Maverick Vinales memiliki modal kuat meraih kemenangan di Assen. Namun, dia gagal berdiri di podium tertinggi, kalah dari rekan setim, Fabio Quartararo. Vinales pun dikabarkan akan meninggalkan Yamaha menuju Aprilia.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
ASSEN, MINGGU — Akhir pekan di Assen, Belanda, berjalan mulus bagi Maverick Vinales. Pebalap tim pabrikan Yamaha itu mendominasi sesi latihan dan meraih pole position dengan rekor lap tercepat. Performa ini menjadi pelipur lara dari balapan kelam di Sachsenring, Jerman, pekan sebelumnya. Namun, podium tertinggi yang menjadi penyempurna akhir pekan lepas dari genggaman Vinales sejak start MotoGP seri Belanda, Minggu (27/6/2021).
Vinales, yang sempat tercecer di posisi keempat, akhirnya bisa finis kedua menyusul hukuman putaran panjang pebalap Ducati, Francesco Bagnaia, serta penurunan performa pebalap LCR Honda, Takaaki Nakagami. Namun, saat menemukan pace seperti saat sesi latihan, Vinales sudah kehabisan waktu. Dia mendekat ke rekan setimnya di Monster Energy Yamaha yang memimpin balapan, Fabio Quartararo, tetapi bendera finis sudah dikibarkan.
Vinales jelas kecewa dengan hasil ini karena awal balapan ini sangat buruk. Dia start dari posisi terdepan. Namun, begitu lampu merah padam, dia langsung didahului oleh Quartararo, Bagnaia, dan Nakagami. Vinales yang menggunakan ban depan-belakang berkompon lunak-keras kesulitan mendahului Nakagami. Bahkan, hingga 10 putaran, dia baru bisa menekan Nakagami dan kemudian mendahului.
Pebalap asal Spanyol itu beruntung Bagnaia mendapat hukuman long lap sehingga dia tidak perlu bertarung dengan pebalap Ducati itu untuk meraih posisi kedua. Podium ketiga diraih pebalap Suzuki Ecstar, Joan Mir, yang start dari posisi ke-10.
”Saya tidak tahu apa yang terjadi saat ban mengalami burn out dan start lambat. Saya berjuang mendahului Nakagami, tetapi kami paham mereka memiliki kecepatan di lintasan lurus. Saat mulai memiliki ruang, saya mulai mengejar Quartararo, tetapi sudah terlalu terlambat,” ujar Vinales tanpa senyum di wajahnya.
Vinales dalam lima putaran terakhir memiliki pace yang sangat bagus pada 1 menit 33 detik kecil dan terus mendekati Quartararo. Namun, dia terlalu lama tertahan di posisi keempat karena kesulitan mendahului Nakagami. Masalah motor sulit mendahului lawan, dia alami di Sachsenring di mana Vinales finis di posisi terakhir, urutan ke-19.
Tidak mungkin saya menggunakan setelan pesaing saya selama dua tahun.
Performa terburuk Vinales saat itu memunculkan kritik pedas dari dirinya ke Yamaha. Respons tim atas permintaannya supaya motor sesuai dengan karakternya justru terasa merendahkan. Vinales tidak suka menggunakan setelan Quartararo karena gaya membalap mereka berbeda.
”Tidak mungkin saya menggunakan setelan pesaing saya selama dua tahun. Setiap pebalap memiliki gaya (membalap) masing-masing dan setiap hari mereka mengajari saya cara berkendara, melakukan pengereman, melepas rem. Membuka gas, menutup gas,” kata Vinales seusai balapan seri Jerman, dikutip Autosport.
Menurut Vinales, dirinya harus bersabar menunggu perubahan dari tim. ”Saya tidak ingin menggunakan setelan Fabio karena saya tidak membalap seperti dia dan itu tidak berjalan untuk saya. Saya ingin mereka membuat motor untuk saya. Saya tidak ingin menggunakan setelan orang lain setiap hari,” tegas Vinales.
”Saya di sini bukan untuk mengumpulkan data atau menjadi pebalap penguji. Ini mulai terlihat merendahkan,” ungkap pebalap asal Spanyol itu.
Kritik pedas Vinales itu menjadi bola salju yang memunculkan rumor dirinya akan meninggalkan Yamaha akhir musim ini. Dia dikabarkan akan mengakhiri kontrak setahun lebih awal, untuk membela Aprilia pada musim 2022. Kabar ini berkembang setelah televisi DAZN mewawancarai CEO Aprilia Massimo Rivola pada Sabtu.
”Memiliki dia akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Namun, saya tidak yakin apakah Maverick tersedia. Ada sejumlah ’apakah’ untuk dipertimbangkan sebelum memiliki Maverick bersama kami. Saya pikir, jika dia tersedia, kami harus mempertimbangkan talenta seperti Vinales,” ujar Rivola.
Managing Director Yamaha Lin Jarvis saat dimintai konfirmasi oleh MotoGP, Minggu, menolak membahas rumor itu. Rumor kepergian Vinales itu menjadi teka-teki yang mengiringi jeda balapan musim panas sepanjang Juli.
Di saat Vinales dalam posisi enigmatik, Quartararo terus melesat dalam perburuan gelar juara dunia. Pebalap asal Perancis itu semakin kokoh di puncak klasemen dengan 156 poin, unggul 34 poin atas pebalap Pramac Ducati, Johann Zarco, di posisi kedua klasemen. Quartararo kembali tampil brilian di Assen meskipun saat balapan dia sempat merasa tidak bagus dan takut.
”Ini salah satu balapan yang sulit, sangat sulit,” ujar Quartararo yang bisa tersenyum lebar memasuki liburan musim panas.
Assen juga menjadi balapan penting bagi Joan Mir karena dia mengalami kesulitan di sepanjang musim ini. Podium ketiga di Assen terasa istimewa. ”Kami tahu pace kami konsisten. Ini merupakan podium istimewa karena kami mengalami kesulitan lebih dari yang kami duga. Semoga pada paruh kedua musim kami bisa lebih baik lagi,” ujar Mir.