Kemenangan pertama Marc Marquez setelah 581 hari di Sachsenring kembali membuka mata para pebalap Honda, terutama Pol Espargaro, bahwa RC213V tetap motor juara. Namun, tidak semua pebalap mampu membaca DNA juara itu.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
CHEMNITZ, SELASA — Marc Marquez telah melewati ujian terberat dalam karier balapnya dengan mengatasi tekanan psikologis selama pemulihan cedera untuk kembali meraih kemenangan di ajang MotoGP. Podium tertinggi di Sachsenring, akhir pekan lalu, yang menjadi kemenangan ke-11 beruntun di semua kelas sejak 2010, bukan hanya menjadi momen sakral bagi Marquez. Kemenangan itu sekaligus membuka mata para pebalap Honda lain bahwa RC213V tidak kehilangan DNA motor juara.
Sejak Marc Marquez cedera retak humerus kanan pada 19 Juli 2020, yang memaksa dia menjalani tiga kali operasi dan pemulihan selama sembilan bulan, Honda kehilangan kemampuan memenangi balapan. Pencapaian terbaik mereka sebelum seri Jerman, akhir pekan lalu, adalah posisi kedua yang diraih oleh Alex Marquez musim lalu saat membela Repsol Honda.
Kehadiran pebalap baru, Pol Espargaro, di tim pabrikan Honda itu musim ini, belum memberikan hasil memuaskan. Dia masih kesulitan menemukan kunci mengendalikan RC213V yang berulang kali dia sebut sebagai motor juara sejak masih di tim pabrikan KTM. Pebalap baru Honda memang selalu mengalami masalah adaptasi karena RC213V sangat tidak mudah dikendalikan.
Banyak pebalap top gagal menemukan DNA juara dalam motor yang sangat liar itu, termasuk Jorge Lorenzo. Motor racikan Honda itu, di era GP500 dan MotoGP, hanya untuk para pebalap dengan talenta istimewa, seperti Valentino Rossi, Casey Stoner, dan Marc Marquez. Ketiga pebalap itu bisa cepat beradaptasi dengan motor dan meraih gelar juara dunia.
Manajer Teknik Honda Racing Coporation (HRC) Takeo Yokoyama pernah menyatakan, pengembangan motor mereka setiap tahun kadang menimbulkan keraguan apakah pebalap mereka, termasuk Marquez, mampu mengendalikan. Namun, Marquez selalu bisa menemukan cara menjinakkan motor hingga Yokoyama menilai pebalap asal Spanyol itu berasal dari planet lain.
Marquez merupakan kartu sakti Honda meraih kemenangan sekaligus menunjukkan arah pengembangan motor. Tanpa juara dunia enam kali MotoGP itu, arah pengembangan kurang revolusioner. Peran besar Marquez memulihkan DNA motor juara terbukti di Sachsenring, akhir pekan lalu
Ini pertama kali saya kehilangan begitu banyak waktu dibandingkan dengan rekan setim saya. Saya pikir tidak pernah dalam hidup saya kalah 14 detik dari rekan setim. Ini membuka mata bahwa saya perlu bekerja lebih keras. (Pol Espargaro)
Marquez yang menggunakan paket aerodinamika baru, serta sasis yang berbeda dengan motor Espargaro serta dua pebalap tim satelit LCR Honda, Takaaki Nakagami dan Alex Marquez, meraih kemenangan brilian. Marquez mampu menemukan gaya membalap yang bisa mengatasi masalah daya cengkeram ban dan bagian depan yang liar untuk meraih kemenangan pertama dalam 581 hari setelah Valencia 2019.
Hanya dalam enam balapan sejak GP Portugal, setelah pulih dari cedera, Marquez bisa mengembalikan DNA motor juara. DNA itulah yang selama ini dicari oleh Pol Espargaro sejak tes pramusim di Qatar. Dalam delapan balapan yang sudah dijalani, Espargaro finis di di posisi 8, 13, gagal finis, 10, 8, 12, gagal finis, dan 10 di Sachsenring.
Mengecewakan
Balapan di Sachsenring sangat mengecewakan bagi Espargaro karena waktu total dia terpaut 14,769 detik dari Marquez. Ini pukulan telak bagi Espargaro yang menjelang awal musim ini optimistis bisa beradaptasi dengan RC213V.
”Ini pertama kali saya kehilangan begitu banyak waktu dibandingkan dengan rekan setim saya. Saya pikir tidak pernah dalam hidup saya kalah 14 detik dari rekan setim. Ini membuka mata bahwa saya perlu bekerja lebih keras,” ujar pebalap asal Spanyol itu dikutip Crash.
Espargaro kini ingin menggunakan motor dengan setelan yang sama dengan Marquez agar bisa membandingkan dan menemukan arah adaptasi yang tepat. ”Mulai saat ini saya berpikir akan merusaha menyalin setelan milik Marc, sasis Marc, karena dia menggunakan yang berbeda dari kami. Saya akan menyalin arah dia. Hingga momen itu (Marquez menang di Jerman), kami tidak terlalu jauh dalam ritme, waktu putaran, tetapi di balapan ini selisihnya sangat tajam,” ungkap Espargaro.
Pesaing Marquez sejak masih balapan di usia muda itu,tetap senang dengan pencapaian Marquez. Hasil itu memberi motivasi ekstra bagi Espargaro untuk bisa beradaptasi dengan cepat. ”Jadi, satu-satunya jalan yang saya lihat adalah meniru setelan dia, motor dia, sasis dia sesegera mungkin, dan kemudian merunut jalur dia, dan sejak momen itu tidak ada lagi alasan (atas hasil buruk). Saya perlu melakukan apa yang dia lakukan, kalau tidak saya terlalu lambat bagi (potensi) motor,” tutur Espargaro.
Kondisi ini menjadi perhatian serius Honda untuk menyediakan motor terbaik bagi semua pebalapnya. Kemenangan Marquez belum menyelesaikan persoalan yang dihadapi tim tersukses di MotoGP itu.
”Kami tahu Marc belum bugar 100 persen, tetapi Sachsenring merupakan hari penting karena kami bisa meraih kemenangan. Meskipun kami tidak yakin masalah kami telah terselesaikan,” ungkap Manajer Tim Repsol Honda Alberto Puig.
”Kami akan bekerja untuk memberi semua pebalap kami, bukan hanya Marc, motor yang paling baik,” ujar Puig yang mengaku tidak berpikir kemenangan Marquez mengubah situasi. ”Kami masih harus menyelesaikan masalah kami dan Marc masih harus melanjutkan pemulihan. Kami akan mengalami naik turun musim ini.”
”Hasil di Sachsenring sangat penting, tetapi ini tidak berarti kami telah menyelesaikan semuanya. Berpikir seperti itu merupakan kesalahan, kami seharusnya berpikir tentang apa yang bisa kami tingkatkan sedikit demi sedikit dan menghadapi pertarungan baru di Assen,” lanjut mantan pebalap GP500 itu.