Inggris berada di jalur yang tepat untuk mengulangi prestasi akbar di Piala Dunia 1966. Serupa dengan capaian 55 tahun silam, ”Tiga Singa” mengakhiri fase grup dengan tidak kemasukan gol dari tiga laga yang dijalani.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, RABU — Inggris selalu identik dengan sepak bola menyerang dan tidak memiliki tradisi panjang sebagai tim yang defensif. Namun, anak asuhan Gareth Southgate menghadirkan sejarah baru dalam capaian di lini pertahanan. Untuk pertama kali dalam 10 kali partisipasi di turnamen antarnegara Eropa, gawang Inggris belum kebobolan ketika memasuki babak gugur. Capaian itu seakan menjadi pelipur lara dari ketajaman lini depan yang masih tumpul karena baru mencetak dua gol.
Catatan itu membangkitkan asa bagi seluruh pendukung Inggris untuk mengejar trofi perdana Piala Eropa. Sebab, dalam partisipasi dua turnamen akbar internasional, yakni Piala Dunia dan Piala Eropa, itu adalah momen kedua ”Tiga Singa” tidak kemasukan gol di fase grup. Momen pertama Inggris mampu menjaga kemurnian gawang di babak penyisihan tercipta pada Piala Dunia 1966.
Adapun Piala Dunia 1966 adalah satu-satunya trofi yang bisa pulang kembali ke ”rumah” sepak bola modern. Kala itu, Inggris, yang dilatih Alf Ramsey, mampu menjaga kemurnian gawang di fase grup dari gempuran Uruguay, Meksiko, dan Perancis. Gawang Inggris baru kemasukan gol ketika menghadapi Portugal di babak semifinal. Perusak catatan gemilang Inggris itu ialah Eusebio, mendiang legenda sepak bola Portugal, yang mencetak gol melalui eksekusi penalti.
Dengan fakta historis itu, harapan publik Inggris untuk melihat Tiga Singa berjaya semakin besar. Apalagi semifinal dan final Piala Eropa 2020, serupa di Piala Dunia 1966, akan dimainkan di Stadion Wembley, London. Tidak hanya itu, Pemerintah Inggris dan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) telah memastikan Wembley bisa terisi hingga sekitar 60.000 penonton di dua fase penentu itu. Jumlah itu setara dengan 70 persen kapasitas Wembley yang mampu menampung hingga 87.000 pendukung.
Keyakinan bahwa Inggris berada di jalur yang tepat untuk meraih gelar Piala Eropa pertama dilontarkan Gary Neville, mantan pemain Manchester United. Menurut Neville, Inggris memang tidak akan mampu tampil dominan ketika menghadapi tim-tim besar Eropa, seperti Perancis, Jerman, atau Spanyol. Namun, penampilan kolektif Inggris adalah kunci untuk meraih kesuksesan di Piala Eropa edisi kali ini.
”Saya secara jujur berpikir kami berpeluang menjadi juara dengan cara bermain seperti saat ini. Tampil solid dan kokoh di belakang untuk melindungi gawang dari ancaman lawan serta menciptakan momen individu luar biasa untuk membongkar pertahanan lawan,” ucap Neville, yang mencatatkan 87 penampilan bersama Inggris, kepada ITV Sport.
Saya secara jujur berpikir kami berpeluang menjadi juara dengan cara bermain seperti saat ini. Tampil solid dan kokoh di belakang untuk melindungi gawang dari ancaman lawan.
Sementara itu, Southgate, yang berposisi sebagai bek tengah semasa aktif bermain, memang ingin menghadirkan Inggris dengan wajah berbeda di Piala Eropa 2020. Ia tidak peduli lagi dengan tuntutan permainan menyerang dan terbuka yang selalu identik dengan Inggris di putaran final turnamen antarnegara.
Sebaliknya, Southgate menjadikan lini pertahanan sebagai poros utama permainan Tiga Singa. Pelatih yang telah mencatatkan 57 laga menangani Inggris itu lebih senang anak asuhannya tampil tanpa cela di belakang dan cukup unggul dengan skor minimalis.
Hal itu tecermin dari lima laga terakhir Inggris yang terdiri dari dua pertandingan persahabatan dan tiga laga di Piala Eropa 2020. Dalam kelima pertandingan itu Inggris meraih empat kemenangan dengan skor 1-0, kemudian sekali bermain imbang 0-0 melawan Skotlandia.
Catatan itu jelas berbeda dibandingkan dengan debut turnamen Southgate bersama Inggris di Piala Dunia 2018. Di Rusia, tiga tahun silam, Tiga Singa hanya satu kali tidak kebobolan dari tujuh laga yang dijalani.
”Dalam sesi latihan, kami mengubah berbagai cara bertahan demi menyesuaikan situasi pertandingan. Apresiasi besar saya berikan kepada seluruh pemain karena beradaptasi dengan baik dalam sejumlah situasi ketika kami tidak menguasai bola,” kata Southgate, seperti dikutip ESPN.
Pelatih Ceko Jaroslav Silhavy mengakui kekuatan pertahanan Inggris. Pasalnya, hanya melawan Inggris, Ceko gagal mencetak gol dan cuma menciptakan satu tembakan tepat sasaran.
”Penyelesaian kami memang tidak terlalu baik, tetapi hal itu lebih disebabkan Inggris lebih kuat di aspek (pertahanan) itu,” kata Silhavy.
Adapun dalam tiga laga di Grup D, gawang Inggris hanya menerima lima kali ancaman. Kelima sepakan tepat sasaran yang mengarah ke gawang Tiga Singa mampu diantisipasi oleh kiper Inggris, Jordan Pickford.
Dengan bekal lini pertahanan kokoh itu, Southgate menatap laga babak 16 besar dengan optimistis. Southgate pun tidak mempermasalahkan siapa pun lawan Inggris dari tiga tim yang berpeluang menjadi peringkat kedua Grup F, yaitu Jerman, Portugal, dan Perancis. Laga terakhir Grup F berlangsung Kamis (24/6/2021) dini hari WIB.
”Kami akan menghadapi lawan yang lebih tangguh di fase gugur. Hal baik dari sudut pandang kami adalah tim ini masih terus berkembang, jadi kami tidak akan gentar menghadapi siapa pun,” kata Southgate. Inggris punya bekal lebih di babak 16 besar karena akan tampil di Wembley.
Tuah Sterling
Selain kokoh di belakang, Tiga Singa akan menatap fase gugur dengan berharap tuah Raheem Sterling. Meskipun awalnya tidak diunggulkan sebagai sumber gol utama Inggris, penyerang sayap Manchester City itu menjadi satu-satunya pencetak gol Inggris di babak penyisihan dengan torehan dua gol, termasuk satu gol sundulan ke gawang Ceko pada menit ke-12 pada laga terakhir Grup D, Rabu (23/6/2021) dini hari WIB, di Wembley.
Sepasang gol itu tercipta hanya dari lima tembakan yang diciptakan Sterling. Produktivitas Sterling jauh lebih baik dibandingkan penyerang utama Inggris, Harry Kane. Sama seperti Sterling, Kane juga telah menghasilkan lima tembakan, tetapi ia belum mampu mencatatkan namanya di papan skor pada ajang Piala Eropa 2020.
Selain itu, ketajaman Sterling adalah jaminan bagi kemenangan Inggris. Pasalnya, Sterling telah menciptakan 16 gol dari 12 laga berseragam Inggris. Seluruh laga ketika ia mencetak gol selalu berakhir dengan raihan tiga poin untuk Tiga Singa.
”Kami tahu bahwa di pengujung musim ini ia (Sterling) tidak tampil reguler sebagai pemain inti di klubnya. Kami mungkin mendapat keuntungan dengan kondisi itu, sebab ia terlihat memiliki kondisi fisik yang lebih segar,” ujar Southgate.
Sterling menilai, keberhasilan Inggris memenuhi target memuncaki Grup D merupakan buah dari permainan kolektif seluruh skuad. Ia menyebutkan, penampilan Bukayo Saka dan Jack Grealish dalam laga melawan Ceko membantunya untuk mencetak gol penentu kemenangan.
”Adalah sebuah kesempatan yang brilian untuk memiliki pemain di sekitar Anda yang dapat menciptakan (peluang) gol,” kata Sterling. (AFP)