Siapa juara Piala Eropa 2020 nanti ibarat Kuil Pantheon di Roma, Italia, yang keberadaannya penuh misteri. Di sela-sela menunggu laga Piala Eropa, saya mengunjungi salah satu bangunan tertua di Roma itu.
Oleh
Agnandito Dwirana Moradeo dari Roma, Italia
·3 menit baca
Pertandingan sepak bola Grup A Piala Eropa di Stadion Olimpico, Roma, Italia, tidak setiap hari dimainkan. Ada jeda beberapa hari setiap pertandingan yang dimainkan dalam fase penyisihan grup gelaran sepak bola di ”kota abadi” ini. Kebosanan dalam menunggu datangnya hari pertandingan pun datang menyergap.
Untungnya, ibu kota Italia itu adalah kota yang sangat memesona dan memiliki banyak hal menarik yang bisa dikunjungi. Untuk ”membunuh” waktu, sambil menunggu pertandingan tim nasional Italia versus Wales yang akan disaksikan langsung di Olimpico, malam nanti, saya mengunjungi beberapa lokasi wisata yang menarik di kota ini.
Sangat banyak cagar budaya dan bangunan kaya sejarah yang berdiri di kota yang dulu menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Romawi yang termasyhur. Sejumlah landmark yang menjadi ciri khas kota yang berdiri sejak tahun 753 SM ini antara lain Basilika Santo Petrus di Kota Suci Vatikan, Koloseum Roma, Air Mancur Trevi, dan tidak lupa juga adalah Kuil Pantheon.
Pada Sabtu (19/6/2021), saya mengunjungi Pantheon. Bangunan kuno itu berada tidak jauh dengan zona fans Piala Eropa 2020 di Piazza del Popolo, yaitu bisa ditempuh 15 menit dengan berjalan kaki. Pantheon merupakan kuil pada masa Romawi kuno yang sudah berdiri, paling tidak dengan bentuk yang saat ini, semenjak tahun 126 M.
Dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Hadrianus, Phanteon pada awalnya dibangun dengan tujuan sebagai tempat untuk masyarakat dari berbagai macam kepercayaan bisa datang dan menyembah dewa-dewi mereka. Nama Phanteon berasal dari kata Yunani, yaitu ”pan” yang bisa berarti ”semua” dan ”theon” yang berarti ”dewa”. Jadi, Pantheon bisa diartikan sebagai tempat untuk semua dewa.
Meskipun demikian, hingga kini nama dan tujuan utama dibangunnya Pantheon masih belum bisa dipastikan karena kurangnya catatan yang tertulis. Namun, yang pasti, bangunan ini sangat mencengangkan. Begitu memasuki bagian dalam Pantheon, kita akan disambut kubah besar dengan lubang ventilasi cahaya bulat di ujungnya yang konon menandakan ”surga” pada masa lalu.
Dalam sejarahnya, Pantheon yang telah berdiri selama ribuan tahun itu telah mengalami alih fungsi. Selama beberapa abad semenjak didirikan, Phanteon difungsikan sebagai kuil bagi kaum pagan (hellenisme) atau penganut animisme. Namun, pada tahun 609, Paus Bonifasius ke-4 mengalihfungsikan Phanteon menjadi sebuah gereja Katolik yang bernama Sancta Maria ad Martyres (Santa Maria dan Para Martir).
Phanteon masih menjadi sebuah gereja Katolik sampai sekarang, di mana misa dan kegiatan ibadah lainnya diadakan secara berkala. Selain menjadi gereja, Phanteon juga merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi beberapa tokoh bersejarah, seperti pelukis dan arsitek Italia yang aktif pada masa Renaisans, Raphael, serta dua raja dari Kerajaan Italia (1861-1946), yaitu Vittorio Emannuele II dan anaknya, Umberto I.
Dalam sejarahnya, Pantheon yang telah berdiri selama ribuan tahun itu telah mengalami alih fungsi.
Pada hari ini, Pantheon tetap menjadi bangunan yang menarik banyak perhatian pengunjung kota Roma. Bagi orang-orang yang datang ke Roma untuk berwisata dan menonton pertandingan sepak bola, Phanteon menjadi salah satu tempat menghabiskan waktu.
Seperti halnya Pantheon yang menarik dan misterius, pergelaran Piala Eropa 2020 hingga saat ini berjalan dengan senit dan menarik. Tim mana yang akan menjadi juara nanti pun masih menjadi sebuah tanda tanya besar.