Roger Federer menciptakan sejarah sebagai petenis tertua pertama yang lolos ke babak ketiga Wimbledon dalam 46 tahun terakhir setelah mengalahkan Richard Gasquet. Tampil rileks menjadi kunci legenda Grand Slam tersebut.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
LONDON, KAMIS — Persiapan Roger Federer ke Wimbledon tahun ini tak begitu baik setelah tersingkir pada babak kedua turnamen pemanasan ATP 500 Halle, Jerman. Namun, begitu melewati babak kedua di All England Club, London, Inggris, Federer lebih rileks untuk menghadapi tantangan berikutnya.
Federer mendapatkan tiket babak ketiga setelah mengalahkan sesama petenis senior, Richard Gasquet, pada babak kedua, Kamis (1/7/2021) malam waktu setempat atau Jumat dini hari waktu Indonesia. Di Lapangan Utama All England Club, Federer menang 7-6 (1), 6-1, 6-4.
Federer pun unggul 19-2 dari Gasquet sejak pertama kali bertemu pada perempat final ATP Masters 1000 Monte Carlo 2005. Itu menjadi salah satu kemenangan Gasquet selain pada babak 16 besar Roma Masters 2011.
Statistik keunggulan itu menjadi salah satu dominasi terkuat dalam persaingan tenis putra. Dalam perjalanan kariernya, Federer juga dominan atas David Ferrer dan Mikhail Youzhny, masing-masing dengan keunggulan 17-0.
”Saya tahu Richard dengan baik. Kami bertemu dalam banyak pertandingan dan selalu menyenangkan saat bertemu dengannya. Dia punya backhand yang sangat bagus. Set pertama cukup berat. Set kedua berjalan dengan baik dan pada set ketiga saya hanya sedikit lebih baik dari dia,” tutur Federer tentang laga yang mempertemukan dua petenis dengan backhand satu tangan itu.
Dengan usia menjelang 40 tahun, Federer lahir 8 Agustus 1981, petenis Swiss itu menjadi petenis tertua yang lolos ke babak ketiga Wimbledon dalam 46 tahun terakhir. Sebelumnya, ada Ken Rosewall yang berusia 40 tahun saat tampil pada Wimbledon 1975. Delapan kali juara Grand Slam itu terhenti pada babak keempat setelah dikalahkan Tony Roche.
Melewati drama
Kemenangan straight sets pada babak kedua didapat Federer setelah melewati drama pada babak pertama. Peluangnya untuk memenangi babak awal adalah 50-50 saat pertandingan melewati empat set ketika menghadapi Adrian Mannarino.
Saya sangat senang bisa bermain kembali di Lapangan Utama. Sejujurnya, ini adalah lapangan di seluruh dunia yang paling membuat saya gugup. Tak ada lapangan lainnya seperti Lapangan Utama All England Club.
Namun, Mannarino akhirnya mundur pada awal set kelima karena cedera lutut. Dia terjatuh pada gim ketujuh set keempat karena licinnya lapangan rumput.
”Fisik saya baik. Saya juga merasa lebih rileks dalam banyak sisi. Apa yang saya lakukan hari ini memberi banyak kepercayaan diri. Saya bisa menjalani pertandingan berikutnya tanpa tekanan,” komentar Federer yang ditempatkan sebagai unggulan keenam.
Meski percaya dirinya bertambah, Federer memastikan, tahap awal turnamen besar bukanlah waktu yang tepat untuk mencapai puncak penampilan. Dua ujian yang dia lewati hampir tidak memberi banyak kesempatan untuk mengeluarkan berbagai keterampilannya dalam memecahkan masalah, baik itu dalam faktor keuletan maupun taktik.
Ujian berikutnya akan dijalani saat menghadapi petenis tuan rumah, Cameron Norrie. Sempat berperingkat ke-74 dunia pada awal tahun, Norrie saat ini telah menempati posisi ke-34 dunia. Peningkatan itu dicapai berkat tiga final yang dicapainya dari 10 turnamen.
Dukungan penonton pun akan sangat jelas terbagi, yaitu untuk Norrie yang mewakili tuan rumah dan Federer, delapan kali juara Wimbledon yang selalu dicintai di mana pun dia bermain.
Pertemuan pertama kedua petenis yang akan berlangsung pada Sabtu itu menjadi babak ketiga pertama Norrie di Wimbledon. Dia mengalahkan Alex Bolt (Australia), 6-3, 6-1, 6-2, pada babak kedua.
”Ini yang ingin saya lihat dari setiap pemain. Saya ingin melihat mereka mengalami perkembangan, seperti Cam Norrie. Sebagai petenis yang tak bertanding selama lebih dari setahun, saya tak ingin bertemu dengan seorang petenis yang tak memperlihatkan perkembangan apa-apa. Saya menghargai Cam dan sangat antusias untuk menjalani pertandingan itu,” tutur Federer.
Petenis dengan 20 gelar Grand Slam itu juga menilai bahwa penonton akan sangat terlibat pada pertandingan tersebut. ”Saya mengerti jika penonton mendukung Cam. Jika mereka cenderung mendukung saya, itu karena perjalanan saya selama tampil di sini. Untuk saat ini, pembicaraan tentang pertandingan itu sampai di sini. Dia perlu menang, saya juga harus memenangi pertandingan itu,” tutur Federer.
Unggulan lain di tunggal putra yang melaju ke babak ketiga dari pertandingan pada Kamis adalah Daniil Medvedev (unggulan kedua), Alexander Zverev (4), dan Matteo Berrettini (7).
Gugup di lapangan utama
Meski lolos ke babak ketiga, setelah mengalahkan Elena Vesnina, 6-4, 6-3, remaja putri, Cori ”Coco” Gauff, mengatakan, dia tampil gugup pada pertandingan itu. Kegugupannya itu karena laga tersebut berlangsung di Lapangan Utama.
”Saya sangat senang bisa bermain kembali di Lapangan Utama. Sejujurnya, ini adalah lapangan di seluruh dunia yang paling membuat saya gugup. Tak ada lapangan lainnya seperti Lapangan Utama All England Club. Namun, setelah memenangi pertandingan, tentu saja gugup itu berubah menjadi senang,” ujar petenis 17 tahun yang akan berhadapan dengan Kaja Juvan pada babak ketiga.
Pada 2019, dalam debutnya pada babak utama Wimbledon setelah lolos dari kualifikasi, Coco membuat kejutan. Dalam usia 15 tahun, dia menjadi petenis termuda yang tampil pada babak utama Grand Slam klasik tersebut. Ia mengalahkan Venus Williams pada babak pertama, lalu bertahan hingga babak keempat.
Dua tahun berlalu—Wimbledon 2020 tak diselenggarakan karena pandemi Covid-19—Coco datang sebagai unggulan ke-20. ”Rasanya, saya sudah berubah banyak dari dua tahun lalu. Pada 2019, saya seperti sedang mencari pengalaman di sini dan mungkin tidak banyak yang tahu saya. Sekarang, saya sudah sedikit merasa tampil di rumah sendiri dan tujuan saya adalah untuk menang,” ujarnya menegaskan. (AFP/REUTERS)