Lini depan Perancis belum bertaji pada dua laga awal Piala Eropa 2020. Melawan Portugal, Kamis dini hari WIB, skuad ”Les Bleus” berambisi membantu striker Karim Benzema mengakhiri paceklik gol.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
BUDAPEST, SELASA — Pelatih Perancis Didier Deschamps diliputi dilema jelang laga terakhir penyisihan Grup F versus Portugal, Kamis (24/6/2021) pukul 02.00 WIB di Arena Puskas, Budapest, Hongaria. Digadang-gadang memiliki lini depan paling berbahaya dengan trisula Antoine Griezmann, Karim Benzema, dan Kylian Mbappe, produktivitas Perancis justru amat mengecewakan dalam dua laga sebelumnya. Para penyerang ”Les Bleus” baru mencetak satu gol lewat kaki Griezmann.
Padahal, di level klub, ketiga penyerang Perancis itu mengukir statistik menawan. Mbappe mengemas 42 gol dan 11 asis untuk Paris Saint-Germain di semua kompetisi musim 2020-2021. Kemudian, Benzema menjadi pemain paling produktif Real Madrid dengan perolehan 30 gol.
Adapun Griezmann, meskipun tampil inkonsisten, mampu menciptakan 20 gol dan 12 asis di semua ajang bagi Barcelona. Bersama Lionel Messi, ia menjadi pemain Barca yang mampu mengukir digit ganda gol dan asis sepanjang musim lalu.
Akan tetapi, trisula Perancis itu tampil melempem pada laga melawan Jerman dan Hongaria. Saat menghadapi Jerman, mereka hanya membuat dua tembakan. Melawan Hongaria, penampilan mereka lebih baik dengan catatan sembilan peluang secara akumulasi.
Namun, efektivitas serangan mereka amat rendah. Hanya ada tiga tembakan tepat sasaran yang dihasilkan ketiganya, salah satunya berbuah gol oleh Griezmann pada menit ke-66 laga versus Hongaria.
Sorotan pun kini tertuju kepada Benzema. Setelah kembali ke skuad Les Bleus setelah diasingkan sejak Oktober 2015, Benzema gagal menyumbangkan gol pada empat laga terakhirnya. Secara total, Benzema gagal menciptakan satu gol pun dalam 294 menit bersama Perancis. Selain itu, ia juga telah delapan kali tampil di Piala Eropa sejak edisi 2008, tetapi belum pernah mencetak gol.
Namun, Deschamps enggan terlalu ambil pusing dengan penampilan trisula penyerangnya yang belum memenuhi ekspektasi. Ia masih yakin dengan mereka, termasuk Benzema.
”Yang terpenting adalah saya memiliki kepercayaan penuh kepadanya (Benzema), begitu pula semua skuad. Ada kalanya seorang penyerang gagal mencetak gol. Jadi, tidak adil menghakiminya dari sekadar urusan gol,” ucap Deschamps dilansir laman resmi UEFA.
Griezmann pun siap membantu Benzema mengakhiri kemarau gol di Piala Eropa. Ia berkata, semua pemain di timnya akan tetap sabar dan bahu-membahu untuk membantu Benzema menemukan kembali ketajamannya di tim nasional.
”Meskipun butuh mencetak gol, permainan Benzema sangat membantu kami dalam menyerang. Saya yakin, apabila telah mencetak satu gol, ia akan rutin mencetak gol-gol lainnya pada laga selanjutnya,” kata Griezmann yang telah mencetak tujuh gol dalam dua edisi Piala Eropa.
Penyerang berambut pirang itu hanya tertinggal dua gol milik Michel Platini, mantan pemain yang menjadi pencetak gol terbanyak Perancis di turnamen antarnegara Eropa itu.
Legenda Perancis, Robert Pires, menilai, kekuatan terbesar Les Bleus sebetulnya berada di lini tengah, yaitu khususnya lewat duet Paul Pogba dan N’Golo Kante. Mereka berperan penting dalam penampilan pragmatis Perancis ketika melawan tim dengan kualitas setara.
Dalam laga melawan Jerman, contohnya, Perancis hanya mencatatkan 38 persen pengusaan bola dan menciptakan empat tembakan. Adapun Jerman mendominasi laga dengan 62 persen penguasaan bola dan mengkreasi 10 peluang. Meskipun demikian, Perancis tetap unggul 1-0.
”Mbappe dan Benzema adalah dua pemain besar. Namun, kunci permainan Perancis ada di lini tengah. Perpaduan Kante dan Pogba membuat permainan Perancis bisa lebih efektif meskipun membiarkan pemain lawan lebih banyak menguasai bola,” ujar Pires kepada surat kabar Portugal, O Jogo.
Pernyataan Pires cukup beralasan. Les Bleus tidak terkalahkan ketika Pogba dan Kante bermain bersama dalam 29 laga tim itu sejak Maret 2016.
Adapun Portugal akan tampil dengan misi ganda. ”A Selecao” ingin mencari pelampiasan setelah digilas Jerman, 2-4, pada laga sebelumnya. Mereka juga ingin membalas kekalahan dari Perancis di Liga Nasional Eropa. Kekalahan itu membuat Portugal gagal mempertahankan trofi turnamen tersebut.
Joao Moutinho, gelandang Portugal, berkata, timnya telah membuktikan mampu keluar dari periode sulit pada fase grup Piala Eropa Perancis 2016 hingga akhirnya menjadi juara. Maka itu, ia menganggap laga melawan Perancis adalah laga hidup atau mati yang akan menentukan langkah timnya ke babak 16 besar.
”Pertandingan melawan Perancis adalah laga terpenting kami di fase grup. Maka, kami harus memberikan kemampuan terbaik, menjaga fokus, dan menciptakan peluang. Perancis memiliki lini depan berbahaya. Akan tetapi, kami juga punya pemain dengan kualitas yang juga tidak kalah,” ucap Moutinho dilansir laman Federasi Sepak Bola Portugal (FPF).
A Selecao sesungguhnya hanya butuh terhindar dari kekalahan saat menghadapi Perancis untuk menyegel tiket ke babak 16 besar. Di sisi lain, Perancis juga sudah memastikan diri melaju ke fase gugur, setidaknya dari jalur peringkat ketiga terbaik.
Kunci permainan Perancis ada di lini tengah. Perpaduan Kante dan Pogba membuat permainan Perancis bisa lebih efektif meskipun lawan lebih banyak menguasai bola.
Meski tugas untuk lolos dari fase grup tidak terlalu sulit, Pelatih Portugal Fernando Santos meminta timnya untuk mengejar kemenangan. Ia mendorong skuadnya agar tampil lebih berani menekan dan berduel satu lawan satu melawan para pemain Perancis.
Menurut dia, penyebab utama timnya kalah dari Jerman adalah kurangnya keberanian untuk beradu fisik dengan para pemain ”Die Mannschaft”.
”Bagaimana bisa Anda bermain di laga besar hanya melakukan dua pelanggaran selama 72 menit? Ini yang harus kami perbaiki. Kami harus lebih berani dan tak segan menekan lawan,” ujar Santos kepada jurnalis Portugal, seperti dikutip laman UEFA. (AFP)