Menghadapi Austria pada babak 16 besar, Minggu dini hari WIB, akan menjadi momen bersejarah bagi Pelatih Italia Roberto Mancini. Italia berpeluang mengukir catatan tak terkalahkan terpanjang sepanjang sejarah.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, JUMAT — Bagi Pelatih Italia Roberto Mancini, kewajiban memburu kemenangan atas Austria pada laga babak 16 besar Piala Eropa 2020, Minggu (27/6/2021) pukul 02.00 WIB, di Stadion Wembley tidak hanya demi menjaga peluang ”Gli Azzurri” menjadi kampiun. Selain itu, Mancini hanya butuh satu hasil positif lagi untuk menjadi juru taktik Italia dengan rekor tak terkalahkan terpanjang.
Setelah berhasil mengalahkan Wales, akhir pekan lalu, Italia telah tak terkalahkan selama 30 laga. Italia mulai mengukir rekor itu sejak bermain imbang 1-1 melawan Ukraina di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, 19 Oktober 2018 lalu. Catatan itu serupa dengan yang dicapai ”Gli Azzurri” pada periode 24 November 1935 hingga 20 Juli 1939 ketika dilatih Vittorio Pozzo.
Dalam 30 laga terakhir di bawah asuhan Mancini, Italia mengukir 25 kemenangan dan hanya 5 kali imbang. Selain itu, ”Gli Azzurri” juga mampu menjaga kemurnian gawang dalam 11 laga terakhir tidak kemasukan. Terakhir kali gawang Italia kebobolan tercipta pada laga Liga Nasional Eropa melawan Belanda, 14 Oktober 2020, yang berakhir dengan skor imbang 1-1.
Berbekal statistik impresif itu, laga melawan Austria adalah kesempatan emas bagi Mancini untuk mengukir rekor baru bagi Italia. Apalagi, Italia belum pernah menderita kekalahan dari Austria dalam tujuh duel sejak kedua tim pertama kali bertemu pada babak semifinal Piala Dunia 1934. Secara total, ”Gli Azzurri” lima kali mengalahkan Austria, lalu dua kali pertarungan kedua tim berakhir sama kuat.
Menurut Mancini, laga di fase gugur akan menghadirkan atmosfer dan tekanan yang berbeda dibandingkan dengan babak penyisihan. Ia pun meminta anak asuhannya untuk melupakan hasil fantastis pada tiga laga fase grup yang mampu dimenangi Italia dengan tidak kemasukan satu gol pun.
”Fase gugur adalah turnamen tersendiri yang perlu dipersiapkan secara khusus karena satu kesalahan akan membuat kami tersingkir. Saya tetap meminta semua pemain untuk menjaga performa dan penampilan yang telah mereka lakukan selama ini,” ujar Mancini dilansir laman UEFA.
Italia pun telah tiba di London pada Jumat sore waktu setempat. Sebelum melakukan perjalanan udara dari Roma ke London, Mancini sempat memberikan satu sesi latihan ringan di pusat latihan Italia di Coverciano, Florence, Jumat pagi waktu setempat. Dalam latihan itu, semua skuad ”Gli Azzurri” hanya melakukan sesi latihan fisik ringan dan penguasaan bola.
Dalam sesi latihan itu, bek veteran Giorgio Chiellini sudah ikut latihan bersama tim. Chiellini sebelumnya mengalami cedera otot paha pada laga kedua fase grup melawan Swiss. Alhasil, hanya bek kanan Alessandro Florenzi yang masih mengalami cedera.
Lorenzo Insigne, penyerang sayap Italia, mengungkapkan, semua skuad Italia tengah dalam kondisi mental yang baik. Apalagi, lanjutnya, Mancini mampu menjaga keharmonisan kondisi tim seiring kebijakannya memberikan kesempatan bermain kepada semua anggota skuad. Dari 26 nama yang didaftarkan ke Piala Eropa 2020, mantan Pelatih Manchester City itu telah memainkan 25 pemain. Hanya kiper ketiga, Alex Meret, yang belum diturunkan oleh Mancini.
”Setiap sebelum bertanding, kami selalu berdiskusi mengenai strategi untuk menghadapi lawan, hal ini yang kami siapkan pula jelang melawan Austria. Kami tahu mereka sangat mengutamakan permainan fisik, tetapi kami akan bermain dengan ciri khas kami dan tetap tenang untuk menghadapi berbagai situasi pada laga nanti,” ucap Insigne yang telah 43 kali membela Italia dengan sumbangan 9 gol.
Dilema gelandang
Satu-satunya hal yang memusingkan Mancini jelang laga babak 16 besar justru adalah kedalaman skuad yang dimilikinya, terutama di posisi gelandang. Untuk menentukan 11 pemain utama, Mancini sudah amat yakin dengan 10 pemain yang akan diturunkan, tetapi ada satu tempat di lini tengah yang masih membuatnya bimbang.
Mancini masih belum bisa memastikan untuk menurunkan Manuel Locatelli atau kembali memainkan Marco Verratti. Pasalnya, Locatelli yang ditugaskan untuk mengisi posisi Verratti pada dua laga awal fase grup bermain amat baik dengan menyumbangkan dua gol.
”Verratti atau Locatelli? Yang pasti satu pemain terbaik kami tidak akan bermain sejak menit awal,” ucap Mancini yang mengoleksi 74,29 persen kemenangan dalam 35 laga melatih Italia sejak 15 Mei 2018.
Memilih antara Verratti dan Locatelli memang bukan sebuah pilihan yang mudah. Selain mencetak dua gol, Locatelli adalah pemain paling efektif dalam mengkreasi peluang. Gelandang asal Sassuolo itu menciptakan tiga tembakan tepat sasaran dari tiga kali percobaan melepaskan tembakan ke gawang lawan.
Adapun Verratti adalah sosok jenderal lapangan tengah yang bisa mengatur tempo dan ritme pertandingan dari kedua kakinya. Dalam laga melawan Wales, Verratti melakukan 113 operan dan melepaskan empat umpan. Itu adalah jumlah operan dan umpan tertinggi yang dicatatkan pemain ”Gli Azzurri” untuk satu laga. Capaian itu bukti kualitas pemain Paris Saint-Germain tersebut.
”Bisa kembali berlaga terasa emosional bagi saya setelah menderita cedera lutut pada beberapa pekan jelang Piala Eropa. Saya senang bisa tersedia untuk membantu tim sebab membela Italia dalam turnamen seperti Piala Eropa adalah sesuatu yang sangat spesial,” kata Verratti.
Tidak takut
Sementara itu, Austria akan mengalami kesempatan perdana berlaga pada babak 16 besar Piala Eropa. Dalam dua partisipasi sebelumnya, tim berjuluk ”Unsure Bruschen” itu selalu tersingkir pada babak penyisihan.
Kondisi itu membuat skuad Austria amat bersemangat untuk kembali mencetak sejarah baru. Marko Arnautovic, penyerang Austria, menekankan, timnya tidak takut untuk menghadapi Italia yang berisi pemain berkualitas dunia dan catatan tak terkalahkan dalam beberapa laga terakhir. Ia menegaskan, semua skuad Austria belum memikirkan untuk melakukan liburan musim panas dalam waktu dekat.
”Kami tidak datang ke Wembley hanya untuk melihat dan menikmati atmosfer di dalam stadion. Kami datang untuk memenangi pertandingan. Selama 90 menit, segalanya bisa terjadi,” kata Arnautovic yang kini membela klub Liga Super China, Shanghai Port.
Pelatih Austria Franco Foda mengatakan, timnya akan melakukan segala cara untuk bisa mengalahkan Italia di London. ”Kami paham laga nanti akan berlangsung sulit, tetapi tim amat bersemangat dan telah siap tanding. Saya telah memiliki rencana untuk mengalahkan mereka,” ujar Foda.
Austria perlu menampilkan permainan kolektif untuk memberikan perlawanan kepada Italia yang terlihat nyaris tidak memiliki kelemahan.
Menurut Markus Schopp, mantan pemain Austria dan Brescia, Italia telah menampilkan permainan spektakular dan stabil yang menjadikan mereka sebagai salah satu unggulan untuk menjadi juara. Di sisi lain, lanjutnya, Austria juga memiliki kedalaman skuad dan sejumlah pemain yang bisa berperan di banyak posisi.
”Austria perlu menampilkan permainan kolektif untuk memberikan perlawanan kepada Italia yang terlihat nyaris tidak memiliki kelemahan,” tulis Schopp dalam kolomnya di koran Austria, Der Standard. (AFP)