Mahasiswa dari Indonesia ”nonton bareng” pertandingan Piala Eropa antara Ukraina dan Inggris di pub Shakesepeare\'s Head, London. ”Nobar” menjadi ajang silaturahmi mahasiswa dan pekerja diaspora Indonesia di London.
Oleh
Adjie Masdyka Sudaryanto dari London, Inggris
·4 menit baca
ADJIE MASDYKA SUDARYANTO
Para mahasiswa dan pekerja diaspora Indonesia berkumpul di sebuah pub di London, Inggris, untuk acara ”nonton bareng” Piala Eropa 2020, Selasa (22/6/2021) lalu waktu setempat.
Menjelang pertandingan perempat final Piala Eropa 2020 antara Ukraina kontra Inggris di Stadion Olimpico, Roma, Sabtu (3/7/2021), lantai 2 pub Shakespeare’s Head diwarnai dengan percakapan-percakapan bahasa Indonesia. Ya, pub tersebut menjadi pub pilihan para mahasiswa dari Indonesia untuk ”nonton bareng” atau ”nobar” pertandingan Ukraina melawan Inggris malam itu. Pub ini terletak di Carnaby Street, yaitu sebuah jalan di Soho, London, yang terkenal dipenuhi segala jenis pub.
Pub Shakespeare’s Head ini dibangun tahun 1735, yang pada awalnya dimiliki oleh Thomas dan John Shakespeare, kerabat jauh dari penyair terkenal Inggris, William Shakespeare. Pernak-pernik berbau Shakespeare bisa terlihat di pub ini, termasuk patung Shakespeare yang sedang menengok keluar jendela.
”Pegang siapa lo hari ini?” sahut salah seorang mahasiswa yang baru datang. ”Gue pasang skor bro, 3-1 Inggris!” jawab seorang mahasiswa lainnya. Mereka membicarakan judi sepak bola melalui aplikasi, sebagai hal yang lumrah di Inggris.
Lalu, salah satu dari mereka pun bercerita, ”Gue biasanya main kayak gini, nih, di kampung. Sebelum turnamen, kita ngundi siapa yang dapet tim mana, terus semua taruh Rp 250.000. Yang timnya juara, dapet semua uangnya.”
Memang, meskipun berbeda benua, sepak bola dan taruhan sebagai bumbunya tidak berbeda jauh antara Indonesia dan Inggris. Mungkin caranya berbeda, tetapi aktivitasnya sama saja.
Para mahasiswa pun lalu memesan makanan kepada pelayan. Mereka memesan chicken wings, nachos, dan juga fish and chips, yaitu makanan tradisional Inggris yang terdiri dari ikan goreng tepung dan kentang goreng. Sebagai pelengkap fish and chips, ada juga kacang polong dan roti bermentega. Untuk minuman, mayoritas mahasiswa memesan minuman, seperti soda atau jus jeruk, tetapi ada pula yang memesan bir ataupun cider.
ADJIE MASDYKA SUDARYANTO
Menu ayam goreng yang menjadi favorit santapan para pelajar dan pekerja diaspora Indonesia saat acara ”nonton bareng” Piala Eropa 2020 di London, Inggria, Selasa (22/6/2021) lalu waktu setempat.
Saat pertandingan dimulai, para mahasiswa pun membicarakan pertandingan dengan berbahasa Indonesia. Memang, kalau sudah merantau lama di negara orang, kangen rasanya apabila tidak bicara atau mendengar bahasa Indonesia untuk waktu yang lama. Para mahasiswa pun kompak melakukan selebrasi setelah gol cepat Harry Kane pada menit ke-4. ”Gol! Kelas Kane, sekali golin, golin terus dia!” sahut salah satu dari mereka.
Sambil silaturahmi
Pada babak kedua, Inggris tidak mengurangi serangan. Setelah gol dari Harry Maguire dan gol kedua Kane, Inggris sudah hampir pasti lolos, dan ketegangan mulai menurun. Ini memberikan kesempatan para mahasiswa untuk mengobrol tentang hal sehari-hari. Mulai dari keluarga yang ditinggal di kampung halaman, istri di rumah untuk para mahasiswa yang lebih tua, sampai ujian sekolah yang baru saja dilewati.
Iya, ngumpul seperti ini penting guna mempererat silaturahmi dan persaudaraan. Kami tinggal di kota multikultural, pusat dari segalanya, kota London. Namun, saat-saat seperti inilah yang membuat London masih terasa seperti rumah.
Acara ”nobar” sambal ngumpul seperti ini juga ajang silaturahmi yang penting bagi para mahasiswa Indonesia untuk tidak lupa pada tradisi kampung halaman. Saat ditanyakan soal ini, salah satu mahasiswa S-1 bernama Jojo berkata ”Iya, ngumpul seperti ini penting guna mempererat silaturahmi dan persaudaraan. Kami tinggal di kota multikultural, pusat dari segalanya, kota London. Namun, saat-saat seperti inilah yang membuat London masih terasa seperti rumah”.
OLI SCARFF / AFP
Suporter Inggris bergembira di Taman 4TheFans, Manchester, setelah Inggris mengalahkan Ceko, 1-0, dalam pertandingan Grup D Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, London, Rabu (23/6/2021) dini hari WIB.
Mahasiswa lain yang bernama Adi pun menambahkan, ”Ya! Yang penting solidaritas untuk integritas, lah!” yang langsung disambut dengan tawa oleh para mahasiswa yang lain.
Para mahasiswa Indonesia di Inggris berlatar belakang berbeda. Umur mereka pun beragam, ada yang baru S-1, ada yang sudah menikah, bahkan ada yang sudah mempunyai anak. Namun, mereka terlihat sangat kompak. Mungkin karena mereka tahu manis dan pahitnya perjalanan hidup di negara orang.
Selain silaturahmi, banyak juga hal yang bisa dipelajari oleh para mahasiswa ini. ”Acara ngumpul seperti ini bisa membuka perspektif” ujar Izul, salah seorang mahasiswa yang sudah memiliki istri dan anak.
Kompas
Suporter meninggalkan Stadion Wembley, London, setelah pertandingan babak 16 besar Piala Eropa 2020 antara Inggris dan Jerman, Selasa (29/6/2021).
”Kami semua datang dari daerah-daerah yang berbeda di Indonesia, di sini pun belajar di jurusan-jurusan yang berbeda. Jadi, menarik untuk membicarakan hal-hal di luar sepak bola” ujarnya.
Pertandingan hari itu selesai dengan skor 4-0 untuk Inggris. Para mahasiswa satu demi satu saling berpamitan. Menutup acara kumpul-kumpul itu, seorang mahasiswa bernama Sugano berkata, ”Apa pun bentuknya, yang penting Merah Putih selalu di hati!” Meskipun jauh dari rumah, para mahasiswa ini masih sangat mencintai tanah kelahiran mereka.