Anggaran Pelatnas Diusulkan Dialihkan untuk Asian Games 2022
SEA Games 2021 di Hanoi, Vietnam, secara resmi ditunda akibat pandemi Covid-19 yang terjadi di negara-negara Asia Tenggara. Kondisi itu membuat pelatnas SEA Games yang telah dijalani sejumlah cabor terhenti.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 membuat pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara, SEA Games 2021 di Hanoi, Vietnam, 21 November-2 Desember, ditunda. Penundaan SEA Games 2021 membuat pemusatan latihan nasional atau pelatnas yang sudah dijalani sejumlah cabang olahraga terhenti.
Agar pelatnas tetap berkesinambungan, Komite Olimpiade Indonesia mengusulkan agar anggaran pelatnas SEA Games dialihkan untuk pelatnas Asian Games 2022 yang akan berlangsung di Hangzhou, China.
Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Ferry Kono, Sabtu (10/7/2021), menyampaikan, keputusan penundaan SEA Games tahun ini diperoleh saat rapat Federasi Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEAGF) pada 8 Juli 2021. Pada saat rapat, dipaparkan mengenai perkembangan kasus Covid-19 di Asia Tenggara yang semakin mengkhawatirkan.
Menghadapi amukan Covid-19, sejumlah negara memberlakukan pengetatan mobilitas. Pemerintah Thailand menurut rencana akan menerapkan penguncian total (lockdown) di wilayahnya. Sementara Indonesia saat ini menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat demi menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Semua perwakilan negara Asia Tenggara akhirnya sepakat menerima opsi penundaan SEA Games mengingat kondisi negara masing-masing. Untuk tanggal baru pelaksanaan SEA Games akan diputuskan nanti setelah Olimpiade Tokyo selesai dilaksanakan.
”Semua perwakilan negara Asia Tenggara akhirnya sepakat menerima opsi penundaan SEA Games mengingat kondisi negara masing-masing. Untuk tanggal baru pelaksanaan SEA Games akan diputuskan nanti setelah Olimpiade Tokyo selesai dilaksanakan. SEAGF akan kembali bersidang dengan seluruh anggotanya. Di sana kami putuskan waktu yang terbaik,” tutur Ferry saat dihubungi dari Jakarta.
Menurut Ferry, KOI pada mulanya merasa keberatan dengan opsi penundaan. Itu karena sejumlah atlet Indonesia dari beberapa cabang olahraga (cabor) telah memulai pelatnas untuk menghadapi SEA Games.
Konsekuensi penundaan itu adalah penghentian pelatnas. Sebab, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang digunakan untuk membiayai pelatnas SEA Games berpotensi menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) jika pelatnas tetap dipaksakan berlanjut.
Ferry menjelaskan, usulan pengalihan anggaran pelatnas SEA Games ke Asian Games 2022 didasari sejumlah pertimbangan, yang paling utama adalah kesinambungan pelatnas. Mengalihkan anggaran pelatnas paling tidak akan membuat pelatnas tetap berjalan dan tak terhenti. Opsi itu dipandang jauh lebih baik dibandingkan menghentikan pelatnas sama sekali.
”Daripada vakum sama sekali, kan, sayang. Pelatih sudah punya program. Ini mereka berlatih dari kemarin pasti sudah ada beberapa yang mencapai target. Kalau ini harus berhenti, kan, sayang juga. Jadi kami berharap ini bisa dilanjutkan saja pelatnasnya sehingga waktu persiapan ke Asian Games menjadi lebih panjang,” katanya.
Merasa keberatan
Sementara itu, pengurus dan pelatih sejumlah induk cabang olahraga mengutarakan keberatannya apabila pelatnas dihentikan. Pelatih tim nasional voli pantai Indonesia Agus Karim memandang penghentian pelatnas merugikan persiapan para atlet selama ini. Timnas voli pantai juga telah mengagendakan sejumlah uji coba ke Taiwan untuk mematangkan persiapan menuju SEA Games.
”Kalau dihentikan, secara teknis itu akan mengganggu jadwal pelatnas. Artinya, nanti kami harus mulai dari nol lagi. Tapi kalau itu keputusannya, ya, kami harus ikuti,” kata Agus.
Hal serupa disampaikan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Herlin E Rahardjo. Ia mendukung usulan untuk mengalihkan anggaran pelatnas SEA Games ke Asian Games 2022. Bagi Herlin, yang terpenting adalah memastikan latihan tetap berlanjut. Untuk itu, jika usulan pengalihan anggaran pelatnas disetujui, PRSI akan melakukan sejumlah penyesuaian.
Namun, bila pada akhirnya pelatnas terpaksa terhenti, Harlin mengatakan akan mencoba melakukan konsolidasi internal di PRSI. Konsolidasi itu termasuk upaya untuk mencari sponsor agar pelatnas bisa tetap berjalan.
”Pengalihan anggaran pelatnas itu sangat membantu karena bisa menjaga kesinambungan latihan. Kami sebagai induk cabor tidak ingin latihan berhenti lalu nanti mulai lagi, karena itu akan memengaruhi kondisi dan kekompakan atlet,” ujar Harlin.
Saat dikonfirmasi, Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto dapat memahami keinginan para pengurus induk federasi olahraga tersebut. Oleh sebab itu, Gatot turut mendukung dan berjanji akan berkonsultasi dengan BPK terkait kemungkinan opsi mengalihkan anggaran pelatnas SEA Games ke Asian Games pada pekan depan.
Gatot juga mempersilakan pengurus induk federasi olahraga untuk mencoba opsi alternatif pembayaan pelatnas agar tetap berkesinambungan, salah satunya menggaet sponsor.
”Jika disetujui, nanti (anggaran) akan direvisi oleh Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu (Kementerian Keuangan). Hikmahnya, persiapan Asian Games bisa lebih panjang,” kata Gatot.