pergi. Katanya bahaya, lagi Covid. Saya pun memberi pengertian bahwa saya harus tetap bekerja dan akan tetap berhati-hati,” tutur Ahsan.
Dalam video yang diunggah dalam akun Instagram istri Ahsan, Chayra memeluk kaki Ahsan pada hari keberangkatan pemain berusia 33 tahun itu menuju Jepang, 8 Juli. Ahsan dan skuad ”Merah Putih” lainnya berangkat lebih awal untuk melakukan aklimatisasi dan persiapan akhir di Kumamoto, sebelum menuju Tokyo pada 19 Juli.
Sehari menjelang keberangkatan, seusai latihan, Hendra mengajak anak-anaknya jalan-jalan. ”Dalam situasi seperti ini, jalan-jalannya hanya keliling pakai mobil. Kami tidak keluar dari mobil. Saya kasihan sama anak-anak, daripada bosan di rumah,” kata Hendra yang masih menyempatkan diri menerima telepon dari Kompas pada 7 Juli malam.
Keluarga sangat mendukung. Mereka selalu menyemangati setiap hari. Mereka bilang supaya kami bermain dengan seluruh kemampuan. Apapun hasilnya, bagi keluarga, itu menjadi yang terbaik.
Di tengah kesibukan dengan latihan enam hari dalam sepekan, keduanya selalu memiliki waktu untuk keluarga. ”Keluarga sangat mendukung. Mereka selalu menyemangati setiap hari. Mereka bilang supaya kami bermain dengan seluruh kemampuan. Apapun hasilnya, bagi keluarga, itu menjadi yang terbaik,” tutur Hendra.
Hal lain yang tak kalah penting dikatakan Ahsan. ”Keluarga selalu mendoakan kami agar pergi dalam kondisi sehat, pulang juga sehat,” ujar pemain binaan PB Djarum itu.
Nikmati kesempatan
Setelah ganda putra hanya diwakili satu pasangan pada Olimpiade London 2012 dan Rio de Janeiro 2016, kali ini Hendra/Ahsan akan mendampingi ”adik” mereka, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Bersaing dengan lawan yang hampir semuanya berusia lebih muda, Hendra/Ahsan lolos ke Tokyo sebagai ganda putra peringkat kedua dunia, di bawah Kevin/Marcus.
”Pada awal bermain lagi bersama Koh Hendra, kami tak pernah menargetkan untuk lolos ke Olimpiade. Kami hanya berusaha menikmati dan fokus pada setiap turnamen yang diikuti. Kami tak pernah menduga masih bisa bersaing di papan atas dan sekarang mendapat kesempatan lagi ke Olimpiade,” kata Ahsan.
Baca juga: Hendra/Ahsan Bidik Olimpiade Tokyo
Hendra/Ahsan pertama kali berpasangan pada 2012, hingga Hendra memutuskan keluar dari pelatnas Cipayung pada akhir 2016, lalu berduet dengan Tan Boon Heong (Malaysia) pada 2017. Dalam periode empat tahun, mereka meraih berbagai pencapaian tinggi, di antaranya mendapat medali emas Asian Games Incheon 2014, All England 2014, serta menjadi juara dunia 2013 dan 2015.
Menjelang Piala Thomas dan Asian Games Jakarta Palembang 2018, Hendra kembali ke pelatnas dan berpartner lagi dengan Ahsan, meski mereka akhirnya tak terpilih menjadi wakil ganda putra untuk Asian Games. Hanya bisa mendurunkan dua pasangan, Tim “Merah Putih” diwakili Kevin/Marcus dan Fajar Alfian/Rian Ardianto.
Meski berstatus sebagai pemain independen, tetapi pengalaman dan sikap profesional mereka membuat PP PBSI meminta keduanya tetap berlatih di Pelatnas Cipayung agar menjadi contoh bagi pemain muda. Dua senior yang bereuni itu pun melahirkan kejutan pada 2019.
Mereka 11 kali tampil di final dari 19 turnamen dan menjuarai tiga ajang besar, yaitu All England, Kejuaraan Dunia, serta Final BWF. Prestasi tersebut melampaui Fajar/Rian yang pada awalnya ditargetkan mendampingi Kevin/Marcus ke Olimpiade.
”Sebenarnya target awal kami adalah bisa menembus semifinal pada setiap turnamen, tetapi ternyata hasilnya lebih baik. Saya tak menduga masih bisa lolos ke Olimpiade,” kata Hendra.
Baca juga: Mental Juara Ditempa dari Tekanan
Pengalaman membela Indonesia pada dua Olimpiade pun akan menjadi bekal kedua ayah itu untuk bersaing di Musashino Forest Sports Plaza, Tokyo, 24 Juli-2 Agustus.
”Olimpiade adalah ajang olahraga paling besar dengan atmosfer yang berbeda. Kami pernah merasakan atmosfer itu,” ujar Hendra, pemain binaan PB Jaya Raya.
Meski demikian, dalam partisipasi dan prestasi, Hendra/Ahsan menyadari tantangan yang akan dihadapi lebih besar. Keduanya sama-sama menyebut, lawan yang lebih muda dengan kecepatan dan tenaga lebih besar akan menjadi tantangan berat.
”Kuncinya, fokus saja satu per satu. Belajar dari pengalaman 2016, saat ini kami tidak mau terlalu berambisi. Yang penting, kami bisa mengeluarkan kemampuan terbaik. Usia juga sudah bertambah,” kata Ahsan.
Karena usia itu pula, program persiapan yang dijalani tahun ini berbeda dengan ajang-ajang besar sebelumnya. Hendra tak lagi menginap di asrama pelatnas Cipayung untuk menambah porsi latihan sendiri, yang biasanya dia lakukan pada malam hari.
”Dengan usia sekarang, latihannya hanya dua kali sehari karena pemulihannya lebih lambat,” kata adik ipar dari mantan pemain tunggal putra, Hendrawan, itu.
Baca juga: Menanti Olimpiade Terakhir
Meski demikian, seperti semua atlet yang telah berburu poin dan akhirnya lolos ke Olimpiade, Hendra/Ahsan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Apalagi, Tokyo 2020 bisa saja menjadi Olimpiade terakhir mereka. Dan, anak-anak yang kian besar menantikan kebanggaan dari ayah mereka di rumah.