Di tengah meningkatnya kasus harian Covid-19 di Indonesia, proteksi kepada atlet yang berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 diperketat. Atlet yang tertular Covid-19 bisa terancam batal tampil.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Induk cabang olahraga memperketat perlindungan kepada atlet yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 pada 23 Juli-8 Agustus 2021. Interaksi antara atlet dengan pihak luar dibatasi. Semua itu dilakukan agar para atlet tidak tertular Covid-19 menjelang keberangkatan.
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari, Selasa (29/6/2021), mengungkap kekhawatiran atlet Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo tertular Covid-19. Terlebih saat ini di Indonesia sedang terjadi tren peningkatan kasus Covid-19.
Bila seorang atlet lengah dan tak menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, ia sangat rentan tertular Covid-19, yang bisa mengancam peluangnya untuk tampil di Tokyo. Oleh karena itu, Okto meminta semua pihak, baik itu atlet, pelatih, manajemen, dan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.
Kerabat atau orang terdekat yang berada di sekitar atlet diminta menahan diri untuk tidak bertemu dulu dengan mereka sementara waktu. Hal itu wajib dilakukan untuk mengurangi risiko kontak erat atlet dengan orang lain di luar pemusatan latihan.
“Kalau ada yang terpapar, maka bisa membatalkan keikutsertaan kita di Olimpiade Tokyo. Itu sangat merugikan,” ucap Okto di Jakarta.
Indonesia telah meloloskan 28 atlet dari delapan cabang olahraga ke Tokyo. Hingga saat ini, KOI memantau kemungkinan tambahan satu atlet dari cabang senam, menunggu keputusan dari Federasi Senam Internasional (FIG) yang paling cepat diperoleh pada pekan depan.
KOI juga memantau persiapan para atlet di masing-masing induk olahraga, termasuk penerapan protokol kesehatan selama berlatih di Indonesia. Setiba di Tokyo, penerapan protokol kesehatan bagi para atlet sangat ketat.
Kalau ada yang terpapar, maka bisa membatalkan keikutsertaan kita di Olimpiade Tokyo. Itu sangat merugikan.
Jepang sebagai penyelenggara Olimpiade memberlakukan sistem bubble yang akan diaplikasikan sebelum keberangkatan hingga tiba di Jepang. Sistem gelembung itu membatasi ruang gerak atlet. Interaksi mereka hanya sebatas dengan orang-orang yang ada di dalam gelembung yang sama.
Tahap akhir
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat dan Media Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Broto Happy mengatakan, persiapan pebulu tangkis menuju Olimpiade Tokyo sudah mencapai tahap akhir. Tim tinggal mempersiapkan keberangkatan dan tetap berlatih di pelatnas Cipayung, Jakarta Timur.
Menurut rencana, tim bulu tangkis Indonesia akan berangkat lebih awal menuju ke Kumamoto, Jepang pada 8 Juli 2021, untuk menjalani tahap penyesuaian sebelum berlaga.
Sebelum berangkat, para atlet Olimpiade dilarang keluar dari pelatnas bila tidak ada keperluan mendesak. PBSI juga meminta karyawan di pelatnas yang tidak berhubungan dengan bidang pelatihan untuk bekerja di rumah dan tidak datang ke pelatnas. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi kapasitas orang di dalam gedung pelatnas, sehingga peluang bagi atlet untuk berkontak dengan mereka menjadi kecil.
Selain itu, 11 pebulu tangkis Olimpiade berlatih terpisah dengan penghuni pelatnas lainnya. Pengurus PBSI mengatur penggunaan lapangan agar tidak ada penumpukan atlet. Dari 21 lapangan bulu tangkis di gedung latihan Cipayung, penggunaan serta jadwal latihannya diatur.
“Khusus (pebulu tangkis) yang ikut Olimpiade sesuai dengan jadwalnya. Atlet non-Olimpiade mengalah dulu,” kata Broto. PBSI juga memfasilitasi pebulutangkis untuk menjalani tes Covid-19 dengan metode reaksi berantai polmerase atau PCR secara berkala.
Persiapan serupa juga dilakukan atlet panahan. Mereka menjalani pelatnas di Lapangan Panahan Senayan, Jakarta. Panahan meloloskan tiga pemanah putra dan satu putri untuk berlaga di nomor recurve individu putra-putri, campuran, dan beregu putra.
Pelatih tim panahan Indonesia Permadi Sandra Wibowo menjelaskan, selama pemusatan latihan, para pemanah dilarang keluar dari hotel. Rutinitas yang mereka jalani sehari-hari seputar berlatih di lapangan dan beristirahat di hotel. Protokol itu diterapkan PB Perpani sejak awal pelatnas digelar pada April 2021.
Pemanah yang akan berlaga di Olimpiade menjalani latihan secara terpisah. Menurut Permadi, para pemanah tidak berkeberatan dengan kebijakan pembatasan ini karena mereka juga mengetahui risiko besar jika melanggar dan terpapar Covid-19.
Tim panahan Indonesia diagendakan menjalani uji coba dengan tim panahan Provinsi Papua sebelum bertolak ke Tokyo pada 18 Juli 2021. Namun, Permadi menginginkan agar uji coba sebaiknya ditunda.
“Kalau bisa sih ditunda, karena khawatir ada orang luar masuk ke pelatnas dan bisa saja terjadi penularan. Kita sebisanya mencegah sedini mungkin, daripada nanti malah tidak bisa berlaga di Olimpiade,” katanya.
Di cabang selancar, manajer tim selancar Indonesia Egy Adhitya Hilman menyampaikan, selain peselancar Rio Waida, Indonesia juga mengirim peselancar Ketut Agus ke Tokyo. Ketut dipilih federasi selancar internasional menjadi cadangan utama apabila ada salah satu dari 20 peselancar yang tampil di Tokyo dinyatakan tak bisa tampil.
Penerapan protokol kesehatan secara ketat dilakukan selama pelatnas selancar di Bali. Namun, para atlet tak dilarang keluar hotel. Mereka tetap diizinkan pulang ke rumah masing-masing karena Rio dan Ketut berasal dari Bali.
“Tim pelatih mengawasi dan memantau mereka kalau ada urusan mendesak yang mengharuskan pulang ke rumah masing-masing,” kata Egy.
KOI semula memprediksi ada 22 atlet yang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. KOI menargetkan Indonesia bisa menembus rangkin 40 besar di Tokyo. Pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Indonesia berada di peringkat ke-46 dengan raihan 1 medali emas dan 2 perak.