Denmark menumbangkan Republik Ceko, 2-1, di perempatfinal Piala Eropa 2020. Hasil ini membuat mereka kembali menembus semifinal sejak terakhir 29 tahun silam kala menjuarai Piala Eropa 1992.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
BAKU, MINGGU — Denmark berhasil menumbangkan Republik Ceko, 2-1, pada laga perempat final Piala Eropa 2020 di Stadion Olimpiade Baku, Azerbaijan, Sabtu (3/7/2021). Hasil itu membuat tim ”Dinamit” berhasil menembus semifinal kejuaraan tertinggi di Benua Biru ini sejak terakhir dicapai 29 tahun lalu saat mereka menjuarai Piala Eropa 1992 Swedia.
Upaya Denmark untuk kembali ke semifinal Piala Eropa menjadi salah satu penantian terpanjang dalam kompetisi besar sepak bola. ”Ini ajaib. Hal pertama yang saya tunjukkan kepada anak-anak saat kami bertemu adalah gambar Wembley (arena semifinal dan final di Stadion Wembley, London, Inggris), ketika kami berada di sana pada musim gugur. Saya mengatakan bahwa kami akan kembali,” ujar Pelatih Denmark Kasper Hjulmand di laman UEFA.
Dalam laga ini, Ceko sebenarnya lebih mendominasi permainan. Mereka berulang kali mengurung pertahanan Denmark. Namun, pemainan Denmark terorganisasi dengan baik, sangat dislin, dan bisa memaksimalkan peluang dari serangan balik. Puncaknya, tim Skandinavia itu bisa mencuri dua gol pada babak pertama, yakni lewat gelandang Thomas Delaney pada menit kelima dan striker Kasper Dolberg pada menit ke-42.
Tertinggal 0-2 membuat Ceko bermain lebih menyerang, terutama pada babak kedua. Asa sempat muncul saat striker Patrik Schick mencetak gol balasan pada menit ke-49. Sayangnya, itu satu-satunya gol balasan yang bisa mereka buat.
”Rasanya kami seperti bermain di rumah sendiri dalam laga ini karena banyak penggemar kami yang hadir mendukung di Baku. Kami sangat berterima kasih atas dukungan tersebut,” kata Hjulmand yang mulai melatih Denmark per 1 Juli 2020 ini.
Hasil itu membuat Denmark menjadi tim pertama yang mencapai semifinal setelah kalah dalam dua laga awal penyisihan grup. ”Luar biasa. Laga tidak berkembang seperti yang kami harapkan, tetapi kami tetap bertahan. Sekarang, kami tidak peduli bagaimana laga berjalan. Kami sudah melupakannya karena kami sudah mencapai semifinal,” kata Delaney.
Pelatih Ceko Jaroslav Silhavy, dikutip Sky Sports, mengatakan, ketika tertinggal 0-2, dirinya berupaya menambah daya gedor dengan mengubah formasi dari 4-2-3-1 menjadi 4-4-2. Perubahan taktik itu cukup berhasil, mereka bisa menekan Denmark dan mencuri gol. Namun, mereka gagal menyamakan kedudukan hingga laga berakhir.
Rasanya kami seperti bermain di rumah sendiri dalam laga ini karena banyak penggemar kami yang hadir mendukung di Baku. Kami sangat berterima kasih atas dukungan tersebut.
”Pemain kecewa dengan hasil ini, mereka berlinang air mata seusai laga. Namun, kami hampir mencapai kesuksesan luar biasa dan mencapai perempat final merupakan pecapaian besar bagi tim, seluruh sepak bola Ceko,” katanya.
Motivasi ganda
Pada semifinal, Denmark akan bertemu dengan Inggris di Stadion Wembley, Kamis (8/7/2021). Tim berjuluk ”Si Merah-Putih” ini punya catatan manis menghadapi Inggris di Wembley. Pada pertemuan terakhir mereka dalam laga Liga Nasional UEFA 2020/2021 di stadion tersebut, 14 Oktober 2020, mereka bisa menumbangkan tim ”Tiga Singa” dengan skor tipis, 1-0.
Saat itu, gol diciptakan oleh gelandang Christian Eriksen dari titik penalti. Kini, Eriksen tidak bisa bermain karena mengalami serangan jantung sewaktu timnya kalah 0-1 dari Finlandia dalam laga pertama fase Grup B Piala Eropa 2020 di Kopenhagen, Denmark, Sabtu (12/6).
Tak pelak, motivasi Denmark berlipat ganda jelang laga semifinal, yakni mengulangi kemenangan yang pernah didapat dan memberikan hadiah terindah untuk Eriksen. ”Saya masih memikirkan Christian (Eriksen) setiap hari. Dia seharusnya ada di sini. Kami senang dia selamat. Kami membawanya ke laga ini dan sampai ke Wembley. Saya memikirkannya sepanjang waktu,” ujar Hjulmand dilansir BBC.
Melihat perjalanannya, Denmark berpotensi mengulangi cerita dongeng yang dibuatnya 29 tahun silam. Jelang Piala Eropa 1992, mereka masuk ke putaran final hanya sebagai tim pengganti Yugoslavia yang mendapat sanksi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Siapa sangka, Denmark yang baru mengetahui mereka menggantikan Yugoslavia sembilan hari sebelum turnamen dimulai justru menjadi juara Eropa sebulan kemudian.
Kapten Denmark, Simon Kjaer, menyampaikan, timnya bertekad mengulangi kisah tersebut. Hanya saja, tim butuh persiapan jauh lebih baik memasuki dua laga sisa yang jauh lebih berat, terutama dari fisik. ”Kami memiliki tujuan untuk kembali ke Wembley. Namun, kami perlu memulihkan diri dalam empat hari masa istirahat,” ujarnya.
Kepala tegak
Bagi Ceko, kekalahan itu memang mengecewakan. Namun, tim pecahan Cekoslowakia ini tidak kalah dengan penyesalan karena telah berjuang hingga akhir laga. Pengamat menilai, mereka kalah dengan membanggakan dan patut pulang dengan kepala tegak. ”Saya angkat topi untuk mereka. Mereka mencurahkan semangat, hati, dan komitmen untuk tim sampai menit terakhir. Para penggemar pasti bangga dengan mereka,” kata jurnalis Ceko, Ondrej Zlamal, di laman UEFA.
Kapten Ceko, Vladimir Darida, mengutarakan, timnya tidak perlu malu dengan hasil itu karena mereka sudah bermain maksimal. ”Semua pemain tampil bagus dan menunjukkan semangat juang tinggi bagaikan singa di atas lapangan. Sayangnya, kami tidak bisa menyamakan kedudukan. Andai bisa, kami yakin hasil bakal berbalik arah,” kata pemain Hertha Berlin tersebut.
Setelah tersingkir dari Piala Eropa, Ceko bisa memetik hal positif bahwa tim ini bisa lebih berkembang. Itu menjadi modal besar untuk merebut tiket ke Piala Dunia 2022 Qatar. Apalagi mereka cukup lama absen dari Piala Dunia, terakhir kali berpartisipasi di Piala Dunia 2006 Jerman. Saat itu mereka masih diperkuat sejumlah pemain legendaris, seperti Tomas Rosicky, Karel Poborsky, Pavel Nedved, dan kiper Peter Cech
Sejauh ini, Ceko tertahan di urutan kedua grup kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan empat poin dari tiga laga. Mereka berada di bawah tim peringkat satu dunia Belgia yang mungumpulkan tujuh poin dari tiga laga. ”Di Piala Eropa ini, awalnya tidak ada yang percaya dengan kami, tetapi kami tetap bersatu. Ada semangat tim yang kuat yang membuat kami bisa melangkah jauh. Seiring berjalan waktu, saya pikir kami perlu mengambil hal-hal positif dari kejuaraan ini,” kata kiper Ceko, Timas Vaclik.