Gelar Piala Eropa bermakna melebihi prestasi olahraga bagi Italia. Kejayaan itu adalah momen kebangkitan bagi sepak bola Italia serta kehidupan sosial masyarakat Italia yang sempat menderita akibat pandemi Covid-19.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
AFP/POOL/LAURENCE GRIFFITHS
Pemain Italia Leonardo Bonucci mengangkat trofi juara Piala Eropa 2020. Pada laga final, timnas Italia mengalahkan Inggris melalui adu penalti, di Stadion Wembley, London, pada Senin (12/7/2021) dini hari WIB.
ROMA, SENIN – Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci tidak akan pernah melupakan kenangan terburuk mereka dengan seragam Italia yang terjadi di Stadion Friends Arena, Stockholm, Swedia, 11 November 2017. “Gli Azzurri” tumbang 0-1 dari tim tuan rumah yang melenyapkan tiket untuk berlaga di Piala Dunia 2018. Dua bek Juventus itu menangis, seperti jutaan penduduk Italia ketika itu.
Telah merasakan kesedihan akibat gagal memberi kebanggaan bersama “Gli Azzurri” membuat Chiellini dan Bonucci tampil tanpa cela di Piala Eropa 2020. Keduanya adalah potret tembok kokoh pertahanan yang melakukan segala cara untuk melindungi gawang Italia kawalan Gianluigi Donnarumma. Dalam lima laga bermain bersama, duet bek Juventus itu tidak pernah menciptakan blunder dan tidak ada satu pemain yang mampu melewati keduanya.
Di laga final melawan Inggris, Senin (12/7/2021), dini hari WIB di Stadion Wembley, Chiellini dan Bonucci sempurna meredam duo mesin gol “Tiga Singa”, Harry Kane dan Raheem Sterling. Penampilan Kane dan Sterling dibuat antiklimaks. Keduanya gagal menciptakan satu pun tembakan.
Alhasil, trofi Piala Eropa itu menjadi penebusan “dosa” mereka empat tahun silam. Chiellini dan Bonucci pun foto berdua dengan trofi Henri Delaunay di ranjang hotel serupa yang dilakukan kapten Italia di Piala Dunia 2006, Fabio Cannavaro.
CARL RECINE / POOL / AFP
Bek Italia Giorgio Chiellini (belakang) memeluk bek Italia lainnya Leonardo Bonucci pada jeda babak kedua perpanjangan waktu, dalam laga semifinal Piala Eropa melawan Spanyol, di Stadion Wembley, Selasa (6/7/2021).
Selain itu, Chiellini tertangkap kamera tersenyum puas dan berjingkrak kegirangan di lorong ruang ganti setelah bersalaman dengan bek Inggris, Harry Maguire. Adapun Bonucci berkali-kali membalas tekanan verbal dari sekitar 50.000 pendukung Inggris yang memadati Wembley.
“(Gelar juara) Ini menuju Roma. Makanlah lebih banyak pasta,” kata Bonucci di hadapan tribune fans Inggris.
(Gelar juara) Ini menuju Roma. Makanlah lebih banyak pasta.
Dengan penampilan gemilang di Piala Eropa 2020 sejumlah pihak kian mengakui kehebatan salah satu tandem terbaik dalam sejarah Italia itu. Bastian Schweinsteiger, peraih Piala Dunia 2014, menilai, keduanya adalah duet bek tengah terbaik di muka bumi saat ini.
Di luar sepak bola, kejayaan di Piala Eropa itu juga menjadi pelipur lara dari skuad “Gli Azzurri” atas derita rakyat Italia ketika diterpa gelombang virus Covid-19, Maret 2020 lalu. Italia menjadi negara yang paling awal di Eropa menderita akibat infeksi masif Covid-19 dan menerapkan pengucian wilayah di masa pandemi.
AP/LaPresse/Alessandro Garofalo
Para pendukung bersorak-sorak dan menari sembari mengibarkan bendera Italia di Piazza Bovio, Catania, Italia, setelah tim yang mereka dukung berhasil meraih Piala Eropa 2020. Kesenanagn semakin betambah karena selain meraih Piala Eropa dan gelar pemain terbaik, UEFA juga menganugerahkan Bonucci sebagai pemain terbaik di partai puncak itu.
Ribuan orang meninggal dunia, bahkan sejumlah klub Italia yang berlaga di kompetisi antarklub Eropa dituding sebagai penyebab hadirnya kluster Covid-19 di sepak bola Eropa. Hal itu salah satunya diutarakan tim Spanyol, Valencia, ketika ditumbangkan Atalanta di babak 16 besar Liga Champions 2019-2020.
“Kami berharap seluruh rakyat Italia merayakan bersama kesuksesan ini. Trofi ini untuk semua pihak yang mendukung kami meskipun banyak orang meragukan kami untuk bisa meraih mimpi ini,” kata Pelatih Italia Roberto Mancini kepada RAI Sport.
Mancini pun menjadi pelatih kelima “Gli Azzurri” yang berhasil mempersembahkan trofi setelah Vittorio Pozzo (Piala Dunia 1934 dan 1938), Ferruccio Valcareggi (Piala Eropa 1968), Enzo Bearzot (Piala Dunia 1982), dan Marcello Lippi (Piala Dunia 2006).
“Kami akhirnya bisa keluar dari sebuah masa yang sulit selama satu setengah tahun terakhir. Gelar Piala Eropa ini adalah sebuah kebahagiaan yang bermakna lebih dari sekedar olahraga, sebab hal ini telah menyatukan semua warga Italia,” ucap Fabrizio Galliano (29), warga Naples yang datang langsung ke Roma untuk melakukan nonton bareng di pusat ibu kota sekaligus menyaksikan parade kemenangan “Gli Azzurri”.
AFP/POOL/CATHERINE IVILL
Para pemain Italia merayakan gelar juara Piala Eropa 2020 dengan mengangkat trofi. Pada laga final, timnas Italia mengalahkan Inggris melalui adu penalti, di Stadion Wembley, London, pada Senin (12/7/2021) dini hari WIB.
Dua trofi terdahulu
Kondisi Italia jelang Piala Eropa 2020 serupa dengan raihan dua trofi terdahulu, yaitu Piala Dunia 1982 dan 2006, yang diselimuti lara. Pada 1982, sepak bola Italia dirundung musibah akibat skandal pengaturan skor pada awal dekade 1980-an. Kemudian, calciopoli menggemparkan Italia di tengah persiapan jelang menuju Jerman 2006.
“Sepak bola selalu hadir memberikan peran besar dalam berbagai situasi buruk bagi kehidupan masyarakat Italia. Setelah juara Piala Dunia 1982 misalnya muncul era industri baru di sepak bola atau footbalization yang membangkitkan seluruh aspek kehidupan Italia, mulai dari sosial-budaya hingga perekonomian,” tulis John Foot, Guru Besar Sejarah Modern Italia di Universitas Bristol, Inggris, dalam jurnal bertajuk “How Italian Football Creates Italian: The 1982 World Cup, the ‘Pertini Myth’, and Italian National Identity (2016)”.
Dengan fakta itu, Presiden Italia Sergio Mattarella pun langsung menyambut seluruh skuad dan ofisial Italia Piala Eropa 2020 di Istana Quirinal, Roma, yang merupakan kediaman resmi orang nomor satu di Italia, Senin (12/7) sore waktu setempat. Setelah berjumpa dan dijamu makan malam oleh Mattarella, “Gli Azzurri” langsung melakukan perayaan dengan dua bus untuk mengelilingi Kota Roma.
Ucapan Terima kasih yang amat besar saya ucapkan kepada Roberto Mancini dan seluruh pemain kami yang membela Italia dengan sangat baik dan penuh rasa hormat
“Ucapan Terima kasih yang amat besar saya ucapkan kepada Roberto Mancini dan seluruh pemain kami yang membela Italia dengan sangat baik dan penuh rasa hormat,” kata Mattarella seperti dikutip La Gazzetta dello Sport. Mattarella pun hadir langsung di Wembley untuk menyaksikan partai final.
AP/Alessandra Tarantino
Para suporter mengibarkan bendera raksasa di Kota Roma, saat merayakan kemenangan Timnas Italia atas Inggris di ajang final Piala eropa 2020. Gelar juara yang sudah ditunggu selama 53 tahun tersebut disambut sukacita warga di penjuru Italia. Membawa sejumlah atribut dan bendera Italia, mereka keluar rumah dan menggelar konvoi di jalanan.
Era baru
Setelah mengakhir penantian 53 tahun untuk merengkuh gelar Piala Eropa kedua, Italia menatap era kejayaan baru. Penampilan Italia yang konsisten meraih kemenangan di tujuh laga Piala Eropa 2020 serta mengoleksi 34 laga tak terkalahkan sejak September 2018 adalah bukti “Gli Azzurri” telah kembali menjadi kekuatan elite di percaturan sepak bola dunia.
“Kredit pantas disematkan ke Italia yang tampil memukau sepanjang turnamen dan cara mereka menguasai bola lebih baik dari kami. Mereka sangat kuat di lini pertahanan sehingga mampu menghentikan kami menciptakan peluang di depan gawang mereka,” ujar Pelatih Inggris Gareth Southgate.
Selama Piala Eropa 2020, Italia tampil dengan wajah baru. Mancini menyulap Italia menjadi tim menyerang yang gemar menguasai bola dan melakukan zona pertahanan tinggi. Oleh karena itu, tak mengherankan apabila Italia mampu unggul mutlak statistik atas Inggris dengan koleksi 61 persen penguasaan bola dan 20 peluang. Sementara itu, Inggris hanya memiliki 39 persen penguasaan bola dan menciptakan enam peluang selama 120 menit.
“Ini adalah tim Italia yang luar biasa, tetapi gelar Piala Eropa hanya sebuah awal. Gli Azzurri dapat memulai sebuah era baru seperti Spanyol dan Perancis dalam dua dekade terakhir,” ujar legenda Italia, Dino Zoff, kepada La Repubblica.
AP/Riccardo De Luca
Para pendukung turun ke jalanan di Kota Roma, untuk merayakan kemenangan timnas Italia. Kekalahan atas Italia membuat Inggris menjadi tim dengan rekor terburuk dalam adu penalti di Piala Eropa, yakni empat kali kalah.
Potensi hadirnya era baru dominasi sepak bola oleh Italia juga disampaikan media dari luar Italia. “Italia adalah contoh yang menawan bagi timnas Jerman. Perjalanan mengagumkan Italia harus menjadi model bagi Jerman untuk membangun kembali ‘Die Mannschaft’”, tulis tajuk rencana koran Jerman, Die Welt, edisi Senin.
Usai menikmati perayaan dan libur musim panas, Mancini akan langsung mempersiapkan timnya untuk Piala Dunia 2022 yang dimulai November tahun depan. Mantan pelatih Inter Milan itu juga menargetkan “Gli Azzurri” bisa menjadi juara.
“Seluruh pemain tampil sangat baik dan mereka pantas menerima pujian. Meski begitu, saya melihat tim ini masih bisa terus berkembang di masa depan,” ujar Mancini. (AFP/AP/SAN)