Belanda datang ke Piala Eropa 2020 sebagai tim bukan unggulan karena gagal menembus Piala Dunia 2018 dan Piala Eropa 2016. Namun, Belanda justru menunjukkan keperkasaannya dan menjadi juara Grup C.
Oleh
Anton Sanjoyo
·3 menit baca
Berangkat ke putaran final Euro 2020 hanya dengan status ”Kuda Hitam”, Belanda membuktikan diri mampu menyejajarkan diri dengan favorit kuat lainnya untuk merebut gelar. Lolos dengan meyakinkan lewat tiga kemenangan di fase grup, pasukan Frank de Boer berupaya menempatkan kembali Belanda di jajaran elite Eropa dan melupakan kegagalan menembus dua ajang utama sebelum ini, Piala Dunia 2018 dan Piala Eropa 2016.
Meski pada masa lalu Belanda dikenal sebagai negeri penggagas ”total football” yang fenomenal, serangkaian kegagalan pada masa silam, terutama di dua final Piala Dunia, membuat mereka mendapat julukan negeri ”nyaris juara”. Sebuah stigma yang sungguh pedih untuk negeri yang pernah melahirkan sejumlah maestro lapangan hijau, Johan Cruyff, Marco van Basten, Ruud Gullit, atau Frank Rijkaard, untuk menyebut beberapa di antaranya.
Apalagi Belanda kini ditangani Frank de Boer, mantan bintang Ajax Amsterdam yang disebut Jose Mourinho sebagai ”pelatih terburuk sepanjang sejarah Liga Inggris”. Mourinho barangkali memang mulutnya tajam, tetapi ada benarnya. De Boer hanya bertahan 77 hari saat melatih klub London, Crystal Palace, sebelum didepak dengan catatan empat laga semua kalah dan tanpa bisa bikin gol. Sebelumnya, saudara kembar Ronald de Boer itu juga hanya bertahan 85 hari melatih Inter Milan.
Tanpa catatan yang juga mengesankan saat menangani klub MLS, Atlanta, memang tidak mengherankan jika banyak kalangan memandangnya sebelah mata saat dia ditunjuk menggantikan Ronald Koeman untuk menukangi Tim Oranye pada November 2020.
Namun, barangkali banyak orang juga lupa. Frank de Boer adalah asisten Bert van Marwijk saat Belanda menebus final Piala Dunia 2010 sebelum kalah tipis 0-1 di tangan Spanyol. ”Frank adalah pilihan terbaik bagi masa depan Belanda. Frank selalu bisa melebur dengan pemain. Namun, pada saat diperlukan, dia bisa juga menjadi bos. Dia juga seorang pelatih yang brilian,” kata Marwijk yang kini menjadi Pelatih Kepala Uni Emirat Arab.
Frank adalah pilihan terbaik bagi masa depan Belanda. Frank selalu bisa melebur dengan pemain. Namun, pada saat diperlukan, dia bisa juga menjadi bos. Dia juga seorang pelatih yang brilian.
Tanpa beban
Status sebagai bukan favorit terbukti membuat pasukan De Boer jauh lebih percaya diri karena tidak ada beban terlampau berat dan harapan terlampau tinggi dari publik Belanda. ”Saya sama sekali tidak merasa ada tekanan,” ujar De Boer kepada BBC selepas kemenangan sulit 3-2 atas Ukraina pada laga pembuka Grup C.
Meski tanpa diperkuat salah satu bek tengah terbaik di dunia, Virgil van Dijk, yang masih dalam masa pemulihan cedera, Belanda melaju ke babak 16 besar dengan penuh gaya berkat dua kemenangan berikutnya melawan Austria dan Makedonia Utara.
Oleh De Boer, tenaga Van Dijk sebagai pemain senior kemudian dimanfaatkan sebagai penasihat tidak resmi di dalam pasukan Oranye. Kepemimpinan Van Dijk yang sukses mengantarkan Liverpool merebut gelar Liga Primer dan Liga Champions dua musim lalu dipergunakan oleh De Boer untuk membuat timnya menjadi solid. Van Dijk juga diminta memberi inspirasi kepada pemain-pemain muda.