Elektronik pengendali traksi RC213V yang dipacu Marc Marquez menjadi penyebab kecelakaan besar pebalap Repsol Honda itu saat latihan di Assen, Belanda. Marquez selamat dan berkomitmen tidak mengendurkan perjuangan.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·7 menit baca
ASSEN, JUMAT — Marc Marquez merasa sangat beruntung bisa selamat tanpa cedera dari kecelakaan menakutkan saat sesi latihan kedua di Sirkuit Assen, Belanda, Jumat (26/6/2021). Kecelakaan itu seharusnya tidak terjadi jika sistem elektronik pengendali traksi bekerja dengan semestinya. Kondisi ini membuat pebalap dalam kondisi rawan karena tidak tahu kapan dirinya akan kembali terjatuh seperti itu. Namun, Marquez berkomitmen tidak mengendurkan perjuangannya untuk mencari jalur pengembangan motor yang tepat.
Kecelakaan highside di tikungan 11 itu merupakan kecelakaan terbesar Marquez setelah kecelakaan di Jerez, Spanyol, pada 19 Juli 2020 yang membuat humerus kanannya retak. Kecelakaan itu terjadi saat Marquez membuntuti pebalap Suzuki Ecstar, Joan Mir, akibat ban belakang tergelincir dan kemudian terjadi highside yang melempar tubuh Marquez ke udara. Dia terjatuh ke aspal dengan bertumpu pada lutut kanan, sebelum tubuhnya terbanting ke aspal kemudian terlempar berguling ke area kerikil.
Yang paling utama beruntung lolos dari kecelakaan dengan cara yang bagus. Tentu saya bisa merasa mengalami kecelakaan besar. Saya merasakan sakit di lutut saya, sakit di kaki, sakit di siku.
”Yang paling utama beruntung lolos dari kecelakaan dengan cara yang bagus. Tentu saya bisa merasa mengalami kecelakaan besar. Saya merasakan sakit di lutut saya, sakit di kaki, sakit di siku. Namun, semuanya oke untuk melanjutkan performa yang sama selama sisa akhir pekan ini,” ujar Marquez.
Marquez yang akhir pekan lalu memenangi balapan di Sachsenring, Jerman, menggunakan sasis dari motor edisi sebelumnya, mulai mencoba setelan baru di Assen. Dia mengaku kembali ke setelan seperti di Mugello dan Montmelo untuk mengawali akhir pekan di Assen. Selain itu, dia juga mencoba sasis baru yang dikembangkan oleh HRC untuk memperbaiki pengendalian. Saat kecelaaan, Marquez sedang menggunakan sasis baru, tetapi bukan itu yang menyebabkan kecelakaan dalam sesi latihan bebas kedua (FP2) itu.
”Dalam FP2 saya berkendara dengan baik. Saya memacu di beberapa bagian sirkuit, tetapi pada titik itu dengan jenis tikungan seperti itu, saya tidak berkendara melebihi batas karena ada pebalap lain di depan saya dan saya melakukan persis sama dengan yang saya lakukan sebelumnya atau mungkin lebih lambat,” tutur Marquez dikutip Crash.
”Saya sudah mendorong keras HRC. Kami tidak bisa mengalami kecelakaan-kecelakaan seperti ini. Dalam tikungan-tikungan seperti itu, kami melawan elektronik. Elektronik ada untuk menghindari kecelakaan-kecelakaan seperti ini,” ungkap pebalap berusia 28 tahun itu.
”Masalah adalah hanya para pebalap Honda yang mengalami highside seperti ini. Di Portimao, Alex (Marquez) dan Pol (Espargaro). Di sini, saya. Ini mirip dengan kecelakaan di Jerez pada 2020. Kami harus memahami,” kata Marquez menegaskan.
Marquez yang selamat tanpa cedera dari kecelakaan di Assen sempat berjalan pincang meninggalkan area kerikil tepi sirkuit. Dia kemudian kembali ke garasi tim dibonceng skuter marshal lintasan. Marquez tidak melanjutkan sesi FP2 yang masih tersisa sekitar 30 menit karena fokus mengamati data untuk mengetahui apa penyebab kecelakaan itu.
”Saya memeriksa data untuk melihat apakah saya melakukan sesuatu yang salah. Saya berkendara dengan cara yang sama dengan putaran sebelumnya, tetapi TC (traction control) tidak mencegah ban tergelincir,” jelas pebalap asal Spanyol itu.
”Kami perlu memahami cara elektronik bekerja untuk menghindari kecelakaan seperti ini. Jika kecelakaan karena memasuki tikungan terlalu cepat, atau karena terlalu banyak menekan rem depan, atau karena terlalu miring, maka itu sudah pasti kesalahan pebalap,” lanjut juara dunia delapan kali di semua kelas itu.
”Tetapi ketika melakukan hal yang persis dengan putaran sebelumnya, bahkan dengan sudut yang lebih kecil dan mengalami highside, maka itu karena ada sesuatu yang salah. Kami perlu lebih baik. Menjadi lebih aman. Bukan untuk masa depan, tetapi untuk balapan berikutnya. Jika tidak, mustahil meraih kepercayaan diri dan menjadi cepat lagi. Jika ingin berkendara pada limit motor, kami tidak bisa mengalami kecelakaan-kecelakaan seperti ini,” papar Marquez.
”Kecelakaan-kecelakaan seperti ini merenggut banyak kepercayaan diri dari Anda karena anda tidak tahu kapan akan kecelakaan lagi seperti itu. Mereka (HRC) telah memeriksa sejumlah hal, sejumlah parameter yang tidak sepenuhnya normal di tikungan seperti itu. Mereka akan berusaha menyesuaikan. Kami perlu terus bekerja. Melanjutkan dalam level yang sama karena saya berkendara dengan bagus di FP2,” ungkap kakak Alex Marquez itu.
Rekan setim Marquez, Pol Espargaro juga mengalami kecelakaan di Assen, tetapi ringan. Dia kehilangan kendali motor di tikungan 5 karena terlalu memaksa saat memasuki tikungan, padahal trek mulai basah karena gerimis. Ban kehilangan daya cengkeram karena di bawah temperatur kerja ideal.
”Kecelakaan bodoh. Saat itu gerimis di sepanjang sesi. Saya menjalani satu putaran dengan lambat dan kemudian saya ingin memacu. Namun, temperatur tidak terlalu bagus dan pada limit ban medium. Kemudian saat memacu, sisi kiri ban terlalu dingin dan saya kehilangan ban depan jadi ini kesalahan saya,” ungkap mantan pebalap KTM itu.
Spirit baru Espargaro
Terkait kecelakaan Marquez yang mirip dengan dirinya saat di Portimao, Espargaro mengakui masalah daya cengkeram ban belakang terus menjadi perhatian. ”Ya, secara statistik benar bahwa kami para pebalap Honda mengalami lebih banyak kecelakaan dibandingkan yang lainnya. Itu jelas. Komplain kami adalah terkait daya cengkeram belakang pada tepi ban, di mana itu merupakan bukan gas pertama,” ujar Espargaro.
”Saya mengalami kecelakaan yang mirip (dengan Marquez) di Portimao. Kami mempertanyakan daya cengkeram. Ketika tidak ada daya cengkeram, ini bukan sekadar bisa cepat, ini juga terkait keselamatan. Sebagai contoh, Ducati tidak mengalami banyak kecelakaan seperti ini, yang artinya mereka memiliki daya cengkeram bagus pada ban belakang, jadi kami berusaha (memperbaiki),” tutur pebalap asal Spanyol itu.
Dalam sesi latihan Jumat, Espargaro masih menggunakan setelan balapan di Sachsenring dan hasilnya sangat bagus. Dia menjadi pebalap kedua tercepat dalam kombinasi waktu, di bawah pebalap Yamaha Maverick Vinales. Setelah tidak maksimal di Jerman, sehingga terpaut hampir 15 detik dari Marquez yang memenangi balapan, setelan itu justru berfungsi dengan baik di Assen, sirkuit yang lebih lebar dan cepat dibandingkan dengan Sachsenring.
”Saya mengawali dengan motor yang saya gunakan di Jerman. Saya mengendarai motor di FP1 dan sangat bagus, sangat percaya diri, sangat cepat di mana saya terus melaju dengan motor itu,” kata Espargaro.
Dia pun menunda rencana untuk menggunakan motor dengan setelan yang sama dengan Marquez. Dia kini akan fokus mencoba hal lain, yaitu menggunakan sasis terbaru. Dia berencana mencoba sasis itu pada FP2, tetapi batal karena hujan. Espargaro direncanakan mencoba sasis baru dalam FP3, Sabtu (26/6).
”Dalam tes Barcelona (sebelum seri Jerman), kami mengubah sesuatu di motor saya, di mana itu sangat bagus. Motor standar seri Jerman sangat mirip dengan motor tes di Barcelona. Kami datang ke sini ke Belanda dengan setelan Barcelona dan langsung jauh lebih baik, bersama dengan aspal baru,” ujar Espargaro.
”Perubahan di Barcelona sedikit memperbaiki daya cengkeram tepi ban, itu sesuatu yang saya cari dan aspal baru juga memiliki daya cengkeram lebih baik. Penting untuk mengonfirmasi setelah Sachsenring bahwa yang kami coba di Barcelona sebenarnya berfungsi,” ujar adik Aleix Espargaro itu.
”Saya pikir ini pertama kali saya menikmati bisa cepat di setiap putaran dengan pace yang bagus dan ketika saya memacu lebih kencang saya melesat dengan sangat bagus. Jadi, itu perasaan yang bagus,” ujar Espargaro.
Sasis baru
Terkait sasis baru yang akan dicoba oleh Espargaro, Marquez sudah mencoba pada FP2 dan merasakan sesuatu yang bagus. ”Mengenai sasis, saya sangat senang dengan pekerjaan yang dilakukan HRC. Mungkin ini hal pertama di mana saya merasakan arah yang jelas untuk ke depan. Saya merasa itu berfungsi dengan baik,” ujar Marquez.
”Saya langsung senang ketika mencoba itu, saya melihat gaya membalap yang berbeda dan cara berbeda untuk memahami berbagai hal. Secara umum, saya menyukai itu. Namun, apa pun itu, saya perlu membandingkan lebih dalam sepanjang akhir pekan dan di trek lainnya. Untungnya setelah kecelakaan sasis tidak rusak. Jadi, kami berencana terus menggunakan sasis itu,” papar juara dunia enam kali MotoGP itu.
”Situasi yang ideal adalah pada Sabtu di akhir pekan balapan, kedua motor dalam kondisi yang sama. Namun, kami tahu kami perlu menguji beberapa barang dan menjadi lebih baik. Jadi, kami perlu membandingkan lagi,” tutur Marquez.
”Jadi kami akan memiliki satu motor dengan sasis yang berbeda besok (Sabtu ini) untuk melanjutkan pekerjaan kami dan melupakan tentang performa, melupakan usaha mencari hasil terbaik, dan lebih berkonsentrasi pada perbaikan motor untuk ke depan,” kata Marquez yang kini di posisi 10 klasemen dengan 41 poin.