Pahit dan Manis Spanyol dalam Drama 8 Gol di Kopenhagen
Kekuatan mental Spanyol terlihat ketika mengalahkan Kroasia 5-3 di Stadion Parken, Kopenhagen, Senin malam WIB. "La Roja" mulai difavoritkan sebagai kandidat juara setelah mencetak 10 gol dalam dua laga terakhirnya.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
KOPENHAGEN, SELASA – Spanyol merasakan penampilan yang pahit dan manis selama 120 menit saat menumbangkan Kroasia 5-3 pada babak 16 besar Piala Eropa 2020 di Stadion Parken, Kopenhagen, Denmark, Senin (28/6/2021) malam WIB. Meskipun sempat menderita akibat blunder sang kiper, Unai Simon, sepasang gol dari Alvaro Morata dan Mikel Oyarzabal di masa perpanjangan waktu menjadi penentu langkah “La Roja” ke babak perempat final.
Penampilan Simon yang apik di babak penyisihan berubah menjadi bencana ketika Pedri memberikan operan ke belakang dari jarak 45 meter. Tidak diganggu siapa pun, Simon justru gagal mengontrol bola operan itu. Ia seperti kehilangan fokus karena menempatkan kaki secara keliru sehingga bola tidak mengenai kakinya dan meluncur ke gawang Spanyol.
Kroasia sudah unggul ketika laga baru berjalan 20 menit. Pedri tercatat sebagai orang kedua yang membobol gawang Spanyol di Piala Eropa 2020. Akan tetapi, sorotan tajam mengarah kepada Simon yang membuat kesalahan terburuk di fase gugur turnamen antarnegara Eropa itu.
Meski begitu, Simon dapat bangkit di menit-menit selanjutnya. Kiper Athletic Bilbao itu mencatatkan empat kali penyelamatan yang krusial bagi Spanyol. Selain itu, ia mengukir 88 persen operan akurat yang menjadi kunci bagi permainan bola-bola pendek “La Roja” di laga itu.
“Unai (Simon) memberikan pelajaran kepada anak-anak di seluruh dunia. Sepak bola tidak bisa lepas dari kesalahan dan reaksi serta penyelamatannya adalah sebuah bukti mengapa kami memberikan kepercayaan kepada dirinya,” ujar Pelatih Spanyol Luis Enrique seusai laga itu.
Pujian untuk Simon
Tak hanya Enrique, pujian atas penampilan Simon yang mampu bangkit di laga Kroasia juga disampaikan Presiden Federasi Sepak Bola Kerajaan Spanyol Luis Rubiales. Menurut Rubiales, penampilan Simon adalah wujud dari performa secara keseluruhan Spanyol dalam 120 menit.
“Ia (Simon) menunjukkan kepribadian yang luar biasa. Ia adalah seorang pengambil risiko yang menjadi cermin dari penampilan tim nasional kami secara umum di Kopenhagen,” kata Simon.
Setelah menderita akibat blunder Simon, Spanyol seakan terlecut untuk tidak meratapi gol itu. Serangan bertubu-tubi “La Roja” berbuah manis setelah sepakan Pablo Sarabia bersarang ke gawang Kroasia pada menit ke-38. Gol itu menjadi peluruh beban mental bagi skuad Spanyol ketika laga memasuki turun minum.
Enrique memastikan, dirinya tidak akan mengubah cara bermain Spanyol yang menyerang dan terbuka. Menurut dia, tiga gol Kroasia itu merupakan risiko yang harus ditanggung dengan permainan yang dijalankan timnya.
Di babak kedua, Spanyol dan Kroasia sama-sama mencetak dua gol tambahan. “La Roja” memulai babak kedua dengan manis. Mereka mencetak dua gol untuk berbalik unggul 3-1 lewat sundulan sang kapten, Cesar Azpilicueta, pada menit 38. Lalu, pergerakan cerdik Ferran Torres di sisi lebar lapangan tidak mampu diantisipasi lini belakang Kroasia.
Keunggulan dua gol membuat Spanyol berada di atas angin. Sayangnya, Spanyol kembali merasakan masa terburuk di laga itu. Anak asuhan Enrique itu harus menutup laga di waktu normal dengan rasa pahit. Kroasia mampu menyamakan kedudukan lewat dua gol dari Mislav Orsic di menit ke-85 serta sundulan Mario Pasalic pada menit 90+1. Skor akhir 3-3 dalam 90 menit membuat blunder Simon kembali terbayang di seluruh benak pendukung Spanyol.
Ancaman pembunuhan
Beruntung, Spanyol memiliki penyerang berpengalaman pada diri Alvaro Morata. Meskipun sering dikritik hingga mendapatkan ancaman pembunuhan karena penampilan buruknya di fase grup, Morata berhasil membungkam para pihak yang meragukannya. Ia membawa Spanyol kembali unggul lewat sepakan keras kaki kiri pada menit ke-100.
“Ada momen ketika kami sangat khawatir akan tersingkir, tetapi Morata tampil dengan gol indah. Saya sangat senang dengan penampilannya,” ucap Rubiales.
Morata pun bahagia bisa membantu Spanyol mengalahkan Kroasia. Ia menegaskan, Spanyol telah mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai situasi di pertandingan ketat melawan tim kuat seperti Kroasia.
“Saya pikir orang-orang telah melihat kualitas dari tim ini. Saya tidak tahu masa depan seperti apa. Akan tetapi, kami telah menunjukkan bahwa mampu bangkit dari momen-momen buruk di pertandingan ini,” ujar penyerang Juventus itu kepada UEFA.com.
Kemenangan Spanyol dikunci oleh gol Oyarzabal di menit ke-103. Spanyol kian menunjukkan diri sebagai kandidat juara setelah selalu mencetak lima gol di dua laga terakhir.
Enrique memastikan, dirinya tidak akan mengubah cara bermain Spanyol yang menyerang dan terbuka. Menurut dia, tiga gol Kroasia itu merupakan risiko yang harus ditanggung dengan permainan yang dijalankan timnya.
“Kami tidak akan bermain bola panjang dan bertahan, meski jika bermain dengan cara kami akan menghadirkan pertandingan liar seperti melawan Kroasia. Kami hanya perlu bertahan lebih baik lagi,” kata mantan pelatih Barcelona itu.
Berkat kemenangan itu, Spanyol akan berhadapan dengan Swiss di babak perempat final. Itu akan menjadi duel ketiga Spanyol dan Swiss dalam satu tahun terakhir. Dalam dua laga sebelumnya di fase grup Liga Nasional Eropa 2020-2021, Spanyol unggul sekali dan satu pertandingan berakhir imbang.
Pelatih Kroasia Zlatko Dalic tidak terlalu kecewa dengan kekalahan timnya. Ia menilai, seluruh pemain Kroasia telah berjuang mati-matian untuk memberikan perlawanan kepada Spanyol, tim yang sangat kuat. Dalic pun memastikan, timnya bisa pulang dengan kepala tegak karena telah memenuhi target menembus fase gugur.
“Kehilangan satu pemain akan menjadi kerugian besar bagi tim kami. Dan kami kehilangan dua pemain utama, Dejan Lovren dan Ivan Perisic, di laga ini. Kami telah berusaha yang terbaik untuk menghadirkan kejutan dan nyaris mendapatkan hasil itu,” kata Dalic. (AFP)