Inggris dan Italia membuktikan talenta dari liga domestik bisa bersaing di Piala Eropa. Tidak hanya berhasil melaju ke perempat final dengan produk-produk domestiknya, kedua tim juga memiliki catatan statistik terbaik.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AP/POOL/LAURENCE GRIFFITHS
Pemain Italia, Federico Chiesa, mencoba menendang bola melewati kiper Austria, Daniel Bachmann, pada babak 16 besar Piala Eropa 2020, di Stadion Wembley, London, Minggu (27/6/2021) dini hari WIB. Pada laga itu, Italia menang dengan skor 2-1. Salah satu gol dicetak Chiesa yang membela klub Liga Italia, Juventus.
Memasuki perempat final Piala Eropa 2020, adu gengsi dua liga terbaik di dunia, yaitu Liga Inggris dan Liga Italia, kian menguat. Kualitas kedua liga itu tercermin dari para pemain produk mereka yang menjadi andalan sejumlah tim, khususnya Inggris dan Italia, yang menembus babak perempat final.
Inggris dan Italia sangat percaya dengan liga domestik mereka. Sebanyak 88,5 persen atau 23 dari 26 pemain ”Tiga Singa” bermain di Liga Inggris. Sementara itu, Pelatih Italia Roberto Mancini memercayai 85 persen alokasi skuad ”Gli Azzurri” kepada para pemain yang tampil di Liga Italia. Sebanyak 22 dari 26 anggota skuad Gli Azzurri tampil di Liga Italia.
Alhasil, secara total, kedua tim masing-masing hanya memanggil kurang dari 15 persen pemain yang berkiprah di luar negeri. Pelatih Inggris Gareth Southgate hanya menyertakan tiga pemain (11,5 persen) dari luar Inggris, yaitu Kieran Trippier (Atletico Madrid) serta Jadon Sancho dan Jude Bellingham yang membela klub Liga Jerman, Borussia Dortmund.
Adapun Mancini hanya memanggil empat pemain dari luar Italia, yaitu Emerson dan Jorginho yang membela Chelsea, serta Marco Verratti dan Alessandro Florenzi yang memperkuat Paris Saint-Germain.
Selain kuantitas, produk Liga Inggris dan Liga Italia juga teruji kualitasnya. Kedua liga itu menjadi penyumbang jumlah pemain terbanyak yang dianugerahi pemain terbaik di laga-laga Piala Eropa 2020 sejauh ini. Sebanyak 14 gelar pemain terbaik di laga diberikan kepada para individu yang tampil di Liga Inggris, adapun 11 pemain lainnya berkarier di Liga Italia.
ANDY RAIN / POOL / AFP
Bek Inggris, Harry Maguire, merayakan kemenangan timnya, 2-0, atas Jerman pada laga babak 16 besar di Stadion Wembley, London, Inggris, Rabu (30/6/2021) dini hari WIB. Maguire, yang membela klub Manchester United, dinobatkan sebagai pemain terbaik pada laga itu.
Dampaknya, Inggris dan Italia tampil meyakinkan di empat laga yang telah dijalaninya sejauh ini. Italia bahkan selalu mengemas kemenangan di empat pertandingan, termasuk keunggulan 2-1 atas Austria lewat perpanjangan waktu di babak 16 besar.
Adapun Inggris hanya satu kali kehilangan kemenangan saat ditahan tetangganya, Skotlandia, 0-0. Tim ”Tiga Singa” pun, untuk kali pertama dalam 51 tahun, akhirnya bisa mengalahkan Jerman di babak gugur turnamen besar. Mereka mengalahkan Jerman, 2-0.
Anomali permainan
Secara statistik, penampilan kedua tim juga cukup baik. Namun, terjadi anomali antara Italia dan Inggris. Tiga Singa, yang selama ini dikenal sebagai tim ofensif, diubah Southgate menjadi tim dengan pertahanan terbaik. Sebaliknya, Gli Azzurri, yang dulu identik tampil hati-hati dan pragmatis, menjelma salah satu tim yang sangat ofensif dan menghibur.
Terkait resepnya mengubah permainan Italia yang pragmatis, Mancini mengungkapkan, hal itu dilakukan dengan mengubah mentalitas para pemainnya.
Inggris adalah tim terburuk dalam urusan membuat peluang dibandingkan 15 tim lainnya yang lolos babak 16 besar. Tiga Singa hanya membuat total 27 tembakan, 9 di antaranya tepat ke gawang, dan baru mencetak empat gol. Akan tetapi, Inggris menjadi satu-satunya tim yang belum kebobolan.
”Para pemain bertahan kami melakukan tugas yang luar biasa. Kami bertahan sebagai tim, kemudian mampu memanfaatkan momen yang tepat untuk menyerang,” ujar Southgate dilansir laman UEFA.
AP/JOHN SIBLEY/POOL
Pelatih Inggris Gareth Southgate meluapkan emosi kegembiraannya seusai wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga babak 16 besar Piala Eropa 2020 melawan Jerman di Stadion Wembley, London, Inggris, yang berakhir Rabu (30/6/2021) dini hari WIB. Inggris menang 2-0.
Menurut Southgate, kinerja bagus pertahanan timnya tidak terlepas dari kekompakan para pemain. Mayoritas dari mereka telah saling mengenal dan tampil bareng sejak level yunior.
Permainan Inggris pun mendapat pujian dari sosok pelatih yang dikenal dengan permainan pragmatis, Jose Mourinho. Menurut mantan manajer Chelsea itu, Inggris akhirnya punya keseimbangan permainan. Hal itu menjadi modal yang baik untuk menjuarai Piala Eropa.
”Untuk terus melaju dan melangkah ke final, mereka (Inggris) harus menghormati sepak bola dan setiap lawan. Perancis tersingkir karena mereka tidak melakukannya,” tutur Mourinho dilansir Daily Mail.
Adapun Italia adalah tim yang paling banyak menciptakan peluang, yaitu 87 tembakan. Dalam hal gol, koleksi mereka, yaitu sembilan gol, hanya kalah dari Spanyol (11 gol). Meskipun demikian, Italia bersama Belgia menjadi perempat finalis tersisa yang selalu mencetak gol di setiap laga sejauh ini.
Selain itu, rata-rata persentase penguasaan bola Italia berada di angka 56,3 persen. Jumlah itu hanya kalah dari Spanyol (67,5 persen) dan Jerman (59,3 persen). Angka penguasaan bola Italia itu adalah yang tertinggi di turnamen besar, sejak Piala Eropa 2000 di Belgia-Belanda.
Resep Mancini
Terkait resepnya mengubah permainan Italia yang pragmatis, Mancini mengungkapkan, hal itu dilakukan dengan mengubah mentalitas para pemainnya. Ia juga bersyukur memiliki skuad yang mampu tampil padu karena mayoritas pemainnya rutin bermain di Liga Italia.
”Saya hanya berusaha membuat seluruh pemain percaya dengan diri mereka sendiri. Mereka adalah sekumpulan pemain yang memiliki kualitas mumpuni. Hal itu ingin mereka buktikan,” kata Mancini seperti dikutip La Gazzetta dello Sport.
Meskipun tampil apik hingga babak 16 besar, Inggris dan Italia harus menjaga konsistensi demi bisa menembus laga puncak. Kedua tim berpeluang saling berjumpa di laga final yang akan berlangsung di Stadion Wembley, 11 Juli mendatang.
Adapun Liga Spanyol dan Jerman, yang juga dikenal sebagai kompetisi terbaik di Eropa, tidak terlalu dominan menyumbangkan pemain ke tim nasional masing-masing di Piala Eropa 2020. Dari 24 pemain yang dipanggil Pelatih Spanyol Luis Enrique, hanya 11 pemain tampil di Liga Spanyol. Adapun 13 pemain membela 11 tim berbeda yang tersebar di Liga Inggris, Italia, dan Jerman.
Namun, keputusan Enrique itu, termasuk tidak menyertakan satu pun pemain Real Madrid, ternyata berbuah hasil positif. ”La Furia Roja” melaju ke perempat final sebagai tim tertajam dengan torehan 11 gol. Capaian itu lebih baik dari dua penampilan di turnamen besar sebelumnya, yaitu Piala Dunia Rusia 2018 dan Piala Eropa Perancis 2016. (AFP)