Final Copa America di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (11/7/2021) pagi pukul 07.00 WIB, menjadi ajang pembuktian berikutnya bagi Lionel Messi dan Neymar. Siapa yang kali ini terbukti lebih hebat?
Oleh
Adi Prinantyo
·5 menit baca
Lionel Messi tidak sepenuhnya bersaing dengan Neymar. Maklum, Messi lebih sering dibandingkan dengan Cristiano Ronaldo, seiring kerapnya keduanya menjadi penerima Ballon d’Or, penghargaan pemain terbaik dunia. Messi enam kali menjadi yang terbaik dunia pada 2009, 2010, 2011, 2012, 2015, dan 2019. Ronaldo lima kali, 2008, 2013, 2014, 2016, dan 2017.
Namun, persaingan Messi dengan Neymar sering mencuat karena dianggap representasi kiblat sepak bola Amerika Selatan. Messi dari Argentina, Neymar mewakili Brasil. Dari masa ke masa, kedua negara bertetangga ini selalu mencatatkan nama-nama bintang kelas dunia, seperti Pele dari Brasil dan Diego Maradona (Argentina).
Pele dan Maradona tidak hadir di kancah sepak bola dalam rentang masa yang sama sehingga kebintangan mereka lebih bernuansa perbandingan aksi olah bola. Pele membuat dunia berdecak kagum dengan kiprahnya di Piala Dunia Swedia 1958, tatkala ia turut mengantar Brasil meraih trofi Piala Dunia, di usia yang baru 17 tahun. Maradona? Tiada yang meragukan kepiawaiannya kala membawa tim ”Tango” juara dunia di Meksiko 1986.
Rivalitas Messi dan Neymar? Lebih dari sekadar tontonan aksi olah bola mereka. Namun, lebih dari itu, menyangkut gengsi prestasi dalam rentang yang sama, seiring usia mereka yang tak beda jauh.
Rivalitas Messi dan Neymar? Lebih dari sekadar tontonan aksi olah bola mereka. Namun, lebih dari itu, menyangkut gengsi prestasi dalam rentang yang sama, seiring usia mereka yang tak beda jauh. Messi kini 34 tahun, Neymar lima tahun lebih muda, 29 tahun.
Rivalitas Messi dan Neymar di level klub menghangat kala mereka berlaga untuk dua klub berbeda: Messi untuk Barcelona, Neymar membela Santos. Kala itu, 18 Desember 2011, Barcelona bertemu Santos di final Piala Dunia Klub, di Stadion Internasional Yokohama, Yokohama, Jepang.
Meski laga final itu merepresentasikan dua kiblat sepak bola dunia, yakni Eropa dan Amerika Selatan, tetap tersembul nuansa persaingan Brasil dan Argentina pada diri Neymar dan Messi. Hasilnya? Sungguh ratapan bagi Neymar karena Santos kalah telak 0-4 dari Barca, yang selain Messi, kala itu juga diperkuat bintang lain, seperti Xavi, Andres Iniesta, dan Carles Puyol.
Setelah itu, kurun waktu 2013-2017, Neymar bergabung ke Barca dan itu membuat dia serta Messi dalam satu tim. Pada 2015, Barca meraih treble, yakni tiga trofi kejuaraan prestisius: Liga Spanyol, Copa del Rey, dan Liga Champions. Di mata fans, kesuksesan ini berkat tiga bintang: Messi, Neymar, dan Luis Suarez.
Kepindahan Neymar ke Paris St Germain memunculkan persaingan baru di antara kedua pemain. Jika gelar juara Liga Champions Eropa menjadi tolok ukur, kans Neymar sebenarnya terbuka lebar untuk mengungguli Messi dalam pencapaian sejak 2015 hingga sekarang.
Mengingat, sejak 2015, Messi belum lagi membawa Barca ke final Liga Champions, sebaliknya PSG mencapai final Liga Champions Eropa 2020. Sayang sekali, Neymar gagal mengantar PSG menjadi kampiun Liga Champions setelah tumbang dari Bayern Muenchen.
Singkat kata, Neymar masih kalah dari Messi dalam prestasi terkait Liga Champions Eropa. Maklum, Messi sudah empat kali membawa Barca merebut trofi prestisius Eropa tersebut, termasuk sekali bersama Neymar pada 2015. Adapun Neymar belum sekalipun membawa timnya meraih trofi Liga Champions.
Antara ”Tango” dan ”Samba”
Persaingan mereka bersama tim nasional tak kalah menarik. Kebetulan, kedua bintang belum pernah membawa negaranya menjadi juara dunia. Kesempatan terbaik Messi di Piala Dunia Brasil 2014, ketika tim ”Tango” mencapai final melawan Jerman. Peluang ini lenyap karena Argentina kalah 0-1 dari Jerman.
Neymar? Bersama Brasil di Piala Dunia 2014 bernasib lebih suram lagi. Tim ”Samba” meluncur hingga semifinal ditantang Jerman. Apa boleh buat, Brasil yang diharapkan menang oleh puluhan ribu pendukung mereka di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, justru kalah telak 1-7 dari tim ”Panser.” Neymar membayar ”utang” itu melalui medali emas sepak bola Olimpiade Rio de Janeiro 2016, tetapi itu jauh beda dengan trofi Piala Dunia.
Piala Dunia Rusia 2018 juga tak berbuah prestasi bagi Neymar dan Messi. Argentina tunduk 3-4 dari Perancis yang kemudian tampil sebagai juara. Adapun Brasil tersisih di perempat final seusai kalah 1-2 dari Belgia.
Final Copa America di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Minggu (11/7/2021) pagi pukul 07.00 WIB, menjadi ajang pembuktian berikutnya bagi kedua pemain. Tekanan mungkin lebih dirasakan Neymar karena tampil di kandang sendiri meski tanpa penonton. Namun, andai Neymar bisa mengatasi tekanan ini dan mengantar Brasil menundukkan Argentina, prestasi itu bakal melambungkan namanya.
Demikian pula bagi Messi, yang kerap disebut sebagai ”titisan” Maradona. Jika Maradona membawa tim ”Tango” juara dunia di Meksiko 1986, Messi belum sekali pun membawa Argentina juara dunia. Trofi Copa America 2021, meski level kontinental, juga cukup buat menambah daftar prestasi Messi.
Neymar sendiri tak terlalu pusing dengan rivalitasnya dengan Messi atau pemain lainnya. Terlebih dengan Messi, Neymar menegaskan bahwa kemampuan dia masih jauh jika harus dibandingkan dengan Messi. ”Messi di atas siapa pun, tidak ada yang bisa dibandingkan dengannya. Dia pemain terbaik sedunia,” kata Neymar, dikutip skysports.com.
Dengan final Copa America dijalani dua bintang yang tak lagi di usia emas pesepak bola profesional, Neymar 29 tahun dan Messi 34 tahun, publik kini menerka seperti apa fase-fase menjelang akhir persaingan Neymar dan Messi.
Persaingan terakhir bisa saja tahun depan, di Piala Dunia Qatar 2022. Tanda tanya besar, bisakah Messi di usia 35 tahun membawa Argentina juara dunia. Pertanyaan yang sejak 2010, berlanjut pada 2014 dan 2018, tetapi tak kunjung terjawab oleh prestasi.