Gianluigi Donnarumma memiliki bakat luar biasa yang menjadi bekalnya menjadi salah satu kiper terbaik di Eropa bahkan dunia. Potensi besar Donnarumma diketahui langsung oleh sang paman, Enrico Alfano.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AP/LAURENCE GRIFFITHS/POOL
Tangis haru kiper Italia, Gianluigo Donnarumma, saat memeluk rekan timnya seusai memenangi pertandingan melawan Spanyol pada semifinal Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris, Rabu (7/7/2021) dini hari WIB. Donnarumma tampil impresif pada pertandingan tersebut. Mantan kiper klub AC Milan ini berhasil menggagalkan tendangan penalti Alvaro Morata pada babak adu penalti.
Ketika menyaksikan laga final Italia melawan Inggris di Stadion Wembley, akhir pekan lalu, Presiden Italia Sergio Mattarella diam seribu bahasa sepanjang drama adu penalti di tribune naratama. Setelah kiper Italia, Gianluigi Donnarumma, berhasil menepis sepakan pemain Inggris, Bukayo Saka, Mattarella mengangkat tangan ke udara dan tersenyum lebar.
”Saya sangat tidak percaya tendangan Jorginho gagal, tetapi tangan Donnarumma menyelamatkan Italia,” ujar Mattarella kepada para tamu kehormatan dari Italia yang duduk di sekitarnya, salah satunya Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) Gabriele Gravina.
Penampilan Donnarumma di turnamen perdana sebagai kiper utama Italia memang patut diacungi dua jempol. Kiper setinggi 1,96 meter itu memang kalah dalam catatan kebobolan dibandingkan dengan Jordan Pickford, penjaga gawang Inggris. Donnarumma kemasukan empat gol, sedangkan Pickford hanya dua kali memungut bola dari gawangnya.
Akan tetapi, beban lawan yang dihadapi Italia dan Donnarumma jauh lebih berat dibandingkan Inggris. ”Tiga Singa” menyingkirkan Jerman, pemilik tiga gelar Piala Eropa, di babak 16 besar, selanjutnya melawan tim kuda hitam, seperti Ukraina dan Denmark. Sementara Italia, untuk menembus partai puncak, harus menghadapi Belgia dan Spanyol yang bermain menyerang dengan barisan lini depan terbaik di Eropa saat ini.
Di sisi lain, Donnarumma juga tampil amat konsisten dalam dua drama adu penalti yang dihadapi ”Gli Azzurri”. Sebelum laga final, tidak ada tim yang mampu menang dua kali beruntun dalam adu penalti di Piala Eropa 2020. Beruntung Italia memiliki Donnarumma yang mampu mengakhiri kutukan itu.
AFP/MATT DUNHAM/POOL
Kiper Italia, Gianluigi Donnarumma, berhasil menggagalkan tendangan striker Spanyol, Alvaro Morata, saat babak adu penalti pada pertandingan semifinal Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris, Rabu (7/7/2021) dini hari WIB.
Dari sembilan tendangan penalti yang dihadapi ketika melawan Spanyol dan Inggris, Donnarumma mampu menepis tiga di antaranya. Ketiga tendangan itu dieksekusi oleh Alvaro Morata, penyerang Spanyol, lalu Saka dan Jadon Sancho dari Inggris.
Keberhasilan Donnarumma itu bukan sebuah kebetulan. Sejak menembus tim utama AC Milan pada musim 2015-2016, kiper yang akrab disapa Gigio itu telah menghadapi 40 penalti dan mampu menggagalkan 14 eksekusi.
”Kami tenang ketika menghadapi adu penalti karena memiliki Gigio,” kata kapten dan bek tengah Italia, Giorgio Chiellini, dilansir Corriere dello Sport.
Chiellini menambahkan, ”Saya beruntung pernah bermain dengan Buffon, kini tampil bersama Donnarumma. Mereka kiper yang sama-sama luar biasa.”
Jika saya pemain terbaik turnamen ini, maka saya perlu berterima kasih kepada Bonucci dan Chiellini.
Meskipun menjadi pilar penting bagi keberhasilan Italia mengangkat trofi Henri Delaunay untuk kali keduanya, Donnarumma terkejut ketika namanya dipanggil untuk menerima trofi pemain terbaik turnamen dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin. Bek tengah, Leonardo Bonucci, sampai menepuk kepala Donnarumma untuk mengingatkan rekan setimnya itu agar menuju podium juara.
”Jika saya pemain terbaik turnamen ini, maka saya perlu berterima kasih kepada Bonucci dan Chiellini,” ucap kiper yang akan bergabung dengan Paris Saint-Germain di musim panas ini dengan status bebas transfer.
Donnarumma, yang rendah hati pun, menjadi kiper pertama yang dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Eropa. Selain itu, ia menjadi kiper utama termuda yang mampu membawa ”Gli Azzurri” menjadi juara. Ia bergabung dengan empat seniornya yang telah lebih dulu mempersembahkan trofi bagi Italia.
Keempat kiper legendaris Italia itu ialah Gianpiero Combi (Piala Dunia 1934), Aldo Olivieri (Piala Dunia 1938), Dino Zoff (Piala Eropa 1968 dan Piala Dunia 1982), serta Gianluigi Buffon (Piala Dunia 2006). Dengan usia yang baru menginjak 22 tahun, Donnarumma masih memiliki kesempatan untuk menyamai prestasi Zoff.
Keluarga kiper
Donnarumma memang memiliki bakat yang luar biasa yang menjadi bekalnya menjadi salah satu kiper terbaik di Eropa bahkan dunia. Potensi besar Donnarumma diketahui langsung oleh sang paman, Enrico Alfano, mantan kiper Juve Stabia. Alfano pertama kali mengajak keponakannya itu ke lapangan sepak bola yang berada di kampung halaman mereka, Castellammare di Stabia, Napoli.
”Paman membawa saya ke lapangan, memegang tangan saya, dan memberikan hasrat untuk sepak bola. Sejak saat itu saya selalu bermain sebagai kiper,” kata Donnarumma di laman FIGC. Namun, Alfano tidak bisa mendampingi dan melihat karier memesona keponakannya itu karena Alfano tutup usia pada 21 Juni 2009.
AFP/POOL/FACUNDO ARRIZABALAGA
Pemain timnas Inggris, Jadon Sancho (kanan), gagal mencetak gol setelah tendangannya pada adu penalti ditahan kiper Italia, Gianluigi Donnarumma (kiri), dalam laga final Piala Eropa di Stadion Wembley, London, Senin (12/7/2021) dini hari WIB. Pada laga itu, Italia mengalahkan Inggris melalui adu penalti dengan skor 3-2, setelah imbang 1-1 selama 120 menit.
Tak hanya paman, Gigio juga dikelilingi kiper lain di keluarganya, yaitu sang kakak, Antonio Donnarumma. Antonio pernah membela Milan pada periode 2008-2012, kemudian bergabung kembali dengan ”Si Merah Hitam” untuk menjadi pelapis Gigio pada musim 2017-2018 hingga akhir musim 2020-2021. Meski begitu, Antonio tak sehebat adik bungsunya itu karena tidak pernah mencatatkan satu penampilan untuk Milan.
Setelah bergabung dengan akademi Milan pada 2013, karier Donnarumma melesat. Ia dipanggil untuk mengisi posisi kiper ketiga pada Februari 2015 saat Milan menjamu Cesena. Kala itu, ia masih berjarak tiga hari untuk merayakan ulang tahun ke-16.
Penampilan perdananya bagi Milan tercipta pada laga melawan Sassuolo di Stadion San Siro, 25 Oktober 2015. Ketika itu, usianya baru 16 tahun dan 242 hari. Catatan itu menjadikannya kiper termuda kedua yang menjalani debut di kompetisi tertinggi Italia setelah Giuseppe Sacchi. Adapun Sacchi lebih muda 13 hari ketika menjalani debut untuk Milan pada 25 Oktober 1942.
Pada 2016, ketika berusia 17 tahun dan 189 hari, ia telah bermain dengan seragam Italia. Ia menjadi kiper termuda timnas Italia. Hingga kini, Donnarumma telah 33 kali membela ”Gli Azzurri”.
”Bagi saya, Gigio memiliki potensi untuk memenangi Ballon d’Or,” kata Vincenco Montella, Pelatih Milan pada Juli 2016-November 2017.
Setelah mempersembahkan trofi Piala Eropa 2020, Donnarumma akan memasuki babak baru dalam kariernya dengan PSG. Bersama raksasa Perancis itu, Donnarumma berpeluang merengkuh gelar liga perdana sekaligus bisa menjadi pesaing serius untuk juara Liga Champions Eropa.
Selain itu, ia juga berpeluang menutup tahun ini dengan persembahan satu lagi trofi untuk Italia, yaitu Liga Nasional Eropa. Italia akan kembali berjumpa Spanyol di semifinal Liga Nasional Eropa, 7 Oktober mendatang. Dengan usia yang baru menginjak 22 tahun, Donnarumma berpeluang meraih lebih banyak trofi di level klub dan timnas, kemudian memecahkan banyak rekor pribadi.