Bersinarnya dua debutan di ”playoff”, Young dan Booker, menandakan sebuah pergantian era di NBA. Mereka memulai kisah baru tanpa LeBron dan Curry.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Final Wilayah Barat dan Timur pada NBA 2020-2021 telah dimulai tanpa Stephen Curry (Golden State Warriors) ataupun LeBron James (Los Angeles Lakers). Belum pernah terjadi sejak 2010, partai puncak berlangsung tanpa kehadiran salah satu dari dua megabintang ini.
Namun, kenyataan ini memang terjadi. Tanpa mereka, final wilayah berlangsung sengit. Di Barat, Phoenix Suns telah unggul 2-0 atas Los Angeles Clippers. Di Timur, Atlanta Hawks baru saja mencuri gim pertama di markas Milwaukee Bucks, Arena Fiserv Forum, Kamis (24/6/2021).
Curry dan LeBron, yang sudah menjadi langganan final, gugur terlalu awal. Curry bersama Warriors bahkan tidak lolos playoff karena kalah dalam play-in. LeBron tidak jauh lebih baik karena juara bertahan Lakers takluk dari Suns di babak pertama playoff.
Di tengah keraguan kurang serunya NBA musim ini, lahir dua bintang muda baru. Mereka adalah point guard Hawks, Trae Young (22), dan shooting guard Suns, Devin Booker (24). Dua pemain debutan di playoff ini saling berebut panggung dari wilayah berbeda.
Teranyar adalah aksi ”dingin” Young di Fiserv Forum. Dia mengantar Hawks menang atas Bucks, 116-113, dengan sumbangan double-double 48 poin dan 11 asis. Pemain musim ketiga ini berkontribusi pada total 72 poin milik Hawks. Kontribusi poin itu memecahkan rekor terbanyak dalam sejarah final wilayah.
LeBron, yang pertama kali kalah dalam babak awal sepanjang 18 musim bermain, turut mengomentari penampilan fenomenal Young. Dia tak mau ketinggalan dengan sedikit bercanda lewat cuitan di Twitter, ”Santailah sedikit, kawan,” tulisnya.
Dia resmi telah menjadi seorang megabintang.
Young bermain tanpa rasa takut meski dikepung cemoohan ribuan pendukung lawan. Dia bahkan menampilkan ide-ide gila untuk menyerang pertahanan Bucks yang dikawal sang raksasa, Giannis Antetokounmpo, mulai dari lemparan kait jarak menengah sampai mengumpan alley-oop kepada rekan-rekannya.
Pada kuarter terakhir, Young juga sempat mempermainkan pasukan Bucks. Dia menggoyangkan bahunya sebelum menembak masuk tiga poin. Pemain berjuluk ”Ice Trae” ini seakan mempertanyakan lawan yang membiarkan dirinya bebas tanpa penjagaan. ”Dia resmi telah menjadi seorang megabintang,” kata mantan pemain NBA, Kendrick Perkins.
Kekuatan mentalitas Young juga sudah ditunjukkan ketika menantang sekitar 20.000 penonton di Madison Square Garden. Dia kembali memprovokasi para fans ketika berhasil memasukkan tembakan kemenangan ke keranjang New York Knicks pada babak pertama playoff.
Young pun dijuluki sebagai titisan dari legenda hidup Indiana Pacers, Reggie Miller. Keduanya sama-sama punya karakter ”dingin” dengan wajah tengil. Seperti Miller, Young juga menjadi tokoh antagonis bagi pendukung fanatik Kota New York.
Miller, yang menjadi komentator laga Hawks lawan Bucks mengatakan, kelebihan terbesar Young adalah mentalitasnya. Dia memiliki keberanian yang merupakan ciri utama pemain hebat.
Contohnya, akurasi Young dari lemparan tiga poin hanya 30 persen (4-13) dalam laga itu, tetapi dia tetap berani menembak bola dengan jarak cukup jauh sekitar 9 meter.
Menurut pemain yang ditukar dengan Luka Doncic pada draf 2018 ini, keberaniannya berasal sejak sekolah. ”Saya selalu suka bermain di kandang lawan, dengan keramaian pendukung lawan. Hal itu membuat tim Anda lebih kompak karena seperti hanya ada rekan-rekan Anda di dalam gedung,” ucap All-Star NBA tahun 2020 ini.
Mentalitas Mamba
Di Barat, Booker terlebih dulu menunjukkan kapasitasnya sebagai megabintang baru NBA. Pemain dengan teknik lemparan spesial ini membawa Suns menang dalam dua laga kandang final wilayah, tanpa sosok pemimpin Chris Paul.
Pada gim pertama dia menghasilkan triple double 40 poin, 13 rebound, dan 11 asis. Setelah itu, Booker menyumbang 20 poin, 5 rebound, dan 4 asispada gim kedua. Hebatnya, dia masih memilih bermain meski mengalami patah di bagian hidung pada kuarter ketiga.
Pengaruh dalam tim sekaligus kegigihan Booker membuatnya disandingkan dengan mendiang Kobe Bryant. Pengamat NBA, Stephen A Smith, berkata, Booker bisa menghukum tim lawan dari titik mana saja dalam kondisi apa pun. Dia tidak mengenal rasa takut.
”Saya mengatakannya di televisi nasional. Booker adalah penerus Bryant. Itu sudah resmi. Di gim final pertamanya, dia menghasilkan triple-double dengan berada di setiap sudut lapangan,” sanjung Smith.
Penampilan Booker yang bergaya Bryant sebenarnya bukan sebuah kejutan. Pemain dengan rata-rata 25,6 poin pada musim reguler ini sudah mengidolakan ”Mamba Hitam” sejak kecil.
Bahkan, Booker pernah mendapat hadiah sepatu dari Bryant ketika sang legenda terakhir kali bertandang ke Phoenix pada 2016. Ketika itu, Bryant menuliskan sebuah pesan di sepatu tersebut, ”Jadilah legenda”.
Bersinarnya Booker dan Young dari tim ”kuda hitam” dalam debut playoff adalah fenomena baik untuk NBA. Hal ini menandakan gunung es bakat-bakat terpendam yang selama ini belum terlihat karena kebesaran LeBron dan Curry.
Sekarang LeBron (36 tahun) dan Curry (33 tahun) sudah memasuki fase akhir kariernya. NBA tidak perlu khawatir lagi karena pebasket muda seperti Booker dan Young sudah siap mengambil takhta para senior. Terbukti, tanpa LeBron dan Curry musim ini, liga bola basket terbaik sedunia ini ternyata masih baik-baik saja. (AP/AFP)