Italia merengkuh gelar kedua Piala Eropa dengan alur yang sama ketiga menjadi juara Piala Dunia 2006. Unggul adu penalti setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, SENIN — Kenangan manis Italia membawa pulang gelar Piala Dunia 2006 di Berlin, Jerman, terulang ketika mengalahkan Inggris di final Piala Eropa 2020, Senin (12/7/2021) dini hari WIB, di Stadion Wembley. Kesamaan itu tidak hanya gelar juara yang dipastikan Italia harus ditentukan dalam drama adu penalti, tetapi juga dari skor akhir dan alur pertandingan hingga babak perpanjangan waktu.
Ketika meraih gelar Piala Dunia keempat, 15 tahun silam, Italia mengalahkan Perancis dengan skor 4-2 dalam adu penalti. Sebelumnya, selama 120 menit, kedua tim bermain imbang dengan skor 1-1. Dalam pertandingan itu, Zinedine Zidane membawa Perancis unggul cepat di menit ketujuh, lalu bek tengah ”Gli Azzurri”, Marco Materazzi, menyamakan kedudukan memanfaatkan situasi sepak pojok di menit ke-19.
Alur pertandingan serupa terulang pula di Wembley. Italia bermain imbang 1-1 selama 120 menit, lalu Gli Azzurri menjadi tim juara berkat kemenangan 3-2 dalam adu penalti.
Italia tertinggal lewat gol cepat Luke Shaw ketika laga belum genap berjalan 2 menit. Gol bek sayap Manchester United itu menghadirkan gegap gempita di stadion termegah di Eropa itu. Namun, situasi itu tidak menjatuhkan mental bertanding skuad asuhan Roberto Mancini.
Gli Azzurri tetap bermain sabar. Meskipun sulit menembus pertahanan kokoh Inggris, Italia tetap konsisten memainkan variasi operan-operan pendek. Italia akhirnya berhasil menyamakan kedudukan melalui peluang sepak pojok kedua di laga itu.
Sama dengan situasi di Piala Dunia 2006, gol penyama kedudukan Italia juga dicetak bek tengah dan memanfaatkan situasi sepak pojok pada menit ke-67. Kali ini giliran Leonardo Bonucci yang mencetak satu-satunya gol Italia di partai puncak Piala Eropa 2020. Berkat sumbangan gol itu, Bonucci menjadi pemain tertua yang mencatatkan nama di papan skor pada laga final Piala Eropa. Ia berumur 34 tahun dan 71 hari.
Tidak hanya mencetak gol penyama kedudukan, Bonucci juga membangkitkan mental skuad Gli Azzurri karena mampu mengeksekusi dengan sempurna sepakan dari titik putih dalam drama adu penalti. Sebelum Bonucci yang menjadi eksekutor ketiga, penyerang Andrea Belotti gagal menaklukan kiper Inggris, Jordan Pickford. Kegagalan Belotti itu disesali dirinya sekaligus menghadirkan situasi tegang di kubu Italia.
”(Gelar juara) ini menuju Roma,” teriak Bonucci ke arah kamera beberapa saat setelah kiper Italia, Gianluigi Donnarumma, menepis sepakan eksekutor terakhir Inggris, Bukayo Saka, yang memastikan kemenangan Italia.
Selain golnya, Bonucci juga menjadi benteng kokoh bagi Italia bersama tandem abadinya, Giorgio Chiellini. Kemenangan atas Inggris mempertegas peran besar keduanya bagi Gli Azzuri karena Italia tidak terkalahkan ketika mereka bermain bersama sejak 2015. Duet Bonucci-Chiellini bahu-membahu meredam dua mesin gol Inggris, Harry Kane dan Raheem Sterling. Berkat keduanya, Kane dan Sterling untuk pertama kali di Piala Eropa 2020 gagal menciptakan satu pun tembakan.
Dengan kontribusi besar bagi kemenangan Italia, tim teknis Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) menganugerahkan Bonucci sebagai pemain terbaik partai puncak. Itu menjadi catatan manis di penampilan ke-18 Bonucci di ajang Piala Eropa. Jumlah itu adalah rekor baru bagi pemain Italia di turnamen antarnegara Eropa itu.
”Penampilan bertahan yang kuat dari sosok berusia 34 tahun itu menciptakan distribusi besar bagi permainan Italia dari lini belakang dan mencetak penyama kedudukan yang amat penting,” kata Packie Bonner, analis teknik UEFA, memberikan penilaian atas performa bek Juventus itu.
Chiellini menambahkan, ”Meskipun kami mendapatkan kejutan di awal laga, kami mengambil dominasi pertandingan sejak menit awal. Kami pantas untuk kejayaan ini, kami merasakan ada sesuatu yang istimewa di udara ketika masuk ke dalam Wembley.”
Mendominasi
Bermain di depan sekitar 50.000 pendukung Inggris sama sekali tidak menggetarkan Gli Azzurri. Italia bermain sangat dominan melawan tim tuan rumah. Sebanyak 61 persen penguasaan bola dan koleksi 20 tembakan menjadi bukti sahih dominasi Italia.
Penguasaan bola Italia di babak kedua bahkan mencapai rekor tertinggi yang pernah dicatatkan satu tim dalam satu babak di Piala Eropa 2020. Pada paruh kedua laga, Italia mencatatkan 71 persen penguasaan bola.
Kami senang bisa mempertahankan identitas kami dengan memainkan penguasaan bola. Saya berharap seluruh pendukung ikut bersukacita dan merayakan kemenangan kami.
Mancini mengungkapkan, dirinya memang menginginkan anak asuhannya untuk tampil mendominasi atas Inggris. Dari tujuh laga di Piala Eropa, Gli Azzurri hanya satu kali kalah dalam koleksi penguasaan bola dari tim lawan ketika menyingkirkan Spanyol di babak semifinal.
”Kami senang bisa mempertahankan identitas kami dengan memainkan penguasaan bola. Saya berharap seluruh pendukung ikut bersukacita dan merayakan kemenangan kami,” kata Mancini sambil sesekali menyeka air matanya.
Mancini pun berterima kasih kepada seluruh pemainnya yang telah tampil luar biasa untuk mewujudkan mimpi meraih gelar Piala Eropa kedua untuk Italia. Gli Azzurri pertama kali merasakan kejayaan di ”Benua Biru” pada Piala Eropa 1968. Alhasil, jarak 53 tahun untuk dua trofi itu menjadi durasi penantian terpanjang sebuah tim di Piala Eropa dari gelar perdana ke gelar kedua.
Kutukan Inggris
Kekalahan dari Italia membuat Inggris menjadi tim dengan rekor terburuk dalam adu penalti di Piala Eropa, yakni empat kali kalah. Selain itu, Pelatih Inggris Gareth Southgate juga belum bisa keluar dari bayangan buruknya dalam drama adu penalti. Ketika masih bermain, Southgate juga sempat dijadikan kambing hitam atas tersingkirnya Inggris di semifinal Piala Eropa 1996 dari Jerman karena gagal mengeksekusi sepakan dari titik putih pada adu penalti.
Southgate pun dikritik karena menempatkan Saka, yang baru berusia 19 tahun dan bukan eksekutor penalti utama di Arsenal, sebagai penendang kelima atau penentu. Selain itu, keputusan Southgate untuk memasukkan Marcus Rashford dan Jadon Sancho ketika masa perpanjangan waktu tersisa 2 menit juga sia-sia. Keduanya yang disiapkan untuk menjadi algojo penalti justru gagal menaklukan Donnarumma.
”Saya bertanggung jawab atas kegagalan kami di adu penalti ini karena saya yang memutuskan para eksekutor. Saya menentukan sendiri urutan penendang berdasarkan apa yang mereka tunjukkan di latihan,” ucap Southgate.
Kane mencoba mengambil sisi positif dari kegagalan menjadi juara di Piala Eropa 2020. Ia menekankan, seluruh skuad Inggris tetap bersatu dan tidak akan saling menyalahkan.
”Mayoritas pemain di tim ini masih muda sehingga mereka masih memiliki banyak waktu untuk berkembang. Kegagalan ini memberikan kami motivasi ekstra untuk tampil lebih baik di Piala Dunia tahun depan,” kata penyerang Tottenham Hotspur. (AFP)