Ashleigh Barty mengambil inspirasi dari legenda tenis Australia, Evonne Goolagong Cawley. Tunggal putri terakhir Australia yang menjadi petenis nomor satu sebelum dirinya itu adalah juara Wimbledon 1971 dan 1980.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
LONDON, KAMIS - Saat melangkah ke lapangan untuk menjalani babak kedua Wimbledon, Ashleigh Barty membawa inspirasi dari salah satu legenda tenis Australia, Evonne Goolagong Cawley. Tunggal putri nomor satu dunia itu bertekad terus memperbaiki penampilannya untuk bisa meniru Cawley.
Cawley adalah petenis Australia pada era 1960-an hingga awal 1980-an. Dia tujuh kali juara Grand Slam, termasuk Wimbledon 1971 dan 1980. Tahun ini menjadi peringatan 50 tahun perolehan gelar pertama Cawley di Wimbledon.
Mantan petenis yang kini berusia 69 tahun itu juga menjadi tunggal putri terakhir Australia yang mendapat Venus Rosewater, trofi berbentuk piringan, lambang juara tunggal putri Wimbledon. Cawley adalah tunggal putri Australia terakhir di puncak peringkat dunia sebelum Barty. Dia berada pada posisi tersebut selama dua pekan pada 26 April-9 Mei 1976.
Barty, yang menjadi petenis nomor satu dunia sejak 2019, meraih pencapaian tertinggi pada Perancis Terbuka 2019. Akan tetapi, petenis berusia 25 tahun itu belum pernah melewati babak keempat Wimbledon dalam empat penampilannya, pada 2012, 2017, 2018, dan 2019.
Kemenangan tiga set atas Carla Suarez Navarro, 6-1, 6-7 (1/7), 6-1, pada babak pertama menunjukkan masih ada celah yang harus diperbaiki jika dia ingin meniru Cawley. Pada babak kedua, ketika mengalahkan Anna Blinkova, 6-4, 6-3, permainan Barty lebih variatif, salah satunya mengkombinasikan pukulan keras dengan slice.
Pukulan pelan dengan gaya mengiris itu memberi efek pantulan bola sangat rendah. Di lapangan rumput, jenis pukulan itu efektif untuk mematikan lawan.
Namun, Barty masih punya kendala saat melakukan servis. Dia membuat sembilan double fault, bagian dari 33 unforced error yang dilakukannya. Jumlah kesalahan itu sama dengan banyaknya winner yang dibuatnya.
”Saya senang bisa memenangi pertandingan ini karena Anna memberi perlawanan tangguh. Ini menjadi pertemuan pertama kami sehingga saya harus mencari pola bermain yang tepat,” komentar Barty.
Tentang peluangnya untuk menjuarai Wimbledon seperti Cawley, Barty mengatakan, dia akan berusaha bermain sebaik mungkin pada setiap babak, termasuk ketika berhadapan dengan Katarina Siniakova pada babak ketiga. Petenis Ceko itu mengalahkan Coco Vandeweghe (Amerika Serikat), 4-6, 6-2, 6-2.
Jika bisa melewati babak ketiga, Barty berpeluang bertemu juara Perancis Terbuka, Barbora Krejcikova pada babak keempat. Krejcikova melangkah ke babak ketiga setelah mengalahkan Andrea Petkovic, 7-5, 6-4.
Saya senang bisa memenangi pertandingan ini karena Anna memberi perlawanan tangguh. Ini menjadi pertemuan pertama kami sehingga saya harus mencari pola bermain yang tepat.
Meski pernah menjuarai ganda putri Wimbledon 2018 bersama Siniakova, ini adalah debut Krejcikova di nomor tunggal pada ajang yang sama. Sebelum mencoba memperbaiki penampilan pada nomor tunggal, Krejcikova lebih fokus bermain di ganda. Dia meraih enam gelar juara Grand Slam pada ganda putri dan campuran.
Dari pertandingan lain, semifinalis Wimbledon 2019, Elina Svitolina, tersingkir pada babak kedua. Unggulan ketiga itu ditaklukkan Magda Linette, 3-6, 4-6. Kekalahan juga dialami semifinalis Perancis Terbuka, Maria Sakkari, saat berhadapan dengan Shelby Rogers, 5-7, 4-6.
Menunggu AS Terbuka
Pertanyaan tentang kelanjutan karier Serena Williams terus muncul setelah dia mengundurkan diri pada babak pertama karena cedera kaki. Serena mundur pada skor 3-3 set pertama ketika berhadapan dengan Aliaksandra Sasnovich, Selasa.
Serena meninggalkan Lapangan Utama sambil menangis. Kejadian tak terduga itu muncul di saat petenis peringkat kedelapan dunia itu punya kesempatan besar menjuarai Wimbledon kedelapan kalinya, sekaligus menjadi gelar Grand Slam ke-24. Jika itu terjadi, Serena pun bisa menyamai rekor Margaret Court sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal.
Namun, cedera dan usia menjelang 40 tahun membuat peluang Serena mewujudkan ambisi itu menjadi tanda tanya. “Mungkin benar, peluang itu semakin menjauh, tetapi kita harus memberinya kesempatan di AS Terbuka. Kita tak boleh menyingkirkan Serena dari persaingan juara Grand Slam secepat ini. Dia bermain bagus di Perancis Terbuka meski kalah pada babak keempat,” komentar mantan petenis nomor satu dunia, Mats Wilander.
Menurut Wilander, Serena memang telah membawa sedikit cedera saat datang ke All England Club. “Dengan kondisi itu, lapangan rumput yang licin pun menjadi berbahaya. Kita tunggu Serena di AS Terbuka,” kata Wilander, menyebut Grand Slam terakhir pada setiap musim yang tahun ini akan berlangsung 30 Agustus-12 September.
Selain Serena, kakaknya, Venus, juga telah telah tersingkir. Venus kalah dari Ons Jabeur, 5-7, 0-6, pada babak kedua. (AFP/REUTERS)