Italia Kembali ke Karakter Asli
Italia mungkin tidak main sebaik penyisihan grup kala menang 2-1 atas Austria di 16 besar Piala Eropa 2020. Namun, Italia sejatinya kembali ke karakter asli mereka yang selalu mengantarkan ke gelar juara.
LONDON, MINGGU — Dari pola permainan dan statistik, permainan Italia ketika menang 2-1 atas Austria dalam 16 besar Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris, Minggu (27/6/2021), jauh menurun dibandingkan dengan tiga laga penyisihan Grup A. Namun, ”Gli Azzurri” mulai kembali ke karakter aslinya yang bermain taktis. Setiap merebut gelar juara di suatu turnamen, mereka tidak selalu menunjukkan performa terbaik, tetapi bisa melewati tantangan dengan cara apa pun.
”Kami tahu harus menderita karena Austria adalah tipikal tim yang tidak membiarkan lawan bermain dengan baik. Kali ini, pemain pengganti kami membuat perbedaan, tetapi semua orang sudah memberikan penampilan terbaiknya. Saya senang karena para pemain memberikan segalanya untuk menang, bahkan saat lelah,” kata Pelatih Italia Roberto Mancini, dikutip Sky Sports.
Permainan Italia di fase grup tidak tampak dalam laga kontra Austria. Di fase grup, mereka bermain begitu rapi, cepat, dan selalu berusaha menekan lawan. Buktinya, mereka keluar sebagai salah satu juara grup terbaik sepanjang sejarah Piala Eropa, yakni menyapu kemenangan di tiga laga dengan rekor tujuh gol tanpa kebobolan. Ini hasil menaklukkan Turki 3-0, Swiss 3-0, dan Wales 1-0.
Penggemar Italia mungkin berekspektasi ”Si Biru Langit” ini bisa meneruskan performa menjanjikan itu di fase sistem gugur. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Bahkan, Italia hampir saja tersingkir dari kejuaraan ini andai gol penyerang Austria, Marko Arnautovic, di menit ke-64 tidak dianulir.
Tim ”Negeri Pizza” dianggap beruntung tatkala bisa mencetak dua gol di babak tambahan, yakni lewat penyerang sayap pengganti Federico Chiesa di menit ke-95 dan gelandang pengganti Matteo Pessina di menit ke-105. Statisik menunjukkan, laga berlangsung cukup berimbang.
Baca juga: Warga Milan Girang Sambut Lolosnya Italia ke Perempat Final
Italia cuma unggul tipis dalam penguasaan bola dengan persentase 52 persen berbanding 48 persen. Dari sisi peluang, mereka membuat 27 tendangan dengan enam tepat sasaran. Sedangkan Austria membuat 16 tendangan dengan tiga tepat sasaran. Austria jauh lebih ngotot dengan jumlah pelanggaran 22 kali dan tiga kartu kuning. Adapun Italia melakukan 10 pelanggaran dengan dua kartu kuning.
Buruk, tapi efektif
Analis sepak bola Italia Susy Campanale di laman Football-Italia mengatakan, performa Italia tergolong buruk, tetapi efektif dalam laga tersebut. Itu justru kabar menggembirakan untuk Italia karena inilah jati diri permainan mereka sesungguhnya. ”Justru tidak menyenangkan jika Azzurri tidak membuat kami (suporter) menderita,” ujarnya.
Bagi Campanale, perjalanan yang nyaman selama fase grup yang dilalui Italia bukanlah wajah mereka yang sebenarnya. ”Awal yang spektakuler dan sedikit sempurna (di penyisihan grup), itu terlalu keluar dari karakter asli Italia. Itu terlalu santai. Kami (penggemar) tidak biasa mengalami hal semacam itu. Penderitaan, itulah inti dari mengikuti Italia,” tegasnya.
Pandangan Campanale tidak berlebihan. Berkaca dari sejumlah kejuaraan sebelumnya, perjalanan sulit justru menjadi kunci kesolidan Italia yang mengantarkan mereka ke tangga juara ataupun final. Pada Piala Dunia 1982 Spanyol, mereka tertatih di penyisihan grup dengan hanya meraih tiga kali imbang dan beruntung bisa lolos ke babak berikutnya. Namun, setelah itu, mereka terus melaju dan menjadi juara dunia.
Italia selamat dari ujung tanduk ketika menghadapi Australia di 16 besar Piala Dunia 2006 Jerman. Bermain dengan 10 pemain sejak bek Marco Materazzi terkena kartu merah di menit ke-50, mereka cuma bisa bermain pasif menanti kelengahan lawan. Beruntung di menit ke-95, mereka mendapatkan hadiah penalti dan bisa dilesatkan menjadi gol oleh Francesco Totti. Seusai laga, mereka melenggang sampai ke final dan menjadi juara dunia.
Baca juga: Misi Ganda Mancini di Wembley
Di semifinal Piala Eropa 2000 Belgia-Belanda, Italia yang bermain dengan 10 pemain sejak bek sayap Gianluca Zambrotta terkena dua kartu kuning di menit ke-34 berhasil menyingkirkan tuan rumah Belanda melalui drama adu penalti 3-1 (0-0). ”Italia di bawah Mancini adalah Italia baru yang bermain cantik, menyerang, kreatif, dan menghibur. Namun, sangat bagus untuk tetap mempertahankan tradisi lama Italia (yang efektif) di waktu yang dibutuhkan,” kata Campanale .
Bersyukur rekor berakhir
Bahkan, Campanale sangat bersyukur Italia kebobolan dari Austria dalam laga tersebut dan mengakhiri rekor panjang tanpa kemasukan gol dalam 11 laga sebelumnya. Bagi dia, rekor itu bagaikan candu yang bisa membunuh Italia sewaktu-waktu.
”Cepat atau lambat, kebobolan itu pasti terjadi dan lebih baik saat tim menang. Itu sudah selesai sekarang. Mari semuanya berhenti menghitung (rekor) dan fokus pada hasil laga. Hasil laga ini merupakan peringatan, berhenti berasumsi bahwa Italia akan mulus ke final,” tuturnya.
Kemenangan itu membuat Italia tidak terkalahkan dalam 31 laga dan memecahkan rekor mereka sebelumnya, 30 laga tanpa kalah medio 1935-1939. Mereka juga memperpanjang rekor 12 kemenangan beruntun sejak imbang 1-1 dengan Belanda, Kamis (15/10/2020). Akan tetapi, karena kebobolan tersebut, rekor laga tanpa kebobolannya terhenti dalam 1.168 menit yang sudah memecahkan rekor mereka sebelumnya, tidak kebobolan selama 1.143 menit era 1972-1974.
Baca juga: Kesempurnaan ”Gli Azzuri”
Mantan pesepak bola Inggris, Danny Murphy, kepada BBC menuturkan, kadang-kadang dalam suatu turnamen, performa terbaik bukan menjadi hal mutlak. Yang paling penting adalah mampu lolos dari setiap tekanan dan hambatan walau menggunakan cara apa pun. ”Orang Italia paham betul cara melakukannya,” ungkap Murphy.
Jalannya laga
Dalam laga menghadapi Austria, Italia langsung mendapatkan perlawanan sengit sejak laga dimulai. Italia nyaris tidak memiliki kesempatan membangun serangan sesuai dengan keinginannya di babak pertama. Ini akibat pengawalan ketat para pemain Austria yang tidak jarang melakukan pelanggaran keras untuk menghentikan pergerakan lawan ataupun aliran bola.
Cara itu membuat Austria bisa meredam agresivitas Italia. Sepanjang babak pertama, Italia hanya membuat dua peluang mematikan. Di menit ke-17, bek sayap Leonardo Spinazzola melepas umpan datar dari kiri dan disambut tendangan sentuhan pertama gelandang Nicolo Barella, tetapi masih terkena kaki kiper Austria, Daniel Bachmann. Di menit ke-32, tembakan penyerang Ciro Immobile dari luar kotak penalti membentur tiang kanan atas gawang Austria.
Memasuki babak kedua, Italia masih belum menemukan celah untuk mencuri gol dari Austria. Adapun Austria tetap menerapkan pola permainan yang sama seperti babak pertama, tetapi sedikit lebih agresif. Ini ternyata sangat merepotkan pemain-pemain Italia.
Baca juga: Italia Menikmati Tuah Immobile di Stadion Olimpico
Bahkan, jantung skuad Italia dan para penggemar yang hadir di stadion sempat berdegup kencang kala penyerang Austria, Marko Arnautovic, berhasil menyarangkan gol melalui tandukannya di menit ke-64. Berawal dari umpan gelandang Xaver Schlager dari lapangan tengah, bola disambut sundulan bek sayap sekaligus kapten Austria, David Alaba.
Namun, sundulan Alaba tidak langsung mengarah ke gawang, tetapi ke Arnautovic yang meneruskannya ke gawang Italia. Beruntung, di menit ke-67, skuad Italia bisa kembali bernapas karena gol itu ternyata dianulir wasit yang menilai Arnautovic offside setelah mengecek video rekaman (VAR).
Faktor pemain pengganti
Seusai bermain imbang 0-0 selama 90 menit, laga dilanjutkan ke babak tambahan dua kali 15 menit. Di sini, permainan taktis ala Italia mulai terasa. Mancini mungkin paham laga amat sulit dan butuh tambahan waktu untuk menundukkan Austria. Untuk itu, di menit ke-67, dia memasukan dua gelandang baru sekaligus, yakni Manuel Locatelli menggantikan Marco Verratti dan Matteo Pessina menggantikan Barella.
Sebelum babak kedua berakhir, Mancini memasukkan penyerang sayap Federico Chiesa untuk menggantikan pemain sayap Domenico Berardi dan penyerang Andrea Belotti menggantikan Immobile di menit ke-84. Dengan kecepatannya, Chiesa dan Belotti disiapkan untuk menusuk pertahanan Austria yang mulai lelah karena bermain sangat sporadis sepanjang laga waktu normal.
Baca juga: Jangan Pernah Meremehkan Italia
Strategi itu berjalan mulus. Di menit ke-95, Chiesa mencetak gol. Berawal dari umpan Spinazzola dari sisi kiri, Chiesa menyambut bola dengan kontrol dada dan kaki sambil mengelabui seorang pemain bertahan lawan di dalam kotak penalti lawan.
Sesudah terbuka ruang, pemain berusia 23 tahun itu melepaskan tembakan voli keras yang menghunjam sudut kiri gawang lawan. ”Kami pantas mencetak gol dan lolos (ke perempat final). Pelatih selalu ingin kami siap, dia terus menyampaikan bahwa ada 26 pemain mula dalam tim ini dan semuanya wajib membantu,” ujar Chiesa kepada Sky Sports.
Seusai gol tersebut, Italia semakin percaya diri. Di menit ke-105, Pessina yang mendapat giliran mencetak gol. Berawal dari umpan penyerang sayap Lorenzo Insigne di sisi kiri, bola disambut oleh bek Francesco Acerbi yang maju ke kotak penalti lawan. Sambil terjatuh, bek berusia 33 tahun itu mendorong bola, Pessina yang tidak terkawal menyambutnya dan lekas melepas sepakan keras yang meluncur ke sudut kanan gawang lawan.
”Para pemain yang datang dari bangku cadangan memiliki mentalitas yang tepat dan langsung memasuki laga untuk mengubah permainan. Saya tahu laga ini bakal sulit, mungkin lebih sulit daripada perempat final nanti. Permainan kami mungkin buruk, tetapi kami pantas mendapatkan hasil ini. Ujian dari Austria ini sangat membantu kami untuk menunjukkan mentalitas yang lebih kuat di laga berikutnya,” ujar Mancini, dilansir Football-Italia.
Terlambat merespons
Di tengah kepercayaan diri Italia yang meningkat, Pelatih Austria Franco Foda tidak lekas mengubah taktik permainan. Pelatih asal Jerman itu pun telat mengganti pemain yang sudah letih, yakni baru melakukan pergantian lima pemain secara bertahap dari menit ke-97 hingga ke-114. Padahal, mereka sangat mengandalkan fisik untuk menekan Italia.
Pergantian itu membuahkan hasil. Mulai menit ke-106, gelandang pengganti Louis Schaub berkali-kali melakukan pergerakan dan membuka peluang yang merepotkan pertahanan Italia. Puncaknya, di menit ke-114, Schaub yang masuk di menit ke-105 ini memberikan umpan tendangan sudut yang bisa dikonversi menjadi gol melalui sundulan penyerang Sasa Kalajdzic. Sayangnya, karena waktu sudah sangat tipis, Austria tidak sempat lagi untuk mengatasi ketertinggalan.
Foda mengatakan, semua pihak di tim Austria sangat kecewa dengan hasil tersebut. Akan tetapi, mereka bangga bisa bermain dengan baik dan membuat Italia kerepotan sampai perlu dilakukan babak tambahan.
Itu adalah pertandingan yang hebat. Lebih dari 120 menit, tim menunjukkan kinerja yang sangat matang. Tim sangat lapar dan memiliki semangat serta tujuan yang hebat.
”Itu adalah pertandingan yang hebat. Lebih dari 120 menit, tim menunjukkan kinerja yang sangat matang. Tim sangat lapar dan memiliki semangat serta tujuan yang hebat. Mulai September nanti, kami harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena kami ingin pergi ke Piala Dunia 2022 di Qatar (lolos dari kualifikasi),” pungkas pelatih berusia 55 tahun tersebut.
Dengan hasil ini, Italia lolos ke perempat final yang berlangsung di Stadion Allianz Arena, Munchen, Jerman, Sabtu (3/7/2021). Mereka menanti lawan dari hasil laga Belgia dan Portugal dalam semifinal di Stadion de La Cartuja, Sevilla, Spanyol, Senin (28/6/2021).