Perubahan besar yang diinisiasi Gareth Southgate untuk Inggris mulai menampilkan hasilnya di Piala Eropa 2020. ”Tiga Singa” hanya berjarak dua kemenangan lagi untuk merengkuh trofi Piala Eropa perdana.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
Pool/AFP/ALESSANDRO GAROFALO
Para pemain Inggris melakukan selebrasi di hadapan para pendukungnya setelah Harry Maguire berhasil mencetak gol ke-2 ke gawang Ukraina. Inggris berhasil melaju ke babak semifinal Piala Eropa 2020 dan akan menghadapi timnas Denmark.
ROMA, MINGGU — Mengalahkan Ukraina untuk melaju ke babak semifinal Piala Eropa 2020 bukan sebuah kerja instan yang dilakukan Pelatih Inggris Gareth Southgate. Penampilan gemilang ”Tiga Singa” merupakan hasil dari transformasi karakter yang mulai dijajaki Southgate sejak akhir 2016.
Inggris telah mengalahkan dua trauma di Piala Eropa 2020. Pertama, Inggris akhirnya bisa mengalahkan Jerman di Stadion Wembley yang menjadi hal pertama dilakukan dalam 55 tahun. Kedua, ”Tiga Singa” juga mampu memenuhi ekspektasi ketika menghadapi tim medioker dengan mengalahkan Ukraina dengan skor telak 4-0 pada babak perempat final, Minggu (4/7/2021) dini hari WIB, di Stadion Olimpico, Roma.
Mengalahkan Ukraina tentu bukan pekerjaan mudah bagi Inggris. Skuad ”Tiga Singa” masih dibayangi kekalahan menyakitkan 1-2 dari Eslandia saat tersingkir di babak 16 besar Piala Eropa 2016.
Dengan dua kemenangan atas Jerman dan Ukraina, kesempatan Inggris untuk mengakhiri dahaga trofi Piala Eropa kian terbuka. Pasalnya, Inggris telah membuktikan kepantasan untuk tampil menjadi kampiun di Stadion Wembley, akhir pekan depan.
Unggul empat gol atas Ukraina adalah kemenangan terbesar yang dicatatkan Inggris di Piala Eropa. Selain itu, menang dengan skor empat gol di fase gugur turnamen besar terakhir kali diciptakan ”Tiga Singa” saat mengalahkan Jerman, 4-2, pada laga final Piala Dunia 1966. Kemenangan itu mengantarkan Inggris meraih satu-satunya trofi hingga saat ini.
Tak hanya soal catatan kemenangan yang impresif, Inggris juga menjadi tim dengan catatan tak kebobolan terbaik dalam keikutsertaan di turnamen mayor. Kiper Inggris, Jordan Pickford, belum kebobolan di lima pertandingan Piala Eropa 2020. Ia telah melampaui capaian tidak kemasukan gol kiper legendaris Inggris, Gordon Banks, di empat laga Piala Dunia 1966.
Penampilan yang meyakinkan hingga menembus semifinal menghadirkan antusiasme bagi para pendukung Inggris, termasuk para legenda ”Tiga Singa”. Rio Ferdinand, yang tampil sebagai pemain inti Inggris di Piala Dunia 2002 dan 2006, paham betul bahwa kolektivitas tim adalah karakter utama Inggris di bawah asuhan Southgate.
Dengan karakter itu, Southgate berhasil menyamai capaian Alf Ramsey, pelatih Inggris di Piala Dunia 1966, yang mengantarkan ”Tiga Singa” menembus semifinal di dua turnamen beruntun. Setelah membawa Inggris juara pada 1966, Ramsey mengantarkan Inggris menjadi juara ketiga di Piala Eropa 1968. Adapun Southgate telah membawa Inggris menembus semifinal di Piala Dunia 2018 dan Piala Eropa 2020.
AFP/Pool/Ettore Ferrari
Ujung tombak tim nasional Inggris, Harry Kane (kanan), bersalaman dengan Pelatih Inggris Gareth Southgate saat dia diganti di tengah-tengah laga melawan Ukraina. Kane menyumbang 2 dari 4 gol kemenangan bagi Inggris.
Pujian terbesar saya berikan kepada tim ini karena saya belum pernah melihat Inggris yang begitu tenang di turnamen besar. Semua pemain memberikan pengaruh positif kepada permainan, sang manajer mampu memaksimalkan potensi terbaik di dalam skuad.
”Pujian terbesar saya berikan kepada tim ini karena saya belum pernah melihat Inggris yang begitu tenang di turnamen besar. Semua pemain memberikan pengaruh positif pada permainan, sang manajer mampu memaksimalkan potensi terbaik di dalam skuad,” ujar Ferdinand kepada BBC One seusai Inggris menumbangkan Ukraina.
Perubahan sikap mental
Ketika tumbang dari Eslandia pada Piala Eropa 2016, Will Thomas, psikolog olahraga di Centre for Team Excellence Inggris, menyoroti kondisi mental para pemain berkualitas ”Tiga Singa” yang gagal tampil padu dan tanpa semangat ketika membela tim nasional di turnamen mayor.
”Timnas Inggris perlu membangun ulang fondasi psikologis. Para pemain harus memiliki satu persamaan dalam mengejar tujuan dan berjuang secara kolektif. Kalau hal itu bisa dilakukan, kami menilai Inggris akan mulai menemukan kesuksesan di turnamen,” tulis Thomas dalam jurnal bertajuk ”Why England Keep Failing at Major Tournaments and How to Fix It” yang diterbitkan pada awal 2017 lalu.
Saran dari Thomas dijalani dengan baik oleh Southgate dan sang asisten, Steve Holland. Southgate menganggap 26 pemain yang dibawanya ke Piala Eropa sama pentingnya. Harry Kane, yang selalu tampil di lima laga, memiliki peran yang sama dengan penyerang cadangan, Dominic Calvert-Lewin, yang baru tampil 18 menit di Piala Eropa 2020.
Pool/AP/Lars Baron
Pemain depan Ukraina, Andriy Yarmolenko (tengah), berusaha menguasai bola dari rebutan pemain belakang Inggris, Kieran Trippier (kiri). Dari 7 kesempatan yang diperoleh para pemain Ukrania untuk mencetak gol, hanya dua kesempatan yang tepat mengarah ke gawang lawan.
”Semua pemain memiliki peran yang fantastis di tim ini. Tidak hanya yang bermain sebagai pemain inti, tetapi para pemain cadangan yang masuk juga mampu menjaga momentum kami. Selain itu, mereka yang tidak bermain juga membantu untuk menjaga atmosfer di dalam ruang ganti,” kata Southgate dilansir laman UEFA. Di Piala Eropa 2020, Southgate telah memainkan 21 pemain.
Sejak jelang Piala Dunia 2018, Southgate telah menyusun program pemusatan latihan yang berbeda dibandingkan dengan para pendahulunya. Southgate tidak lagi menggelar pelatihan bersama pasukan khusus tentara Inggris, Royal Marines. Sebagai gantinya, Southgate menyulap suasana di pusat pelatihan Inggris, Saint George Park, dengan lingkungan yang amat milenial.
Pelatih berusia 50 tahun itu menyiapkan lapangan bola basket dan golf mini untuk para pemainnya melepas penat setelah melakukan latihan intensif dan menjalani karantina. Tak hanya itu, Southgate juga tidak alergi untuk menyiapkan fasilitas konsol gim, PlayStation, untuk membantu pemainnya merasa berada di rumah sendiri.
Tak hanya itu, Southgate juga amat melindungi pasukannya dengan membatasi aktivitas di media sosial, kecuali di malam setelah laga. Para psikolog juga disiapkan untuk para pemain dan Southgate pun selalu menyempatkan diri untuk berbicara empat mata dengan para pemainnya setelah latihan.
Pool/AP/Lars Baron
Pemain depan Ukraina, Andriy Yarmolenko (tengah), berusaha menguasai bola dari rebutan pemain belakang Inggris, Kieran Trippier (kiri). Dari 7 kesempatan yang diperoleh para pemain Ukrania untuk mencetak gol, hanya 2 kesempatan yang tepat mengarah ke gawang lawan.
”Saya tidak akan berbicara tentang Manchester United. Fokus utama saya saat ini adalah menghadirkan prestasi untuk Inggris,” ujar Jadon Sancho yang menjadi buah bibir setelah dikontrak MU dari Borussia Dortmund. Sancho, seusai laga melawan Ukraina, mengatakan, tengah menikmati kenyamanan bersama semua skuad ”Tiga Singa”.
John Mousinho, Ketua Asosiasi Pesepak Bola Inggris (PFA), menilai, Southgate berhasil mengelola emosi para pemain yang mengalami tekanan dan ekspektasi besar di turnamen mayor. Berbagai kegiatan non-sepak bola yang diciptakan Southgate, lanjut Mousinho, ampuh memberikan kenyamanan bagi para skuad ”Tiga Singa”.
”Southgate mendukung pemain untuk melampaui peran mereka sebagai pesepak bola. Kegiatan di luar sepak bola itu dianggap Southgate bukan sebagai gangguan, melainkan sesuatu yang membantu permainan mereka di lapangan,” kata Southgate dilansir The Guardian.
Selain dukungan psikologis, Southgate juga telah menumbangkan batasan taktik timnas Inggris. Dalam tiga dekade terakhir, ”Tiga Singa” selalu terpaku dengan satu formasi, yaitu 4-4-2. Gaya permainan Inggris pun cenderung monoton dengan mengandalkan umpan-umpan panjang yang menargetkan seorang penyerang tengah di jantung pertahanan lawan.
Pool/AFP/ALESSANDRO GAROFALO
Pemain tengah Inggris, Mason Mount (kiri), berebut bola dengan paemain Ukrania, Oleksandr Karavaev. Kemenangan 4-0 atas Ukraina merupakan selisih kemenangan terbesar Inggris di Piala Eropa.
”Masalah Inggris dalam 20 tahun di putaran final turnamen adalah selalu kesulitan menghadapi tim yang secara taktik lebih fleksibel. Terpakunya Inggris pada taktik dan formasi tertentu menjauhi tim dari prestasi,” tulis David Sumpter dalam bukunya, Soccermatics: Mathematical Adventures in the Beautiful Game (2016).
Di Piala Eropa 2020, Inggris tampil sangat adaptif dengan perubahan taktik. Tiga formasi telah dijalankan ”Tiga Singa” mulai dari 4-2-3-1, 4-3-3, hingga 3-4-3. Southgate bisa menerapkan formasi sesuai dengan taktik terbaik untuk meredam kekuatan lawan. Para pemain pun tidak kaku dengan perubahan taktik dan peran di tengah pertandingan.
”Ini adalah turnamen terbaik yang telah kami jalani sejauh ini. Kami berusaha untuk tampil membaik di setiap pertandingan karena kami memiliki visi yang sama, yaitu memenangi turnamen mayor,” kata Kane.
Inggris hanya butuh meraih dua kemenangan untuk merengkuh trofi Piala Eropa perdana. Dua laga terakhir itu pun akan berlangsung di rumah mereka, Stadion Wembley, yang dimulai dengan menghadapi Denmark di semifinal, Kamis (8/7/2021). (AFP)