Gairah Wembley, Luka 55 Tahun Inggris Berujung Pesta Kemenangan
Gelombang kebahagiaan merasuki Stadion Wembley ketika generasi baru Inggris menyudahi perih luka 55 tahun dari Jerman. “Football’s Coming Home” semakin mendekati nyata.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LONDON, SELASA — Pertama kali sejak 1966, Inggris menumbangkan Jerman dalam laga babak gugur di turnamen besar. Skuad ”Tiga Singa” mengakhiri penantian panjang penuh luka itu lewat kemenangan 2-0 atas sang rival abadi dalam babak 16 besar Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, Selasa (29/6/2021) WIB.
Peluit panjang berbunyi. Stadion Wembley yang diisi sekitar 40.000 pendukung langsung menggila. Para penonton melompat-lompat, bersorak, dan saling berpelukan. Di antaranya masih ada yang memegangi kepala. Mereka masih belum percaya hari yang dinanti selama 55 tahun akhirnya datang.
Gemuruh stadion menyemarakkan pesta di lapangan. Harry Kane, kapten Inggris, memimpin perayaan. Dia merangkul satu-satu rekannya, mulai dari Raheem Sterling dan Jack Grealish. Sang striker juga menepuk pipi mereka sambil berkata, ”Kita berhasil melakukannya.”
Ini hari dan pertandingan yang luar biasa. Bisa mendengar Wembley seperti ini adalah momen yang tidak akan pernah terlupakan. Semua bisa merayakan kemenangan ini di rumah ataupun di stadion.
”Ini hari dan pertandingan yang luar biasa. Bisa mendengar Wembley seperti ini adalah momen yang tidak akan pernah terlupakan. Semua bisa merayakan kemenangan ini di rumah ataupun di stadion,” ucap Kane yang menyumbang gol pertama dalam turnamen sekaligus penutup kemenangan.
Dari arah lain, Pelatih Inggris Gareth Southgate menatap ke arah langit sambil mengangkat kedua tangannya. Wajahnya tampak lega. Southgate pulang dari Wembley sebagai pahlawan. Dia bisa membuat Pangeran William dan istrinya, Kate Middleton, tersenyum lebar di tribune penonton.
Tidak seperti 25 tahun lalu, ketika dia hanya bisa tertunduk seusai gagal mengeksekusi penalti ke gawang Jerman dalam semifinal Piala Eropa 1996 di Wembley. Kala itu, seisi Wembley kecewa, termasuk Ratu Elizabeth II, yang menonton langsung.
”Ini adalah hari yang besar untuk Inggris. Setelah tahun-tahun sulit, kami bisa mengalahkan Jerman. Semua terlihat bahagia hari ini. Saya sudah pernah berada di Wembley dengan kondisi penuh, tetapi tidak pernah mencapai tingkat keriuhan seperti ini (hanya setengah kapasitas),” kata Southgate.
Lewat perjudian Southgate serta dua gol dari Kane dan Raheem Sterling, kutukan Inggris berakhir. Tim Tiga Singa tidak pernah memenangi laga babak gugur lawan Jerman sejak final Piala Dunia 1966. Termasuk, mereka takluk dalam dua pertemuan terakhir di Wembley pada perempat final Piala Eropa 1972 dan semifinal Piala Eropa 1996.
Southgate menjadi pahlawan dengan keberanian strateginya. Formasi 3-4-3 yang diterapkan sang pelatih sukses menghentikan sengatan serangan balik cepat Thomas Mueller dan rekan-rekan.
Dengan tiga bek Kyle Walker-Harry Maguire-John Stones serta dua pivot Kalvin Phillips-Declan Rice, mereka sangat sabar dalam membangun serangan dari belakang. Hingga akhirnya, kesabaran itu berbuah manis pada 15 menit terakhir. Mereka memanfaatkan kelengahan pertahanan Jerman.
”Kami menekan pada saat yang tepat. Perlahan, kami menemukan keseimbangan untuk berani menguasai bola di pertahanan sendiri. Tetapi, saat bersamaan kami sudah siap untuk menyerang. Kami paham harus sabar dan tidak mengikuti tempo Jerman yang diorganisasi oleh Toni Kroos,” tambah sang pelatih.
Pemilihan strategi ini sangat menarik. Sebab, Southgate selalu memakai formasi 4 bek 4-3-3 pada babak grup. Dia baru kembali melatih formasi ini kurang dari sepekan terakhir di markas mereka, St George Town.
Jerman tidak bisa mendominasi seperti biasa. Mereka adalah salah satu tim terbaik dalam penguasaan bola, rata-rata 59,3 persen. Namun, mereka hanya menguasai bola 53 persen dalam laga tadi.
Angka itu juga berkat Inggris yang mulai melepas penguasaan setelah unggul 1-0. ”Umpan kami banyak tidak berjalan. Jadi, kami tidak bisa menyakiti Inggris seperti yang dinginkan,” kata kapten Jerman, Manuel Neuer.
Southgate juga berjudi ketika memainkan penyerang 19 tahun Bukayo Saka sejak menit awal. Itu merupakan pengalaman pertamanya bermain di babak gugur dalam turnamen besar antar-negara. Sayangnya, perjudian itu kurang berhasil.
Namun, mantan pemain bertahan Inggris ini langsung bergerak cepat. Dia menggantikan Saka di babak kedua dengan Jack Grealish. Keputusan itu sangat tepat karena Grealish terlibat langsung dalam dua gol Inggris. Salah satunya asis pada gol yang dicetak oleh Kane.
Permainan pragmatis Inggris kembali menelan korban. Mereka belum kebobolan sekali pun sejak awal turnamen. Catatan tidak kemasukan dalam empat laga pertama itu menyamai rekor ketika Inggris juara Piala Dunia 1966.
Jerman punya kans menyamakan kedudukan lewat kaki Mueller. Namun, tendangan sang penyerang veteran ini melebar tipis saat berhadapan satu lawan satu dengan kiper Jordan Pickford.
Kata Kroos, hasil laga ini tidak merefleksikan apa yang terjadi di lapangan. ”Efisiensi yang menjadi pembeda hari ini. Inggris nyaris tidak punya peluang sampai unggul 1-0. Kami bermain bagus, tetapi tidak mampu memanfaatkan peluang,” katanya.
Laga ini sekaligus menjadi yang terakhir untuk Pelatih Jerman Joachim Loew. Dia sudah memutuskan mundur setelah Piala Eropa kali ini. ”Ini sangat mengecewakan untuk kami. Semoga tim ini bisa meraih lebih pada turnamen selanjutnya. Mereka masih muda dan akan bertumbuh semakin dewasa,” ucap pelatih yang menjuarai Piala Dunia 2014 tersebut.
Dengan tumbangnya Jerman, tidak ada lagi perwakilan Grup F atau grup neraka di babak gugur. Sebelumnya, Portugal dan Perancis juga takluk di 16 besar. Hal ini juga menandakan tidak ada juara tiga turnamen sebelumnya, Piala Dunia 2018 (Perancis), Piala Eropa 2016 (Portugal), dan Piala Dunia 2014 (Jerman).
Kebangkitan Kane
Di perempat final, Inggris akan berhadapan dengan tim ”kuda hitam” Ukraina. Setelah Inggris memastikan langkah ke delapan besar, Ukraina mengikutinya dengan menang dalam babak tambahan waktu atas Swedia, 2-1.
Alan Shearer, top skor Piala Eropa 1996, berkata, Kane akan menunjukkan jati dirinya pada babak selanjutnya. Setelah gol pertama di turnamen, penyerang top asal Tottenham Hotspur ini akan kembali percaya diri. Kane sering dikritik karena terlihat kurang bertenaga saat memimpin lini depan Tiga Singa selama babak grup.
”Saya yakin Anda akan melihat Kane yang berbeda dari sekarang. Anda tidak bisa tidur ketika tidak bisa mencetak gol. Anda akan khawatir dengan itu. Sekarang, dia tidak akan bisa tidur malam ini karena antusiasme sangat besar. Dia pasti tidak sabar untuk laga selanjutnya. Itu adalah hidup dari seorang penyerang,” kata mantan striker Inggris tersebut.
Shearer juga memuji Sterling yang sudah mencatat tiga gol di Piala Eropa. ”Tidak ada seorang pun yang berperan lebih baik dari Sterling untuk tim Inggris. Dia selalu bisa menjadi pria yang diharapkan di setiap laga,” pungkasnya. (AP/AFP)