Brace Shaqiri dan hattrick asis Zuber membuktikan Swiss lebih pantas dianggap kuda hitam daripada Turki. Swiss sekarang menggantungkan nasib setelah finis di peringkat ketiga.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BAKU, MINGGU — Tim kuda hitam Swiss belum mau pulang dari gelaran Piala Eropa. Setelah terpuruk akibat kalah telak dari Italia, Swiss bangkit lewat kemenangan perdana di turnamen ini atas Turki. Sepasang golXherdan Shaqiri dan hattrick asis Steven Zuber menjaga asa tim ke 16 besar yang hampir sirna.
Swiss menutup laga terakhir Grup A dengan senyuman. Shaqiri dan kawan-kawan mencuri kemenangan atas Turki, 3-1, dalam laga hidup atau mati di Stadion Olympic Baku, pada Minggu (20/6/2021) WIB.
Laga bertajuk duel kuda hitam ini berlangsung bagai pertandingan tenis. Kedua tim saling membalas serangan dalam tempo yang cepat. Total Swiss menghasilkan 23 tendangan, sementara Turki membalas dengan 19 tendangan.
Hanya, Swiss lebih efektif dalam memanfaatkan peluang lewat formasi 3-4-1-2. Mereka memakai dua striker sekaligus, Seferovic dan Breel Embolo. Turki dengan formasi 4-1-4-1 hanya mengandalkan striker tunggal, Burak Yilmaz.
”Kami bereaksi setelah kekalahan dari 0-3 dari Italia. Kami bermain sebagai kesatuan unit hari ini. Hal itu sangat krusial untuk melawan Turki. Tim ini punya kualitas bagus, dan kami membuktikannya dengan membuat banyak peluang tadi,” kata Shaqiri seusai laga.
Shaqiri mencetak dua gol penting dalam laga ini. Gol pertama Shaqiri pada menit ke-26 menjadi gol kedua bagi Swiss. Sebelumnya, Swiss sudah unggul satu gol melalui kaki Haris Seferovic pada menit keenam. Shaqiri yang juga menjadi penyerang asal Liverpool itu menciptakan gol indah dengan tendangan jarak jauh lewat kaki kanan, kaki lemahnya.
Turki sempat bangkit pada babak kedua dengan gol balasan dari gelandang Irvan Kahveci. Namun, lagi-lagi Shaqiri memperlebar keunggulan Swiss lewat tendangan keras dari dalam kotak penalti, 3-1. Gol tersebut memutus momentum tim lawan.
Permainan spesial juga ditunjukkan gelandang kiri Swiss, Zuber. Dia menjadi kreator tim dari sisi sayap. Umpan-umpan manisnya berbuah tiga asis dalam laga ini, termasuk untuk gol pembuka dari penyerang Haris Seferovic.
”Kami telah melakukan apa yang kami bisa dalam laga ini. Saya puas dengan kemenangan dua gol ini, meskipun agak kecewa karena sempat kebobolan. Sekarang kami hanya tinggal menunggu dan melihat apa yang akan terjadi,” lanjut Shaqiri.
Swiss mengakhiri perjalanan dalam Grup A dengan finis di peringkat ketiga. Mereka mengoleksi 4 poin, sama dengan Wales yang dikalahkan Italia pada saat bersamaan. Hanya, Wales menduduki peringkat kedua karena unggul dalam selisih gol.
Karena itu, tim asuhan pelatih Vladimir Petkovic masih harus menunggu hasil dari grup lain. Adapun empat dari enam tim peringkat ketiga terbaik bisa lolos ke 16 besar dalam gelaran kali ini.
Faktor penentu utamanya adalah poin tim peringkat ketiga di setiap grup. Jika poin sama, selisih gol dan agresivitas gol akan menjadi penentu berikutnya. Swiss kurang baik dalam penghitungan selisih gol (-1).
Petkovic sangat puas dengan performa anak asuhnya. Sang pelatih menilai seharusnya para pemain bisa menunjukkan permainan ini sejak laga pertama melawan Wales. Sayangnya, karakter sebenarnya tim ini baru bisa keluar pada laga pamungkas.
”Target kami adalah lolos ke babak 16 besar. Tim melakukan hal yang dibutuhkan hari ini dengan sangat baik. Tentunya kami kecewa karena harus finis di peringkat ketiga. Kami hanya harus menunggu dan melihat apa yang akan terjadi,” ujarnya.
Target kami adalah lolos ke babak 16 besar. Tim melakukan hal yang dibutuhkan hari ini dengan sangat baik.
Di sisi lain, kekecewaan melanda skuad Turki. Mereka keluar dari turnamen tanpa satu poin pun. Tim ”kuda hitam” yang diprediksi akan mengejutkan ini ternyata berakhir sebagai juru kunci dengan tiga kekalahan.
Pelatih Turki Senol Guenes menyadari timnya tidak cukup baik dalam gelaran ini. ”Laga pertama (kalah dari Italia) memberikan dampak besar pada pemain. Itu hal yang lumrah terjadi. Namun, pemain ini masih akan bermain untuk Turki untuk tahun-tahun ke depan. Mereka akan lebih sukses,” tuturnya.
Yilmaz, kapten Turki, justru menilai skuadnya tenggelam dalam ekspektasi. Salah satu tim termuda di Piala Eropa ini, rata-rata 24,9 tahun, belum mampu mengatasi tekanan besar dalam turnamen.
”Kami tidak mampu mengatasi tekanan bermain di turnamen yang sangat besar ini. Kami memang lolos dari kualifikasi, juga bermain baik di kualifikasi Piala Dunia. Namun, kami memang masih perlu belajar dari turnamen seperti ini. Ini adalah pelajaran yang akan kami ingat,” kata pemain tertua (35 tahun) dalam tim tersebut. (AP/AFP)