Milwaukee Bucks akhirnya memanfaatkan keunggulan postur tubuh untuk mengalahkan Phoenix Suns pada laga ketiga Final NBA. Beruntung, Bucks memiliki Giannis Antetokounmpo, raksasa asal Yunani, yang tampil prima.
Oleh
KORANO NICOLASH LMS
·4 menit baca
AP/PAUL SANCYA
Reaksi Giannis Antetokounmpo, forward Milwaukee Bucks, setelah mencetak angka saat melawan Phoenix Suns pada laga ketiga Final NBA di Fiserv Forum, Milwaukee, Senin, 12 Juli 2021. Giannis mencetak 41 angka yang membawa Bucks mengalahkan Suns, 120-100.
Warga Milwaukee menanti 47 tahun untuk bisa menyaksikan langsung tim kesayangan mereka, Milwaukee Bucks, kembali berlaga di Final NBA. Dan, para pemain Bucks membutuhkan 47 tahun dan tiga pertandingan untuk bisa menemukan cara untuk memenangi sebuah laga final.
Setelah ditumbangkan Boston Celtics, 3-4, pada Final NBA 1974 yang berlangsung hingga tujuh gim, Milwaukee baru bisa kembali menjadi tuan rumah Final NBA saat Final 2021 memasuki laga ketiga. Bucks mendapat giliran menjamu Phoenix Suns di Fiserv Forum, Milwaukee, Senin (12/7/2021). Saat itulah, Giannis dan Antetokoumpo dan kawan-kawan baru bisa menemukan cara menundukkan lawannya.
Tertinggal 0-2 dari dua laga awal yang berlangsung di Phoneix Suns Arena, Phoenix, Bucks akhirnya menemukan strategi yang tepat untuk menang. Mereka menyadari keunggulan postur tubuh dan memberi keleluasaan bagi Giannis untuk mengobrak-abrik pertahanan Suns di bawah keranjang. Hasilnya, Bucks menundukkan Suns, 120-100.
Bucks mengeksploitasi kelebihan tinggi badan atas lawannya, terutama setelah Suns kehilangan center cadangan, Dario Saric, karena cedera lutut. Giannis dengan leluasa menerobos di wilayah bawah keranjang, mencetak angka dengan dunk, lay up, jump shot, dan jika dilanggar lawan, lemparan bebas.
AP/POOL/JONATHAN DANIEL
Bintang Milwaukee Bucks, Giannis Antetokounmpo (kanan), melempar bola ke keranjang melampaui guard Phoenix Suns, Devin Booker, pada laga ketiga Final NBA di Fiserv Forum, Milwaukee, Senin, 12 Juli 2021.
Dari garis lemparan bebas, Giannis sukses melesakkan 13 dari 17 lemparan, atau lebih dari 75 persen, terutama karena tidak mendapat tekanan dari penonton. Pada dua laga awal di Phoenix, akurasi lemparan bebas pemain asal Yunani ini sekitar 60 persen karena pendukung Suns meneriakinya setiap kali pemain setinggi 2,11 meter ini dilanggar lawan.
Secara keseluruhan, dua kali pemain terbaik NBA ini mencetak 41 poin dan 13 rebound. Ini kedua kalinya Giannis mencetak lebih dari 40 angka pada laga final, setelah pada laga kedua menyumbang 42 poin dan 12 rebound.
”Dia melakukan apa yang diperlukan untuk menang. Dia bisa melakukan banyak hal, dan kami membutuhkan itu,” kata Pelatih Bucks Mike Budenholzer.
Penampilan gemilang Giannis mengangkat permainan rekan-rekannya, yang tampil buruk pada laga kedua dan membiarkan Giannis berjuang sendirian. Khris Middleton menambah 18 angka dan guard Jrue Holiday tampil tajam dengan koleksi 21 poin, termasuk lima lemparan tiga angka dari 10 upaya. Dua lemparan tiga angka beruntun dari Holiday pada kuarter ketiga membawa Bucks melaju 77-70 dan tak terkejar lagi hingga akhir pertandingan.
”Kami membutuhkannya untuk bermain seperti ini. Dan saya yakin dia akan melakukannya. Dia akan terus mengatur permainan itu untuk kami,” ujar Giannis tentang Holiday.
AP/PAUL SANCYA
Giannis Antetokounmpo (tengah) melakukan dunk ke keranjang Phoenix Suns pada laga ketiga Final NBA di Fiserv Forum, Milwaukee, Senin, 12 Juli 2021.
Para pemain Bucks juga semakin kompak dalam bertahan, mengungguli Suns dalam perebutan bola pantul, 47-36. Center pengganti Bobby Portis (11 poin, 8 rebound) sukses memimpin barisan pertahanan Bucks, memaksa pendulang angka Suns, Devin Booker, hanya mampu memasukkan tiga dari 14 upaya lemparan lapangan. Booker, yang pada dua laga pertama mencetak rata-rata 29 poin, pada laga ketiga hanya mampu menghasilkan 10 poin.
Dia melakukan apa yang diperlukan untuk menang. Dia bisa melakukan banyak hal, dan kami membutuhkan itu.
”Tim ini semakin baik dan terus belajar. Ini tentang bagaimana melepaskan tembakan sebanyak mungkin dan membuat lawan sulit melakukannya,” kata Budenholzer.
Berani bermimpi
Penampilan memikat Bucks pun membuat para pendukung mereka berani bermimpi. Mereka berulang kali berteriak, ”Bucks in six”, yang berarti Bucks bisa menjadi juara NBA dalam enam laga, atau merebut empat kemenangan beruntun dan unggul atas Suns, 4-2. Namun, hal itu mensyaratkan mereka tampil konsisten dalam tiga laga berikut, termasuk pada laga kelima saat pertandingan kembali berlangsung di Phoenix.
”Kami semakin baik antara gim 1 dan 2, dan antara gim 2 dan 3. Kami tetap harus membangun permainan kami, itu target kami,” ujar Giannis.
Aksi Giannis dan kawan-kawan membuat Suns pasrah dan melepas laga ini. Memasuki lima menit terakhir kuarter keempat, Pelatih Suns Monty Williams menarik semua pemain starternya keluar lapangan.
AP/PAUL SANCYA
Center pengganti Milwaukee Bucks, Bobby Portis (kanan), meluapkan emosi setelah mencetak poin di depan guard senior Phoenix Suns, Chris Paul, pada laga ketiga Final NBA di Fiserv Forum, Milwaukee, Senin, 12 Juli 2021.
”Sebelum laga ini saya sudah menyampaikan, mereka tidak akan menyerah. Mereka akan terus bermain sampai akhir,” kata Booker. ”Kami harus bermain sama seperti yang kami lakukan di dua laga pertama. Jika itu bisa dilakukan, kami akan berada dalam kondisi yang baik.”
Saat Booker kehilangan sentuhan, Suns ditopang oleh guard veteran Chris Paul yang membuat 19 poin serta forward Jaw Crowder dan center Deandre Ayton yang masing-masing membuat 18 poin. Namun, itu tidak cukup untuk mengatasi ketinggalan dari Bucks sehingga Williams memutuskan segera mengistirahatkan pemain utamanya sebelum laga berakhir.
Laga keempat masih akan berlangsung di Fiserv Forum, Milwaukee, Kamis (15/7/2021) pagi WIB. Meski kehilangan satu gim, Williams masih optimistis timnya bisa menyumbangkan gelar perdana bagi tim asal Phoenix itu karena mendapat dukungan penuh dari sejumlah mantan pemain Suns, termasuk mantan bintang Suns, Steve Nash, dua kali penyandang gelar pemain terbaik NBA yang kini melatih Brooklyn Nets.
”Luar biasa, karena saya baru mengenal mereka, tetapi mereka menganggap saya seperti sudah lama berada bersama Suns. Padahal, saya belum genap dua tahun melatih tim ini,” kata Williams tentang dukungan tersebut.