Meski ditempatkan sebagai unggulan ketujuh, Iga Swiatek mengaku masih beradaptasi untuk bermain di lapangan rumput. Proses belajar itu telah mampu membawanya ke babak keempat.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
LONDON, JUMAT - Bagi Iga Swiatek, Wimbledon kali ini adalah masa evolusi. Swiatek adalah juara tunggal putri yunior Wimbledon 2018, tetapi dia membutuhkan waktu untuk berkembang di level yang lebih tinggi.
Setelah menjuarai Wimbledon yunior pada usia 17 tahun, Swiatek hanya tampil pada tiga turnamen lapangan rumput pada 2019. Dia tiga kali menang pada kualifikasi WTA 250 Birmingham, tetapi selalu kalah saat bersaing di babak utama.
Tahun ini, usai gagal mempertahankan gelar juara Perancis Terbuka karena tersingkir pada perempat final, Swiatek kalah pada babak kedua turnamen WTA 500 Eastbourne, turnamen pemanasan Wimbledon. Maka, petenis Polandia itu pun menjadikan Wimbledon kali ini sebagai ajang untuk ”belajar” bermain di lapangan rumput, meski dia menjadi unggulan ketujuh.
Dalam foto dan video yang diunggahnya pada masa latihan di All England Club, London, Swiatek mengatakan bahwa dia masih belajar untuk bisa bermain dengan nyaman di lapangan rumput. Dari gaya bermain dalam ritme lambat dengan pantulan bola tinggi dan pelan di lapangan tanah liat, petenis Polandia itu beradaptasi bermain dengan laju bola cepat dan rendah. Tak jarang, Swiatek harus memukul bola sambil berlutut atau jongkok.
Setelah menjalani konferensi pers praturnamen, Swiatek kembali menegaskan, dia masih harus beradaptasi untuk tampil solid di Wimbledon. “Saya akan mencoba tetap rendah hati dan bekerja keras setiap hari. Bermain di lapangan rumput tak mudah karena saya masih banyak membuat kesalahan, tetapi itu tidak menjadi masalah,” katanya.
Swiatek rupanya termasuk pembelajar yang cepat. Proses itu membawanya lolos ke babak keempat dengan kemenangan 6-1, 6-0 atas Irina-Camelia Begu (Romania) di Lapangan 12, Jumat (2/7/2021). Lolosnya petenis berusia 20 tahun itu ke pekan kedua Wimbledon menjadi hasil yang lebih baik dibandingkan pada debutnya di level senior pada 2019. Saat itu, dia tersingkir pada babak pertama.
Kemenangan atas Begu, didapat hanya dalam waktu 55 menit. Skor akhir memperlihatkan penampilan Swiatek yang kian solid pada setiap babak. Swiatek mengalahkan Hsieh Su Wei (Taiwan), 6-4, 6-4, pada babak pertama, lalu hanya kehilangan empat gim lawan Vera Zvonareva (Rusia), 6-1, 6-3, pada babak kedua.
Mantan petenis Siprus, Marcos Baghdatis, yang menjadi komentator untuk Fox Sports, menilai, Swiatek tampil sangat solid. ”Kunci permainannya adalah servis yang bagus. Servisnya sebagus saat dia bermain di tanah liat,” ujar finalis Australia Terbuka 2006 itu.
Statistik memperlihatkan keunggulan Swiatek dalam servis. Dari 21 servis pertama yang masuk, dia memperoleh 18 poin (86 persen). Sebanyak 17 servis kedua memberinya 12 poin (71 persen).
Saya akan mencoba tetap rendah hati dan bekerja keras setiap hari. Bermain di lapangan rumput tak mudah karena saya masih banyak membuat kesalahan, tetapi itu tidak menjadi masalah.
”Kemampuan saya bermain di lapangan rumput rasanya semakin baik. Saya juga semakin mudah beradaptasi di setiap jenis lapangan. Itu juga menandakan mental saya semakin baik karena bisa menghadapi berbagai tantangan,” komentar Swiatek.
Dengan sikap positif dan rasa percaya diri, petenis yang memiliki psikolog olahraga dalam tim pendukungnya itu semakin mudah untuk menerapkan taktik yang telah didiskusikan bersama pelatih. “Saat saya bermain dengan nyaman, saya merasa lebih mudah untuk fokus dan bermain dengan agresif,” katanya.
Sikap positif itu muncul setelah mendapat hasil buruk di Eastbourne. Awalnya, Swiatek tak membawa ekspektasi apapun ke All England Club.
“Tetapi, orang-orang masih membicarakan prestasi saya di masa yunior. Saya pun berpikir, mungkin tak mengapa jika saya berharap bisa memenangi beberapa pertandingan. Namun, belajar untuk tampil semakin baik dari hari ke hari tetap menjadi target utama saya,” tutur petenis peringkat kesembilan dunia itu.
Belajar dari video
Selain learning by doing, Swiatek juga tekun mempelajari permainan para jagoan tanah liat yang juga piawai bermain di lapangan rumput. Melalui video, dia menonton penampilan Rafael Nadal dan Simona Halep.
Nadal, 13 kali juara Perancis Terbuka, adalah juara Wimbledon pada 2008 dan 2010. Adapun Halep, menjuarai Wimbledon 2019 setahun setelah menjadi tunggal putri terbaik di Perancis Terbuka.
“Saya melihat final Rafa dan Simona di Wimbledon. Mereka sangat dominan dan percaya diri. Mungkin ini bukan cara belajar yang baik karena mereka terlalu bagus, tetapi, saya bisa belajar dari cara mereka mengatasi kesulitan,” tutur penggemar Nadal itu.
Pada babak keempat, Swiatek akan berhadapan dengan Ons Jabeur. Petenis Tunisia itu lolos ke babak keempat setelah mengalahkan juara Wimbledon 2017 Garbine Muguruza, 5-7, 6-3, 6-2. Swiatek unggul 1-0 atas Jabeur pada pertemuan sebelumnya.
Unggulan kedua tunggal putri, Aryna Sabalenka, dan Karolina Pliskova (ungguan ke-8) juga melaju ke babak keempat. Sabalenka mengalahkan Maria Camila Osorio Serrano, 6-0, 6-3, sedangkan Pliskova menang atas Tereza Martincova, 6-3, 6-3.
Pada tunggal putra, dua petenis Rusia menjadi yang pertama melaju ke babak keempat. Andrey Rublev (5), untuk pertama kalinya akan bermain dalam pekan kedua Wimbledon, setelah mengalahkan Fabio Fognini, 6-3, 5-7, 6-4, 6-2. Adapun Karen Khachanov (10) menang atas Frances Tiafoe, 6-3, 6-4, 6-4. (AFP/REUTERS)