Menjadi Saksi Perang Pendukung Italia dan Inggris di Wembley
Persaingan Italia dan Inggris telah memanas, bahkan sebelum kedua tim bertemu di final Piala Eropa 2020. Saya menjadi saksi suporter kedua tim saling menebar perang urat syaraf seusai menonton di Stadion Wembley, London.
Oleh
Adjie Masdyka Sudaryanto dari London, Inggris
·4 menit baca
Final turnamen Piala Eropa 2020 akan mempertemukan dua raksasa, Italia dan Inggris. Tiga hari jelang digelarnya laga pamungkas itu, pendukung kedua tim telah menabuh genderang perang di Stadion Wembley, London.
Atmosfer persaingan suporter kedua tim finalis itu mulai saya tangkap sejak laga semifinal pertama di Wembley, yaitu antara Italia versus Spanyol pada Rabu (7/7/2021) dini hari WIB.
Saat itu, kota London diguyur hujan nyaris sepanjang hari. Namun, meski sedang hujan turun membasahi seluruh sisi kota, saya keluar rumah tanpa membawa payung.
Maklum, pengelola Stadion Wembley tidak melarang penonton membawa payung ke tribune. Payung dikhawatirkan bisa mengganggu kenyamanan penonton lainnya.
Maka, saya, salah satu dari sekitar 60.000 penonton yang beruntung mendapatkan tiket laga itu, memutuskan tidak membawa payung dan rela diguyur gerimis demi menyaksikan laga tersebut.
Sebelum berangkat, saya pun tidak lupa membawa berbagai dokumen yang menjadi syarat untuk menonton, seperti paspor dan bukti hasil negatif Covid-19. Paspor dipakai untuk verifikasi identitas dengan nama pemegang tiket yang terpampang di aplikasi tiket elektronik Piala Eropa 2020.
Adapun surat bukti negatif Covid-19 atau paspor vaksin tidak bisa sembarangan saya dapat, misalnya dari klinik swasta.. Dokumen itu harus disahkan atau dikeluarkan NHS, otoritas kesehatan Inggris.
Saya pun mengambil self test pack, yaitu alas tes mandiri antigen yang dikeluarkan NHS, dan mengirimkan hasilnya ke otoritas kesehatan itu. Tak lama kemudian, hasilnya keluar, yaitu negatif Covid-19. Saya pun bisa berangkat ke Wembley.
Seusai laga, seorang fans Inggris berceloteh ke suporter Italia. Kalian tidak tampil cukup bagus tadi. Kami akan melibas kalian di final!
Dalam perjalanan ke stadion kebanggaan Inggris itu, suasana tidak semeriah jika tim Inggris yang bermain. Inggris baru bermain esok harinya, yaitu melawan Denmark. Maka, tidak ada nyanyian suporter di Tube, kereta bawah tanah London.
Namun, begitu tiba di Stasiun Wembley Park, terlihat lautan kedua kubu suporter. Melewati Terowongan Wembley, seorang pendukung terlihat memainkan lagu ”Bella Ciao” dengan alat musik saksofon. Lagi itu adalah lagu sakral bagi suporter Italia. Mereka bernyanyi bersama, sehingga membuat Terowongan Wembley bergema seketika.
Saat itu, masuk ke dalam Stadion Wembley tidak terlalu sulit. Namun, setiap penonton harus datang tepat waktu, yaitu sesuai alokasi waktu yang telah tertera di dalam tiket.
Begitu melewati gerbang stadion itu, petugas keamanan hanya memeriksa bukti hasil tes Covid saya. Setelah itu, saya pun memindai kode QR di tiket ke mesin di gerbang menuju tribune stadion. Tak lama, saya pun sudah ada di dalam Wembley, stadion dengan kapasitas sekitar 90.000 kursi terpasang.
Boleh melepas masker
Setelah menempati tempat duduk, saya pun bebas melepas masker. Ya, menggunakan masker tidaklah diharuskan bila penonton sudah duduk di kursinya masing-masing. Melepas masker di tempat umum lainnya, seperti taman, juga diperbolehkan sepanjang berada di tempat terbuka.
Dari tempat duduk, saya bisa melihat jelas ketiga kiper Italia, salah satunya Gianluigi Donnarumma, melakukan pemanasan jelang laga. Posisi mereka berada persis di bawah tribune penonton tempat saya duduk.
Setelah 30 menit pemanasan selesai, panitia stadion memutar masing-masing satu lagu Spanyol dan Italia guna menyemangati kedua kubu suporter. Sorakan ”Italia, Italia!” pun bergemuruh. Ya, saya kebetulan duduk di bagian suporter Italia. Kubu Spanyol pun tidak mau kalah. ”Espana, Espana!’ teriak mereka, saat laga akan dimulai.
Suara riuh dan gemuruh terdengar setiap kali terjadi momen-momen yang mendebarkan, terutama gol. Terjadi dua gol pada laga itu, masing-masing dicetak Italia dan Spanyol. Karena skor 1-1 hingga waktu normal berakhir, laga berlanjut ke babak perpanjangan waktu.
Saat itu, mulai terdengar suara aneh. Ribuan penonton kompak menyanyikan lagu ”Football\'s Coming Home”. Lagu dengan nama resmi ”Three Lions” itu bukanlah milik suporter kedua tim yang bertanding.
Hadirnya penyusup
Lagu yang dipopulerkan The Lighting Seeds serta David Baddiel dan Frank Skinner pada 1996 silam itu adalah lagu milik suporter Inggris. Ternyata, banyak suporter Inggris yang hadir menonton laga itu. Mereka seperti mata-mata. Bagi suporter kedua tim yang bertanding saat itu, mereka bahkan dianggap sebagai penyusup.
Tak heran, nyanyian ”Three Lions” itu langsung disambut sorakan dari para pendukung Italia dan Spanyol. Namun, seiring berakhirnya 30 menit babak tambahan waktu, suasana berganti keheningan yang nyaris mencekam. Para pendukung Italia dan Spanyol nampak grogi menyaksikan laga itu harus dilanjutkan ke adu penalti.
Saya girang saat kapten Italia, Giorgio Chielini, memenangkan undian lempar koin untuk menentukan lokasi gawang dalam adu penalti itu. Adu penalti itu pun dilakukan di hadapan para pendukung Italia, dekat tribune saya duduk. Terlihat jelas kegembiraan para pemain Italia saat Jorginho memasukkan bola dalam adu penalti itu.
Penonton Italia pun bersorak. Seketika, Wembley pun diambil alih oleh selebrasi Italia.
Seusai laga, seorang fans Inggris berceloteh ke suporter Italia. ”Kalian tidak tampil cukup bagus tadi. Kami akan melibas kalian di final!” teriaknya penuh percaya diri.
”Ya, kita lihat dulu apa kalian bisa melewati Denmark!” balas fans Italia yang diteriakinya.
Nyatanya, Inggris bisa mengalahkan Denmark, kemarin dini hari WIB. Duel Italia dan Inggris pun menjelma realitas seperti diperkirakan suporter.