Tim-tim yang berlaga di Piala Eropa kali ini banyak memperagakan permainan ofensif atau menyerang. Laga-laga menarik ini tidak hanya memberi tontonan menarik, tapi juga rekor baru untuk gol di kejuaraan Piala Eropa.
Oleh
Andreas Yoga Prasetyo
·6 menit baca
AFP/POOL/JUSTIN TALLIS
Pemain Timnas Inggris Harry Kane (kanan) merayakan golnya ke gawang Denmark pada semifinal Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, London, Kamis (8/7/2021). Inggris memenangi laga itu dengan skor 2-1.
Kejuaraan Piala Eropa 2020 dipenuhi aksi sepak bola menyerang yang diperagakan tim-tim peserta. Untuk membutuhkan kemenangan, tidak cukup hanya mengandalkan serangan, tapi juga kreativitas untuk menciptakan peluang dan menghasilkan gol.
Turnamen sepak bola Piala Eropa 2020 menghadirkan pertandingan yang menarik dan menyuguhkan banyak gol. Sejak laga-laga perdana di babak penyisihan grup, atmosfer pertandingan yang penuh semangat kemenangan sudah terasa. Di Grup A, gelaran laga perdana tim nasional Italia di bawah asuhan pelatih Roberto Mancini berhasil mengalahkan timnas Turki dengan skor 3-0.
Kesuksesan serupa juga dialami tim Belgia yang menjalani pertandingan pertama melawan tim Rusia di fase penyisihan Grup B. Belgia berhasil mengalahkan Rusia 3-0 melalui gol yang dicetak Romelo Lukaku dan Thomas Meunier. Pertandingan lain yang tak kalah menarik di Grup B mempertemukan Austria dan tim debutan Macedonia Utara dengan kemenangan 3-1 untuk tim Austria.
Di Grup C, laga perdana dimeriahkan dengan penampilan atraktif tim Belanda dan Ukraina yang membuat pertandingan diwarnai lima gol. Hasil akhir kemenangan diraih Belanda dengan selisih gol 3-2. Sementara di Grup F, tim Portugal berhasil mengalahkan Hongaria dengan skor 3-0.
Pertandingan berikutnya di fase penyisihan grup juga masih mencatatkan laga menarik seperti saat Italia mengalahkan Swiss (3-0), Jerman yang berhasil menaklukkan Portugal (4-2), Denmark mengungguli Rusia (4-1), hingga Spanyol yang berhasil menyingkirkan Slovakia (5-0).
AFP/POOL/RYAN PIERSE
Gelandang Italia Matteo Pessina (bawah) mencetak gol ke gawang Wales yang dijaga Danny Ward (kanan) dalam lanjutan Piala Eropa 2020 Grup A di Stadion Olimpico, Roma, Italia, Minggu (20/6/2021) malam WIB.
Di babak selanjutnya, yaitu 16 besar, Wales yang berhadapan dengan dengan Denmark dibuat takluk dengan kemenangan 4-0 untuk Denmark. Masih di babak 16 besar, timnas Spanyol lolos babak ke perempat final setelah mengalahkan Kroasia dengan skor 5-3 melalui babak perpanjangan waktu.
Laga-laga menarik ini bukan hanya memberi tontonan menarik, tapi juga rekor baru untuk gol di kejuaraan Piala Eropa. Gol pemain Kroasia, Mislav Orsi, ke gawang Spanyol di babak 16 besar menjadi rekor baru jumlah gol di putaran final turnamen Euro. Rekor gol sebelumnya adalah 108 gol di gelaran Piala Eropa 2016. Dengan gol yang dibuat Mislav Orsi, Piala Eropa 2020 telah mencatatkan 109 gol, melewati capaian di turnamen 2016 silam.
Hingga babak semifinal, Rabu (7/7/2021), kejuaraan Euro 2020 telah menghasilkan 140 gol dari 50 pertandingan yang dimainkan. Jika di rata-rata, setiap pertandingan menghasilkan 2,8 gol. Dengan hasil ini, bukan hanya jumlah gol yang menjadi catatan rekor gol di Piala Eropa 2020, melainkan juga rata-rata gol yang tercipta di setiap pertandingan.
Gelaran Piala Eropa 2016 menghasilkan 108 gol dari 51 pertandingan. Sebelumnya, di Piala Eropa 2000 ada 85 gol yang dihasilkan dari 31 pertandingan.
Data yang dihimpun Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) memperlihatkan, rata-rata gol yang tercipta di setiap gelaran Piala Eropa sebelumnya masih di bawah capaian di Piala Eropa 2020. Bahkan, jika ditelusuri lebih jauh lagi, rasio gol per pertandingan di Euro 2020 merupakan yang terbanyak sejak babak penyisihan grup diperkenalkan pada Piala Eropa 1980.
Menyerang
Jumlah gol yang meningkat di Euro 2020 tidak dapat dilepaskan dari penambahan jumlah peserta. Piala Eropa 2020 yang diselenggarakan pada 2021 mempertemukan 24 tim negara peserta. Sebelumnya, pada Piala Eropa 2012 hanya diikuti 16 kesebelasan. Sejak 2016, UEFA menambah jumlah peserta menjadi 24 kesebelasan.
Kontestan yang bertambah akan meningkatkan jumlah pertandingan. Pertandingan fase penyisihan grup mempertandingkan 36 laga atau naik 12 pertandingan dibanding saat diikuti 16 peserta. Total jumlah pertandingan dari laga pembuka hingga final 51 pertandingan dari format sebelumnya yang mempertandingkan 31 laga.
Bertambahnya jumlah peserta tentu dapat berpengaruh terhadap jumlah gol. Semakin banyak peserta, semakin besar peluang jumlah gol tercipta karena frekuensi pertandingan juga bertambah. Namun, jika melihat rasio gol yang dihitung berdasarkan jumlah pertandingan dan bukan jumlah pesertanya, gelaran Piala Eropa kali ini dapat dikatakan menjadi momen tersubur munculnya gol-gol di setiap pertandingan.
Tim-tim yang berlaga di Piala Eropa kali ini banyak memperagakan permainan ofensif atau menyerang. Ulasan ”Euro 2020: Tactical Trends” di laman UEFA mencermati format strategi dari 24 kesebelasan yang bermain di babak penyisihan. Analisis yang dilakukan oleh sejumlah pelatih berpengalaman di Eropa ini mengungkapkan sejumlah taktik permainan tim yang lebih ofensif.
AFP/FRANCK FIFE
Penyerang Portugal Cristiano Ronaldo mencetak gol bagi timnya dari titik penalti saat melawan Perancis pada laga ketiga Grup F Piala Eropa di Stadion Puskas Arena, Budapest, Kamis (24/6/2021). Laga itu berakhir imbang 2-2.
Pertama, lebih banyak tim menggunakan tiga pemain belakang. Pola ini merupakan perubahan orientasi permainan dari turnamen-turnamen sebelumnya, di mana lebih banyak tim menggunakan empat hingga lima pemain belakang. Strategi ini memperlihatkan taktik pelatih untuk lebih banyak memberikan porsi pemain di tengah dan di depan sebagai pengatur serangan dan penyerang.
Negara-negara yang menggunakan pola tiga pemain belakang adalah Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Jerman, Hongaria, Belanda, Macedonia Utara, Polandia, Rusia, Skotlandia, Swiss, dan Wales. Pola ini terlihat sangat jelas saat tim-tim tersebut melakukan serangan ke pertahanan lawan. Saat menyerang, 13 tim tersebut mengubah formasi pemain ke bentuk 3-2-5 atau 3-1-6.
Faktor kedua adalah kekuatan pressing kepada tim lawan. Tim-tim yang lolos dari babak penyisihan didominasi oleh negara-negara yang memiliki keterampilan menekan lawan. Hal ini dapat terlihat dari statistik passes allowed per defensive action (PPDA) yang memberikan gambaran kemampuan pressing sebuah tim.
Indikator yang dilihat dari PPDA ini adalah umpan yang dilepaskan lawan sebelum bola berhasil direbut kembali oleh tim tersebut. Tim yang memiliki performa menekan terbaik di babak penyisihan adalah Spanyol dan Belanda. Italia, yang lolos ke grand final Euro 2020 kali ini, mencatat skor efektif dalam merebut bola kembali bahkan mencetak gol melalui counter-press.
Kreativitas
Selain kemampuan pressing, temuan menarik dari analisis pertandingan di babak penyisihan yang menguatkan pola menyerang di Piala Eropa 2020 adalah unsur kreativitas permainan. Untuk membutuhkan kemenangan, strategi menyerang menjadi pilihan yang menjanjikan untuk menekan lawan dan kemudian mencetak gol.
Namun, menguasai permainan dan kemudian melancarkan serangan secara terus-menerus belum tentu memberikan jaminan kemenangan bagi tim. Kemampuan menguasai bola belum menjadi jaminan lolos dari babak penyisihan. Data statistik ball possession menunjukkan hanya empat dari 16 pertandingan di fase gugur yang dimenangkan oleh tim yang unggul dalam penguasaan bola.
Dalam kondisi ini, penguasaan bola menjadi kurang bermakna tanpa dilengkapi dengan strategi menyerang lain seperti umpan silang yang membuat peluang tercipta untuk membuat tembakan ke gawang lawan dan menghasilkan gol.
Karena itu, untuk menang dalam pertandingan diperlukan juga aspek efektivitas dan kreativitas dalam permainan yang memberi warna pada pola serangan. Empat tim yang lolos ke babak semifinal memiliki karakter lain dalam mengembangkan serangan.
AFP/OSCAR DEL POZO
Striker muda Spanyol Mikel Oyarzabal (nomor 12) dikerumuni rekan-rekannya setelah mencetak gol ketiga Spanyol ke gawang Swedia pada laga kualifikasi Grup F Piala Eropa 2020 di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Selasa (11/6/2019). Spanyol mengalahkan Swedia, 3-0.
Spanyol, yang dominan memainkan penguasaan bola untuk mengurung pertahanan lawan, memiliki karakter permainan umpan-umpan pendek yang membuat pemain lawan kesulitan menahan serangan.
Lain lagi dengan langgam Italia yang memiliki gaya menyerang dengan tempo tinggi tanpa meninggalkan strategi kokoh pertahanan. Kreativitas pemain-pemain Italia di Euro 2020 kali ini adalah memainkan aliran serangan secara kontinu tanpa henti sejak awal pertandingan. Pola serangannya bertumpu pada tiga pemain andalannya di lini tengah, yaitu Jorginho, Nicolo Barella, dan Marco Verratti.
Kreativitas lain dalam menyerang diperagakan Inggris yang mengandalkan serangan balik dan permainan lebar lapangan. Untuk merancang kreativitas dari sayap lapangan, kemampuan pemain bek atau pemain sayap serba bisa, seperti Kyle Walker, Kieran Trippier, Reece James, serta Luke Shaw menjadi andalan.
Pola sepak bola menyerang sudah lama muncul di Eropa. Perancis yang menjuarai Piala Eropa 1984 memainkan format menyerang dengan kekuatan barisan lini tengah yang dimotori Michel Platini. Demikian pula Belanda yang berhasil merebut juara Piala Eropa 1988 melalui total football dengan aksi menawan Johan Cruyff.
Tanpa kreativitas, pola menyerang yang diperagakan hanya akan berkutat pada adu permainan semata. Peluang untuk menghasilkan gol membutuhkan ramuan taktik pelatih dan sentuhan imajinasi dan daya kreasi dari para pemainnya.
Dilengkapi dengan kreativitas permainan, strategi menyerang bukan saja memberikan peluang kemenangan, tapi juga harapan akan munculnya tontonan menarik dan rekor-rekor baru di setiap kejuaraan Piala Eropa. (LITBANG KOMPAS)