Berkali-kali gagal di partai puncak, Lionel Messi akhirnya mengakhiri puasa gelar bersama timnas senior Argentina. Raihan itu kian terasa sempurna karena mereka menaklukkan Brasil di kuil sepak bola Stadion Maracana.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
AP PHOTO/ANDRE PENNER
Kapten tim Argentina, Lionel Messi (tengah), mengangkat trofi Copa America seusai mengalahkan Brasil, 1-0, pada final Copa America 2021 di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (10/7/2021) pagi WIB.
RIO DE JANEIRO, MINGGU — Lionel Messi mengakhiri masa paceklik gelarnya bersama tim nasional Argentina pada final Copa America 2021. Pasukan ”La Albiceleste” menundukkan timnas Brasil, 1-0, di hadapan pendukung tim ”Samba” di ”kuil” sepak bola, Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Minggu (11/7/2021). Capaian itu sekaligus mengakhiri ”kemarau” gelar Argentina di turnamen besar internasional selama 28 tahun.
Gol semata wayang Argentina dicetak Angel Di Maria pada menit ke-22. Di Maria yang lolos dari perangkap off-side menerima umpan lambung terukur dari Rodrigo de Paul. Dengan sekali sentuhan, Di Maria melepaskan tendangan voli, dan bola melewati hadangan kiper Brasil Emerson.
Para pemain Brasil tersengat dengan gol tersebut. Mereka bermain lebih agresif di sisa waktu pertandingan. Pelatih Brasil Tite bahkan harus memasukkan lima penyerang ke lapangan demi mengejar defisit gol.
Total, para pemain Brasil melepaskan 13 tembakan dan 2 tembakan mengarah ke sasaran. Penguasaan bola juga menjadi milik Brasil. Statistik menunjukkan, penguasaan bola Brasil sebanyak 60 persen.
Pendukung Argentina di Buenos Aires, Argentina, merayakan keberhasilan timnya menjuarai Copa America 2021, Minggu (10/7/2021) pagi WIB. Argentina menang, 1-0, pada laga final.
Upaya Brasil hampir membuahkan hasil kala Richarlison mencetak gol saat babak kedua baru berusia tujuh menit. Namun, gol Richarlison dianulir wasit karena pemain Everton itu telah lebih dulu terperangkap off-side. Hingga laga berakhir, Brasil tak mampu menyamakan kedudukan.
Ketika pertandingan berakhir, para pemain Argentina seketika menghampiri dan mengepung Messi. Dengan berlinang air mata, Messi kemudian dilempar ke udara oleh rekan-rekan setimnya sebagai bentuk perayaan juara.
Kiper Argentina Emiliano Martinez mengatakan, Messi adalah sumber inspirasi bagi tim. Sebagai pemain senior, ia memperlihatkan semangat pantang menyerah kendati berkali-kali menelan kekecewaan ketika membela Argentina di turnamen-turnamen besar internasional.
”Kami mempersembahkannya (trofi juara) kepada Messi. Dia yang paling pantas mendapatkannya,” ujar Emiliano Martinez.
AFP/CARL DE SOUZA
Kapten tim Argentina Lionel Messi (tengah) dilempar ke udara seusai menjuarai Copa America 2021 dengan mengalahkan Brasil, 1-0, pada final di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (10/7/2021) pagi WIB.
Messi telah mendapatkan segalanya sebagai pesepak bola ketika membela Barcelona. Bersama ”Blaugrana”, Messi memenangi empat gelar Liga Champions Eropa, 10 kali juara La Liga, dan tujuh trofi Copa Del Rey. Di level individu, Messi juga meraih banyak penghargaan bergengsi, yaitu enam kali memenangi gelar pemain terbaik Ballon d’Or.
Kendati mempersembahkan banyak gelar bagi klubnya, Barcelona, butuh waktu 16 tahun bagi Messi untuk mengangkat trofi pertamanya bersama timnas senior Argentina. Messi pertama kali menjalani debut bersama timnas senior pada 17 Agustus 2005. Timnas senior Argentina kala itu ditangani Pelatih Jose Pekerman.
Berkali-kali Messi harus merasakan pahitnya kegagalan bersama timnas Argentina. Di Copa America 2007, Messi gagal mengantarkan Argentina sebagai juara setelah kalah dari Brasil dengan skor 0-3. Selanjutnya, pada 2015, Argentina yang diperkuat Messi kembali takluk di laga puncak atas Chile melalui drama adu penalti yang berakhir 1-4.
Kekalahan serupa terulang pada tahun 2016 dan dari lawan yang sama, Chile. Lionel Messi dan kawan-kawan takluk 2-4.
Momen yang paling dikenang publik adalah final Piala Dunia 2014 di Stadion Maracana, Brasil. Saat itu, Argentina bersua Jerman di partai puncak. Messi, yang tinggal selangkah lagi merengkuh trofi pertamanya untuk Argentina, harus takluk 1-0 dari Jerman di babak perpanjangan waktu melalui gol Mario Goetze.
Kali ini, nasib berkata lain, di stadion yang sama dengan final Piala Dunia 2014, Messi akhirnya memutus kemarau gelar. Kemenangan itu sekaligus mengakhiri penantian trofi juara Argentina selama 28 tahun dan juga mengakhiri rekor tak terkalahkan Brasil di kandang sendiri yang bertahan lebih dari 2.500 hari.
Scaloni mengungkapkan, Messi tidak dalam kondisi prima ketika menghadapi Brasil di final. Namun, ia tidak menjelaskan cedera apa yang diderita Messi.
Sebelumnya, Argentina terakhir kali merasakan kesuksesan di turnamen besar adalah pada 1993, yaitu ketika sepasang gol Gabriel Batistuta memberi mereka kemenangan 2-1 atas Meksiko di final Copa America di Ekuador.
”Ini gelar yang luar biasa, terutama untuk warga kami. Para penggemar mendukung tim tanpa kenal lelah. Saya pikir mereka dapat melihat semangat tim ini yang tidak pernah menyerah,” kata Pelatih Argentina Lionel Scaloni seusai laga itu.
AFP/ALEJANDRO PAGNI
Pendukung Argentina di Buenos Aires, Argentina, menyaksikan final Copa America 2021 di Buenos Aires, Argentina, Minggu (10/7/2021) pagi WIB. Argentina menang 1-0 atas Brasil pada laga final di Brasil itu.
Kian sempurna
Gelar juara Argentina itu kian terasa sempurna karena mereka mengalahkan Brasil di kuil sepak bola Stadion Maracana. Brasil selama ini juga memegang rekor belum pernah terkalahkan ketika berlaga di hadapan publik sendiri pada partai puncak Copa America.
Selain itu, Messi mengakhiri Copa America sebagai pencetak gol terbanyak dengan empat gol. Dia juga terpilih sebagai pemain terbaik turnamen bersama dengan bintang Brasil, Neymar. Terlepas dari sumbangan gol dan asisnya, Messi dalam kacamata Scaloni adalah pusat dari hampir semua skema menyerang yang dilakukan tim Argentina.
Scaloni mengungkapkan, Messi tidak dalam kondisi prima ketika menghadapi Brasil di final. Namun, ia tidak menjelaskan cedera apa yang diderita Messi. Performa Messi ketika menghadapi Brasil agak menurun dibandingkan laga-laga Copa America sebelumnya, di mana ia menyumbangkan gol dan turut mengarsiteki gol Argentina.
Pada laga melawan Brasil, Messi tercatat hanya punya satu peluang emas pada menit ke-88 saat mencoba melewati Ederson. Namun, kiper Brasil itu berhasil menggagalkan peluang Messi. ”Jika tahu cara dia bermain di Copa America, Anda akan lebih mencintainya,” kata Scaloni.
Sementara itu, Tite mengatakan, kekalahan Brasil di partai final dan di hadapan pendukung mereka sendiri amat menyakitkan. Akan tetapi, ia mengakui Argentina tampil lebih baik. (AFP/REUTERS)