Pilihan ban berkompon lebih lunak untuk Formula 1 seri Austria, akhir pekan ini, jadi tantangan sekaligus peluang bagi Mercedes untuk mengalahkan Red Bull. Perubahan ban itu akan memaksa tim melakukan dua ”pit stop”.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
SPIELBERG, KAMIS — Max Verstappen akan mendapat tantangan baru dalam perjuangan meraih kemenangan ketiga beruntun musim ini, dalam Formula 1 seri Austria di Red Bull Ring, Minggu (4/7/2021). Pebalap Red Bull Racing itu tidak akan memiliki ban berkompon keras, C2, di mana dia sangat nyaman memacu RB16B dengan strategi satu kali pit stop. Perubahan ban ke setelan kompon lebih lunak ini membuka peluang Mercedes untuk menghentikan Red Bull yang telah meraih empat kemenangan beruntun.
Pemasok ban Formula 1, Pirelli, memutuskan untuk menggunakan ban kompon lebih lembut akhir pekan ini. Ban paling keras yang pekan lalu disediakan C2 akan menjadi C3 pada akhir pekan ini. Pekan lalu, C3 menjadi ban medium pada seri Styria yang dimenangi oleh Verstappen. Dua ban itu menjadi kunci kemenangan dengan strategi satu pit stop di mana start balapan menggunakan C3 dan menyelesaikan balapan dengan C2. Verstappen tidak pernah berada dalam tekanan Lewis Hamilton selama menggunakan ban C2 setelah pit stop.
Akhir pekan ini, strategi pit stop diyakini akan berubah dengan dua kali penggantian ban karena ban paling keras adalah ban medium pada pekan lalu. Setiap pebalap akan mendapat dua set ban C3, tiga set ban C4, dan delapan set ban berkompon lunak C5, dalam seri Austria, 2-4 Juli.
”Sekali lagi, setelah tahun lalu Austria menggelar dua balapan beruntun, yang berarti tim-tim memiliki banyak data pada trek ini, serta pengalaman baru-baru ini terkait bagaimana menghadapi tantangan spesifik tersebut serta taktik,” ujar Kepala F1 dan Mobil Balap Pirelli Mario Isola di laman Formula 1.
”Namun, memiliki dua nominasi ban berbeda menjadi yang pertama kali di Red Bull Ring, jadi ini akan menarik melihat bagaimana tim-tim mencari daya cengkeram dengan ban paling lunak C5 untuk balapan pekan kedua, dan bagaimana pilihan ban baru ini memengaruhi strategi untuk menciptakan peluang dibandingkan seri Styria,” kata Isola.
Balapan kedua di Red Bull Ring ini diyakini oleh Verstappen akan lebih ketat karena semua tim memiliki data segar untuk memperbaiki performa mobil. ”Anda memiliki pemahaman yang lebih atas apa yang terjadi. Kami menggunakan kompon lebih lunak, jadi itu akan menarik untuk melihat bagaimana mengelola itu,” ujar pebalap asal Belanda itu.
Kami menggunakan kompon lebih lunak, jadi itu akan menarik untuk melihat bagaimana mengelola itu.
Dengan pilihan ban berkompon lebih lunak, usia pakai ban juga akan menurun sehingga pilihan strategi pit stop yang paling rasional adalah dua kali berhenti. Namun, strategi akan dimulai sejak sesi latihan untuk mengetahui ban mana perlu dihemat untuk digunakan dalam balapan. Menyimpan satu set ban C3 baru sepertinya akan menjadi taktik tim-tim dengan mobil kencang, seperti Red Bull dan Mercedes. Sedangkan pengumpulan data saat latihan akan fokus pada ban C4 dan C5 untuk mengetahui ban terbaik guna mengawali balapan. Pemilihan strategi akan semakin rumit dengan cuaca di Red Bull Ring yang sulit ditebak.
Mercedes yang akhir pekan lalu kalah dari Red Bull memiliki peluang untuk menghentikan dominasi rivalnya itu dengan strategi pit stop. Namun, masalah utama Mercedes pada degradasi ban belakang yang cepat bisa menjadi ganjalan meraih kemenangan.
”Seperti yang Anda lihat, sekali pit stop mungkin dilakukan dengan dua ban kompon terkeras, tetapi itu mungkin lebih menantang dalam seri Austria. Itu akan menjadi tantangan, tetapi juga akan membuka peluang. Ini berarti kondisi yang sama tidak akan terulang karena hanya ada sepekan menjelang balapan. Ban-ban yang berbeda akan membuat keadaan lebih rumit sekaligus menghadirkan peluang,” ujar Direktur Strategi Motorsport Mercedes James Vowles, dikutip Autosport.
Menurut Vowles, timnya sangat kuat dalam hal jujur pada diri sendiri. ”Namun, kami juga berusaha memastikan memiliki diskusi yang kuat dan setiap departemen pergi dan kembali dengan setiap milidetik yang bisa mereka temukan,” jelas Vowles.
”Ini mungkin membuat balapan lebih seperti balapan dua kali berhenti. Namun, pada akhirnya, kami sedikit kekurangan pace balapan dan kami sedikit lebih buruk pada keausan (ban). Jadi, apakah itu sekali berhenti dengan ban berkompon lebih keras atau dua kali berhenti dengan kompon lebih lunak, solusi untuk masalah-masalah itu akan tetap sama,” ujar Direktur Teknik Trackside Mercedes Andrew Shovlin terkait strategi ban.
Menuru Shovlin, mereka hanya perlu membuat mobil sedikit lebih cepat dan sedikit lebih mudah pada ban belakang. ”Itu hanya akan berubah jika cuacanya sangat berbeda, tetapi saya berharap itu adalah area yang perlu kita fokuskan,” lanjut Shovlin.
Pilihan ban untuk balapan akhir pekan ini juga diakui oleh pebalap tim Alpine, Fernando Alonso, sedikit rumit. Tim-tim dengan mobil yang kurang cepat akan terpaksa menggunakan ban berkompon paling lunak, C5, supaya bisa lolos ke kualifikasi ketiga (Q3). Artinya, mereka akan berusaha mencetak waktu tercepat pada Q2 dengan ban C5. Sesuai dengan regulasi, ban yang dipakai mencetak waktu tercepat pada Q2 akan digunakan saat start balapan.
”Saya pikir ini akan menjadi tantangan untuk melakukan sekali pemberhentian jika mengawali balapan dengan C5, mungkin itu akan lebih sulit. Saya menduga, mobil-mobil yang kencang memiliki kemewahan untuk menghindari ban itu dan (tim-tim) papan tengah tidak memiliki kemewahan itu. Jadi, itu sisi jelek terkait aturan tersebut. Mereka berusaha menerapkan satu aturan yang bisa menguntungkan pertunjukan dan mereka hanya menguntungkan tim-tim besar,” lanjut Alonso, juara dunia F1 dua kali bersama tim Renault itu.
Pilihan ban berkompon lebih lunak ini juga akan menyulitkan para pebalap Ferrari karena mobil SF21 mereka cenderung kesulitan mencapai performa bagus dengan ban kompon lunak. ”Saat ini, semakin keras ban, semakin baik bagi kami hingga kami menemukan jawaban atas apa yang terjadi di Paul Ricard (Perancis),” ujar Carlos Sainz Junior.