Setelah gagal di Piala Eropa, tiga negara berusaha bangkit dengan melakukan perombakan kursi pelatih. Jerman akan memasuki era penuh optimisme bersama Hans-Dieter Flick.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
MUENCHEN, MINGGU – Pelatih baru Jerman Hans-Dieter Flick menjalani musim panas yang tidak santai di tahun ini. Setelah menyaksikan Jerman dikalahkan untuk pertama kali oleh Inggris di turnamen mayor dalam 55 tahun, Flick langsung menyusun persiapan untuk memasuki era baru “Die Mannschaft” demi berprestasi di Piala Dunia 2022 serta mengejar trofi di Piala Eropa 2024 di rumah sendiri.
Setelah mempersembahkan tujuh trofi untuk Bayern Muenchen dalam 1,5 tahun, Flick akan kembali memandu skuad Jerman pasca mengundurkan diri dari kursi asisten pelatih setelah meraih Piala Dunia 2014. Kehadiran Flick disambut positif oleh publik Jerman usai gagal total di dua turnamen terakhir. “Die Mannschaft” gugur di fase grup Piala Dunia 2018 serta tersingkir di babak 16 besar Piala Eropa 2020.
Flick dipastikan akan menghadirkan dua hal bagi Jerman. Pertama, mengembalikan pola permainan favoritnya 4-2-3-1 yang telah membantu Jerman mencapai puncak dunia di Brasil tujuh tahun silam. Kedua, regenerasi skuad Jerman akan berjalan lebih masif. Meski begitu merunut pengalaman di Bayern, Flick juga tidak akan mengesampingkan para pemain senior yang masih memiliki kontribusi besar bagi tim.
“Saya sangat senang akan memulai kontribusi bagi timnas pada musim gugur ini,” kata Flick yang akan menjalani debut sebagai pelatih Jerman pada laga Kualifikasi Piala Dunia melawan Armenia, 6 September 2021.
Untuk formasi itu, Flick akan mengubah wajah Jerman yang bermain dengan formasi 3-4-3 dalam dua tahun terakhir bersama Joachim Loew. Selain kembali menempatkan dua bek tengah, Flick juga diprediksi akan menugaskan Joshua Kimmich sebagai gelandang tengah seperti yang dilakukannya di Bayern. Pada Piala Eropa 2020, Kimmich masih bermain di posisi bek sayap kanan.
Peran Kimmich amat vital bagi permainan fleksibel dan menyerang “Die Roten” pada era Flick. Selain melindungi dua bek tengah, Kimmich memiliki operan akurat yang bisa menjadi senjata mematikan melalui umpan-umpan jarak jauh. Flick bisa menghadirkan duet Kimmich dengan Leon Goretzka yang menjadi andalannya di Bayern. Apalagi Jerman dipastikan kehilangan Toni Kroos yang telah pensiun dari timnas usai Piala Eropa 2020.
Hanya saja, Flick akan menemui kendala besar untuk menduplikasi kesuksesan taktik 4-2-3-1 di Bayern ketika menukangi Jerman. Pasalnya, “Die Mannschaft” tengah krisis sosok penyerang bernomor sembilan. Setelah era Miroslav Klose dan Mario Gomez berakhir, Jerman tidak memiliki pemain depan utama dengan naluri gol tinggi. Hal itu tentu berbeda dengan skuad Bayern yang memiliki Robert Lewandowski.
Memang ada penyerang tengah Chelsea, Timo Werner, tetapi sulit rasanya berharap kepada Werner bisa menjadi pengganti Klose yang selalu mampu bersaing sebagai pencetak gol terbanyak di turnamen mayor. Sebab, Werner gagal mencetak satu pun gol di turnamen perdananya, Piala Eropa 2020.
Kemudian, untuk regenerasi tim, Jerman telah memiliki playmaker muda, Jamal Musiala (18), yang telah diberi kesempatan oleh Loew tampil dua kali di Piala Eropa 2020. Kemudian, terdapat tiga pemain Jerman U-21 yang meraih Piala Eropa U-21 2021 berpotensi besar mengisi skuad tim senior. Mereka adalah penyerang sayap Bayer Leverkusen, Florian Wirtz (18); penyerang tengah Borussia Dortmund, Youssoufa Moukoko (16); serta bek sayap kiri Hertha Berlin, Luca Netz (18). Ketiganya bahkan telah mencatatkan belasan penampilan di Bundesliga musim 2020-2021.
“Saya sudah tidak sabar bekerja sama dengan para pemain terbaik Jerman karena saya bisa melihat banyak pemain muda berkualitas yang tersedia. Itulah mengapa kami harus optimis dalam mempersiapkan turnamen selanjutnya, terutama Piala Eropa 2024 ketika kami menjadi tuan rumah,” ujar pelatih berusia 56 tahun itu dilansir laman Federasi Sepak Bola Jerman (DFB).
Saya sudah tidak sabar bekerja sama dengan para pemain terbaik Jerman karena saya bisa melihat banyak pemain muda berkualitas yang tersedia.
Pendahulu Flick, Loew, juga sepakat dengan potensi para pemain muda Jerman. Menurut dia, para bintang muda, seperti Werner, Kai Havertz, Leroy Sane, dan Serge Gnabry, memang masih dalam tahap belajar untuk menghadapi tekanan di turnamen bersama “Die Mannschaft”, sehingga penampilan mereka belum secemerlang di level klub.
“Para pemain muda masih membutuhkan lebih banyak pengalaman di turnamen. Berdasarkan pengalaman saya, mereka butuh menjalani dua atau tiga turnamen sebelum mencapai masa puncak yang membuat mereka bisa mengatasi berbagai situasi selama turnamen,” ucap Loew yang memimpin Jerman di 198 laga dalam 15 tahun.
Masih mencari
Ketika Jerman telah memulai babak baru untuk mempersiapkan Piala Dunia 2022 yang hanya berjarak sekitar 16 bulan, Belanda dan Rusia yang juga menghentikan kerja sama dengan pelatih di Piala Eropa 2020 masih gamang mencari pengganti. Belanda mengakhiri kerja sama dengan Frank De Boer setelah tumbang dari Ceko di babak 16 besar Piala Eropa.
De Boer mengungkapkan, alasanya melepaskan jabatan tim “Oranje” itu karena gagal memenuhi target minimal melaju hingga perempat final serta ada tekanan yang amat besar kepadanya untuk membawa Belanda berprestasi.
“Tekanan semakin meningkat yang menghasilkan situasi tidak sehat bagi saya dan tim. Kondisi itu bisa memengaruhi perjalanan kami dalam Kualifikasi Qatar 2022,” kata De Boer dalam keterangannya, akhir Juni lalu. De Boer mulai menangani Belanda pada September 2020.
Prestasi Belanda memang amat menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Setelah menjadi finalis di Piala Dunia 2010 dan merebut peringkat ketiga di Piala Dunia 2014, “Oranje” gagal tampil di Rusia 2018.
Penampilan di fase grup dengan menyapu bersih kemenangan di tiga laga penyisihan Piala Eropa sempat menghadirkan optimisme. Tetapi, hal itu belum cukup untuk Belanda mengatasi Ceko di babak 16 besar.
Sejumlah nama mulai mengemuka untuk menggantikan De Boer. Untuk nama pelatih lokal muncul Henk Ten Cate, yang kini melatih tim Qatar, Al Wahda. Ten Cate memiliki pengalaman panjang, salah satunya menjadi asisten Frank Rijkaard saat menangani Barcelona dengan raihan satu Liga Champions dan dua gelar La Liga.
Para pemain timnas Belanda bahkan telah mendukung Ten Cate untuk menjadi suksesor Ronald Koeman yang menerima pinangan Barcelona, Agustus 2020. Akan tetapi, Asosiasi Sepak Bola Kerajaan Belanda (KNVB) ketika itu lebih memilih De Boer. Selain Ten Cate, sosok pelatih senior, Louis Van Gaal, juga kembali dijagokan menjadi arsitek "Oranje".
“Pilihan kami kepada Frank (De Boer) tidak sesuai dengan harapan kami dan kami tidak puas. Sekarang saya harus mencari pengganti yang bisa memberikan prestasi lebih baik,” kata Direktur Sepak Bola KNVB Nico-Jan Hoogma dilansir laman KNVB.
Sementara itu, Federasi Sepak Bola Rusia (RFS) juga telah resmi memecat Stanislav Cherchesov dari kursi pelatih, Kamis (8/7/2021) lalu. Serupa dengan De Boer, Cherchesov dianggap gagal memenuhi target lolos ke fase gugur Piala Eropa 2020. “Sbornaya” justru menjadi juru kunci grup B meskipun memainkan dua laga babak penyisihan di hadapan pendukung sendiri di Saint Petersburg.
RFS akan mencari pengganti Cherchesov dengan target lolos ke Qatar 2022. Di putaran final, Rusia berambisi meraih prestasi seperti di Piala Dunia 2018 yang melaju hingga babak perempat final.
“Lima tahun bekerja sebagai pelatih kepala timnas akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan dalam hidup saya,” kata Cherchesov kepada majalah Moskovskij Komsomolets. (REUTERS/AFP)