Spanyol mewaspadai ancaman tim "pembunuh raksasa", Swiss, di perempat final. Meskipun demikian, pelatih Luis Enrique ingin "La Furia Roja" tetap tampil sesuai jati dirinya, yaitu bermain ofensif dan mencetak banyak gol.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
SAINT PETERSBURG, RUSIA - Spanyol sangat mewaspadai ancaman Swiss dalam laga perempat final Piala Eropa 2020 di Stadion Krestovsky, Saint Petersburg, Rusia, Jumat (2/7/2021) malam WIB. Meskipun bukan tim unggulan, Swiss tidak boleh diremehkan karena terbukti mampu membuat kejutan dengan memulangkan favorit juara, Perancis, pada babak 16 besar.
Kendati rekor Spanyol atas Swiss sangat bagus, yakni hanya seka1i kalah dari 22 pertemuan, ”La Furia Roja” itu tidak bisa memandang sebelah mata tim peringkat ke-13 dunia tersebut. Spanyol pernah dikalahkan Swiss, 0-1, pada Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Padahal, mereka berstatus juara Eropa saat itu.
”Ini akan menjadi laga yang butuh kerja keras. Jika berada di perempat final dengan menyingkirkan Perancis, itu artinya mereka adalah tim berkualitas tinggi. Mereka pasti berusaha keras di laga nanti. Mereka pesaing yang kuat,” ujar penyerang Spanyol, Mikel Oyarzabal, dikutip Marca.
Kiper Spanyol, Unai Simon, meminta timnya tampil penuh kerendahan hati ketika menghadapi Swiss, apalagi mereka punya masalah dengan lini pertahanannya. Saat menghadapi Kroasia di babak 16 besar, gawang Spanyol kebobolan dua kali setelah memimpin 3-1. Spanyol lalu mencetak dua gol di babak tambahan waktu.
”Para veteran selalu memberi tahu kami bahwa turnamen besar dimenangkan tim, bukan nama atau individu. Saya tidak tahu apakah ada ego di tim Spanyol sebelumnya. Akan tetapi, saat ini, tim ini sangat rendah hati, pekerja keras, dan sangat bersemangat untuk memenangkan turnamen ini,” kata Simon, kiper yang sempat membuat blunder fatal dalam laga melawan Kroasia tersebut.
Masa kebangkitan
Terlepas dari pertahanan yang kurang solid, Spanyol saat ini kini sedang memasuki masa kebangkitannya. Laga versus Kroasia adalah kemenangan pertama mereka di babak gugur turnamen besar setelah menggilas Italia, 4-0, pada final Piala Eropa 2012 di Polandia dan Ukraina. Spanyol lalu kandas di penyisihan grup Piala Dunia Brasil 2014. Mereka juga hanya bisa mencapai babak 16 besar di Piala Eropa Perancis 2016 dan Piala Dunia Rusia 2018.
Geliat kebangkitan Spanyol terlihat dari produktivitas golnya di Piala Eropa 2020. Sempat tertatih-tatih di awal babak penyisihan grup, mereka mulai ganas di dua laga terakhirnya, yaitu mencetak 10 gol ke gawang Kroasia dan Slowakia.
Kami siap bermain seperti saat menang 5-3 atas Kroasia. Kami tidak akan bermain terlalu lama dengan bola atau hanya bertahan. (Luis Enrique)
Total 11 gol atau rata-rata 2,75 gol per laga telah mereka buat di Piala Eropa 2020. Tiada tim lainnya yang bisa menandingi jumlah gol runner up di Grup E itu. Menurut Marca, rata-rata gol itu adalah yang tertinggi dibuat Spanyol sepanjang mengikuti Piala Eropa dan Piala Dunia. Rekor mereka sebelumnya adalah 2,67 gol per laga pada Piala Dunia Perancis 1998.
”Orang-orang mengatakan Spanyol tidak bisa mencetak gol, tetapi kami tidak pernah memikirkan itu. Saat bekerja keras, kami mendapatkan hasilnya. Kini, kami tidak peduli siapa yang kami hadapi di perempat final. Kami ingin fokus dengan diri sendiri yang didorong kepercayaan diri dan tekad,” tutur penyerang Spanyol, Ferran Torres, dilansir laman UEFA.
Pelatih Spanyol Luis Enrique pun ingin tetap mempraktikan permainan ofensif dan terbuka yang telah mereka perlihatkan di dua laga terakhir. ”Kami siap bermain seperti saat menang 5-3 atas Kroasia. Kami tidak akan bermain terlalu lama dengan bola atau hanya bertahan,” ujarnya.
Tanpa Xhaka
Sementara itu, Swiss bersiap melanjutkan tren positif walau tidak bisa diperkuat kaptennya, Granit Xhaka, karena akumulasi kartu kuning. Swiss sudah membuat rekor, yaitu lolos ke babak perempat final Piala Eropa untuk pertama kalinya. Namun, mereka tidak ingin rekor itu terhenti.
Xhaka berkata, timnya sangat mengenal kemampuan Spanyol karena telah bertemu dua kali di Liga Nasional Eropa, akhir tahun lalu. Swiss mencoba mengoptimalkan potensinya dan mengincar kelemahan Spanyol. ”Melawan Spanyol, kami butuh karakter dan semangat juang sama yang kami tunjukkan ketika mengalahkan Prancis,” kata pemain Arsenal itu.
Pelatih Swiss Vladimir Petkovic mengungkapkan, skuadnya perlu memberikan 120 persen kemampuan pada laga besok, seperti telah ditunjukkan saat menyingkirkan Perancis. ”Kami harus mengeluarkan kemampuan yang sama,” tegasnya.
Claudio Ranieri, pelatih asal Italia, mengingatkan, Spanyol telah menemukan karakter aslinya setelah sempat menjalani masa sulit, setengah dekade terakhir. Namun, mereka harus tetap mewaspadai Swiss. ”Spanyol adalah favorit. Namun, tim favorit tidak selalu menang,” ucapnya. (AFP/Reuters)