Dukungan Mengalir kepada Rashford, Sancho, dan Saka
Dukungan dari berbagai pihak mengalir kepada ketiga pemain Inggris yang dilecehkan secara rasialis seusai final Piala Eropa, yaitu Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka. Kepolisian mulai mengusut kasus itu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
LONDON, SELASA — Dukungan terus mengalir terhadap tiga penggawa timnas Inggris, Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka. Ketiganya menjadi sasaran kemarahan pendukung timnas Inggris karena gagal menjalankan tugas sebagai eksekutor di babak adu penalti menghadapi Italia di final Piala Eropa 2020. Pemangku kepentingan didesak bertindak tegas terhadap pelaku pelecehan rasialis.
Penyerang timnas Inggris Marcus Rashford, Selasa (13/7/2021), meminta maaf atas kegagalan mengeksekusi tendangan penalti di laga final Piala Eropa 2020 yang mempertemukan Inggris dan Italia, di Stadion Wembley, London. Rashford mengakui kesahalannya di babak adu ”tos-tosan” tersebut. Akan tetapi, dia menegaskan tak akan meminta maaf kepada publik atas siapa dirinya.
Rashford menjadi penendang penalti ketiga Inggris. Saat itu, Inggris tengah unggul 2-1 atas Italia setelah tembakan Harry Kane dan Harry Maguire sukses. Rashford, yang seharusnya bisa mempertegas keunggulan Inggris, justru gagal di saat-saat paling krusial. Ia mengambil ancang-ancang selama beberapa detik dan tembakannya membentur tiang gawang.
”Saya dapat menerima kritik atas penampilan saya sepanjang hari. Tendangan penalti saya tidak cukup baik dan seharusnya masuk. Akan tetapi, saya tidak akan pernah meminta maaf atas siapa saya dan dari mana saya berasal,” tulis penyerang Manchester United berusia 23 tahun itu di akun Twitter-nya.
Tidak hanya di media sosial, mural Rashford di kota asalnya, Withington, dirusak orang walau akhirnya ditutupi dengan pesan dukungan. Pelecehan rasialis itu mendorong polisi Inggris melakukan penyelidikan kecaman.
Asosiasi Pesepak Bola Profesional Inggris (PFA) lalu melihat data berita Channel 4 setelah final Piala Eropa 2020. Berita itu menyebut ada lebih dari 850.000 cuitan yang dianalisis selama turnamen. Hasilnya, 1.913 cuitan dikategorikan berpotensi rasis yang menyasar Sancho, Saka, Raheem Sterling, dan Rashford. Sementara 167 cuitan dianggap sebagai ucapan rasis berkategori sangat kasar.
Penyelidikan berlangsung
Kepada BBC, PFA mengatakan, untuk sementara waktu sejumlah cuitan tersebut telah dihapus. Akan tetapi, pemilik akun-akun yang mengunggahnya belum ditangguhkan secara permanen oleh Twitter. Kepala Kepolisian Cheshire Inggris Mark Roberts mengatakan, polisi tengah bekerja sama dengan Facebook, Instagram, dan Twitter terkait kasus rasialisme itu. Penyelidikan kini sedang berlangsung.
Selain berujung pada kasus rasialisme, partai puncak Piala Eropa 2020 juga menyebabkan kerusuhan yang terjadi seusai pertandingan.
Perisakan rasialis itu menuai reaksi luas, termasuk dari penggawa timnas Inggris, kalangan istana, pemimpin agama dan politisi. Kapten timnas Inggris, Harry Kane, turut pasang badan melindungi rekan-rekannya dari serangan rasialisme yang selama ini terus ”meneror” Inggris dan sejumlah negara Eropa lainnya.
Menurut Kane, ketiganya pantas mendapat perlakuan yang lebih layak. Rashford, Sancho, dan Saka, menurut Kane, adalah para pemuda yang berani mengambil risiko gagal dalam tendangan penalti. Maka itu, Kane mengecam orang-orang yang menyudutkan ketiga rekannya tersebut.
”Anda bukan penggemar Inggris dan kami tidak menginginkan Anda,” kata Kane seperti dikutip dari BBC.
Federasi Sepak Bola Inggris (FA) menyatakan akan terus berusaha tidak memberi ruang bagi tindakan-tindakan bernada rasialisme di ranah sepak bola. Akan tetapi, FA juga memohon kepada Pemerintah Inggris untuk bertindak cepat mengusut kasus itu. Dengan begitu, diharapkan kasus-kasus rasialisme tidak akan terulang kembali.
Selain berujung pada kasus rasialisme, partai puncak Piala Eropa 2020 juga menyebabkan kerusuhan yang terjadi seusai pertandingan. Kerusuhan dipicu pendukung timnas Inggris yang mengamuk karena timnya dikalahkan Italia secara dramatis.
Polisi Inggris sejauh ini telah menangkap 86 orang terkait kerusuhan tersebut. Kepolisian Inggris mengatakan, pelanggaran berkisar dari pelanggaran ketertiban umum, perusakan fasilitas publik, perilaku mabuk dan tidak tertib, serta tindakan kriminal. Sekitar 53 penangkapan terjadi di Stadion Wembley, di mana pendukung Inggris terlibat bentrok fisik bersama petugas kepolisian.