Saat tim NBA berebut prestasi dengan cara instan, Bucks tetap mempercayai proses. Kesabaran selama sewindu terhadap Giannis-Middleton berbuah gelar final pertama sejak 1974.
Oleh
KELVIN HIANUSA, KORANO NICOLASH LMS
·5 menit baca
ATLANTA, MINGGU — Cara instan, dengan mendatangkan pemain top, sudah menjadi kodrat bagi para finalis NBA setidaknya dalam beberapa musim terakhir. Bucks berhasil menentang kodrat tersebut musim ini. Giannis Antetokounmpo dan kawan-kawan menggapai final pertama sejak 1974 setelah melalui proses sewindu terakhir yang penuh peluh dan luka.
Kareem Abdul-Jabbar, Oscar Robertson, dan Bob Dandridge membawa Bucks meraih juara NBA 1971 seusai menundukkan Baltimore Bullets (sekarang Washington Wizards), 4-0, di final. Sejak saat itu, Bucks belum pernah juara lagi.
Bucks memastikan tiket ke partai puncak seusai menang atas Atlanta Hawks (118-107) pada gim keenam final wilayah di Arena State Farm, Minggu (4/7/2021). Kemenangan itu, tanpa Giannis yang cedera, sekaligus menjadikan mereka sebagai juara Wilayah Timur.
Seremoni penyerahaan trofi juara wilayah berlangsung meriah. Para pemain Bucks larut dalam kegembiraan. Ini adalah final pertama bagi seluruh pemain dan pelatih Bucks, termasuk Giannis. ”Let’s go Bucks….” seru para pemain berulang kali.
Saat rekan-rekannya berpesta, Giannis terdiam sejenak. Dia menggenggam sambil menatap trofi silver berbentuk bola basket tersebut, lalu membeku selama 10 detik. Tak berapa lama, pria berjuluk ”Raksasa Yunani” ini mengusap air matanya.
Bagi Giannis, momen ini sangat mengharukan. Peraih dua kali gelar Most Valuable Player (MVP) ini baru pertama kali melaju ke final sejak berkarier pada 2013. Dia baru mencapai partai puncak setelah berjuang 8 tahun. Ekspresinya sekaligus bisa menggambarkan perjuangan seluruh pemain Bucks.
Mereka semua telah bekerja keras selama bertahun-tahun. Semua usaha itu dilakukan untuk menanti momen seperti malam ini. Sekarang, kami akhirnya bisa melaju ke final. Kami sudah siap untuk itu juga.
Seperti kata pelatih Bucks, Mike Budenholzer, perjalanan tim ini bagaikan roller coaster. ”Mereka semua telah bekerja keras selama bertahun-tahun. Semua usaha itu dilakukan untuk menanti momen seperti malam ini. Sekarang, kami akhirnya bisa melaju ke final. Kami sudah siap untuk itu juga,” ungkapnya.
Tidak ada yang mengira Bucks bisa lolos ke final musim ini. Mereka bahkan sudah divonis hanya akan menjadi tim penggembira NBA sejak musim lalu, seusai kalah di semifinal wilayah dari Miami Heat (1-4).
Bucks, dengan Giannis dan forward Khris Middleton, telah lima kali berada di playoff sebelumnya sejak bersama pada 2013, tetapi mereka selalu gagal menembus final. Padahal, rekor musim reguler mereka sangat mentereng, seperti saat memuncaki klasemen Wilayah Timur 2018-2019 dan 2019-2020.
Banyak pengamat, salah satunya Max Kellerman, mengatakan Giannis tidak akan bisa ke final hanya dengan Middleton. Giannis perlu kedatangan pemain bintang baru atau justru keluar dari klub. Saat bersamaan, Budenholzer yang menukangi Bucks sejak 2018 dinilai hanya sebatas pelatih hebat di musim reguler karena tidak punya kemampuan mengubah taktik di playoff.
Namun, Bucks mempertahankan formasi ini seusai perpanjangan kontrak Giannis. Duo Giannis-Middleton tetap menjadi mesin utama dan Budenholzer juga masih melatih. Mereka hanya menambahkan pemain pelengkap, seperti Jrue Holiday dan PJ Tucker.
Hasilnya, mereka membayar lunas keraguan banyak orang selama perjalanan ke final. Bucks membalaskan dendam dengan menyapu bersih finalis musim lalu, Miami Heat (4-0), pada babak pertama playoff.
Lalu, pada semifinal, Bucks menumbangkan tim super Brooklyn Nets lewat tujuh gim (4-3). Kemenangan ini sangat berarti karena Nets bersama para megabintangnya diperkirakan akan menjuarai NBA dengan mudah. Hingga akhirnya, mereka menumbangkan tim penuh kejutan, Hawks.
”Ini adalah perjalanan yang sangat panjang, tetapi juga perjalanan yang hebat. Semua terbayar lunas sekarang. Kami telah melewati perjalanan sulit, termasuk ketika banyak keraguan terhadap tim ini dalam dua musim terakhir. Kami juga sempat meragukan diri sendiri,” kata Middleton yang menjadi pahlawan gim keenam lewat sumbangan 32 poin.
Bucks akhirnya mengakhiri packelik prestasi. Mereka menembus final pertama sejak terakhir kali pada 47 tahun silam. Ketika itu, mereka masih dipimpin oleh duo legendaris NBA, Oscar Robertson dan Kareem-Abdul Jabbar.
Dengan proses panjang, Bucks sukses mengalahkan tren instan yang terjadi beberapa tahun terakhir. Adapun tim-tim juara selalu kedatangan pemain bintang pada musim tersebut. Misalnya saja dua tim juara dalam edisi teranyar, Toronto Raptors dengan Kawhi Leonard (2018-2019) dan Los Angeles Lakers dengan Anthony Davis (2019-2020).
Tim berlogo rusa ini memilih sabar membangun tim, terutama dengan duo Giannis-Middleton. Giannis sudah bergabung dengan tim sejak diambil pada draft 2013, bersamaan dengan Middleton yang pindah dari Detroit Pistons pada musim tersebut.
Holiday yang baru semusim di Bucks menilai kedua pemain ini telah membuktikan potensi terbaik mereka. Giannis-Middleton sangat krusial dalam perjalanan tim di playoff. ”Khris adalah jantung untuk tim ini, sementara Giannis adalah jiwanya. Tanpa mereka, kami tidak akan sampai di titik ini,” tuturnya.
Sebelum cedera pada gim keempat final wilayah, Giannis menjadi tulang punggung Bucks dalam playoff. Forward 26 tahun ini mencatatkan rata-rata 28,2 poin, 12,7 rebound, dan 5,2 asis selama bermain 37,4 menit.
Middleton menyumbang 23,4 poin, 8 rebound, dan 4 asis selama playoff. Performa Middleton sangat impresif pada dua gim terakhir. Dia berhasil menggantikan peran Giannis di lapangan, sekaligus membawa Bucks menang beruntun atas Hawks.
Di final, Bucks akan menantang juara Wilayah Barat, Phoenix Suns. Seri final dengan format terbaik dalam tujuh gim akan dimulai di Arena Phoenix pada Rabu (7/7/2021) pagi WIB.
Pertemuan kedua tim ini sangat menarik. Sebab, semua pemain dari kedua tim akan memperebutkan gelar pertama NBA mereka pada laga nanti. Dari seluruh pemain, hanya forward Suns, Jae Crowder, yang pernah mencicipi partai puncak. (AP/AFP)