Publik Inggris di London larut dalam euforia kemenangan ”Tiga Singa” atas rival abadinya, Jerman. Kemenangan itu seketika membasuh luka puluhan tahun warga Inggris. Mereka percaya ”Football’s Coming Home” bakal terjadi.
Oleh
Adjie Masdyka Sudaryanto dari London, Inggris
·3 menit baca
Hujan mengguyur kota London, Inggris, sejak pagi hari, Selasa (29/6/2021). Namun, warga Inggris tetap menunjukkan semangat tinggi. Penyebabnya, hari itu hari yang bersejarah bagi warga Inggris, yaitu mewujudkan balas dendam terhadap rival abadinya, Jerman.
Warga Inggris menganggap Jerman sebagai rival utama mereka, melebihi Argentina atau Skotlandia. ”Menurut saya, Jerman adalah rival terbesar kami,” sebut Ben, seorang suporter Inggris yang tidak berani bertaruh Inggris bakal menang atas Jerman, sebelum laga itu.
”Sebagian besar ingatan saya tentang Inggris versus Jerman adalah frustrasi, kekecewaan, dan kesal,” tambah Ben menjelaskan alasannya.
Sudah sejak lama Inggris menderita dari Jerman. Dalam kancah politik, Jerman pernah menjadi musuh terbesar Inggris. Jerman, melalui Nazi pimpinan Adolf Hitler, pernah meneror rakyat Inggris. Kakek-nenek mereka ”dipaksa” berperang karena ambisi Hitler menguasai Eropa, bahkan dunia.
Tak heran, ketika saya mengunjungi Stadion Wembley, lokasi laga Inggris versus Jerman, sore hari, para pendukung tim ”Tiga Singa” yang datang membawa kisah dan nyanyian tentang pertempuran di era Perang Dunia. Lagu-lagu itu di antaranya adalah ”10 German Bombers” yang menceritakan tentang pesawat-pesawat pengebom Jerman yang ditembaki satu per satu oleh pasukan Royal Air Force (RAF) Inggris.
Karena mengandung muatan politik, Federasi Sepak Bola Inggris (The FA) sempat menyatakan lagu itu dilarang dinyanyikan para fans. Namun, nyatanya, mereka tetap bersemangat menyanyikannya di kawasan menuju Wembley, stadion kebanggaan Inggris. Nyanyian itu seolah ingin menghidupkan kembali spirit patriotisme tentara Inggris yang mampu mengalahkan Jerman, lebih dari tujuh dekade lalu.
Teriakan penuh semangat, seperti ”Eng-ger-land”, terus berkumandang dan saling bersahut-sahutan. Sepanjang Wembley Way, fans Inggris terus bernyanyi tanpa henti. Optimisme dan semangat bersatu warga Inggris sungguh terasa hari itu. Mereka tidak ingin negeri mereka, khususnya London, kembali dilanda teror dari Jerman.
Wajar jika semangat itu dilambungkan. Publik Inggris ingin mengakhiri derita kekalahan sekaligus hegemoni Jerman di kancah sepak bola. Sejak Piala Dunia Meksiko 1970, Inggris selalu kalah jika bertemu Jerman di babak gugur turnamen besar, baik Piala Dunia maupun Piala Eropa. Terakhir, pada Piala Dunia Afrika Selatan 2010, Inggris dihancurkan tim ”Panser”, 1-4, di babak 16 besar.
Wow, barusan kita benar-benar baru melibas Jerman, ya?
Namun, hari itu, semua berubah. Pasukan Gareth Southgate menang 2-0 atas Jerman dan melangkah ke perempat final berkat gol Raheem Sterling dan Harry Kane. London seolah-olah ”meledak” seketika oleh luapan kegembiraan yang sudah sangat lama tidak pernah lagi dirasakan.
Para fans terlihat sebagai satu keluarga besar. ”Football’s Coming Home”, lagu pada 1996 yang menceritakan kerinduan akan gelar juara di Inggris, kembali berkumandang di London. Bahkan, mobil-mobil yang lewat pun kebanyakan membuka jendela dan memasang lagu tersebut dengan volume tertinggi.
Tidak hanya para fans sepak bola, warga biasa pun ikut senang atas kemenangan bersejarah Inggris itu. ”Saya tidak akan pernah meragukan Southgate lagi! Saya sungguh bangga dengan permainan kita tadi,” ungkap Max, salah seorang pendukung Inggris.
Perayaan kemenangan itu meluas hingga ke jalan dan stasiun kereta bawah tanah di London. Kemenangan tim nasional Inggris mendadak menjadi topik hangat warga. Sebagian dari mereka masih tidak percaya Inggris bisa mengalahkan Jerman. ”Wow, barusan kita benar-benar baru melibas Jerman, ya?” ucap salah satu fans berbisik kepada temannya.
Langit-langit London pun terlihat cerah di pengujung hari itu. Tangisan Inggris dan ”penyiksaan” bertahun-tahun pun seketika berakhir. Mungkin saja, kali ini, ”Football’s Coming Home” sungguh tercipta....