Menanti Senjata Rahasia Spanyol untuk Menaklukkan Polandia
Spanyol butuh mengembalikan senjata rahasianya, yakni mencetak gol dari lini kedua atau gelandang untuk memecah kebutuan penyerangnya. Itu yang mesti dilakukan jika mereka ingin melaju jauh di Piala Eropa 2020.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
SEVILLA, JUMAT – Di era emas medio 2008-2012, Spanyol memiliki gelandang bernaluri gol tinggi yang memecah kebuntuan kala penyerang mengalami paceklik. Itulah jawaban untuk lini depan Spanyol yang tumpul, meskipun mendominasi laga yang berakhir 0-0 dengan Swedia pada laga pembuka Grup E Piala Eropa 2020 di Stadion De La Cartuja, Sevilla, Spanyol, Selasa (15/6/2021). Ruh permainan itu pula yang bisa menjadi kunci menaklukan Polandia dalam laga kedua, Minggu (20/6).
Gol adalah tanggung jawab semua pemain. Dalam tim, kita semua bertahan dan kita semua menyerang.
”Gol adalah tanggung jawab semua pemain. Dalam tim, kita semua bertahan dan kita semua menyerang,” ujar gelandang Pablo Sarabia, menjawab kritik penampilan penyerang Alvaro Morata yang gagal mencetak gol dalam laga kontra Swedia seperti dikutip laman resmi UEFA, Kamis (17/6).
Surat kabar nasional Spanyol, Marca sempat mewawancarai pegulat Amerika Serikat yang mengidolakan timnas Spanyol, Rey Mysterio sebelum dirinya menghadapi pegulat Roman Reigns dalam WWE Universal Championship, Jumat (18/6). Ketika ditanya mengenai harapannya untuk Spanyol di Piala Eropa, pegulat yang biasa menggunakan topeng itu berharap tim Matador bertarung memakai topeng untuk meraih kemenangan. ”Saya berharap yang terbaik untuk tim Spanyol. Mereka harus mengenakan topeng untuk menang,” katanya.
Tidak ada penjelasan menggenai pernyataan tersebut. Namun, topeng untuk Spanyol boleh jadi bukan dalam makna sesungguhnya. Topeng yang dimaksud mungkin saja agar Spanyol bermain dengan wajah berbeda, terutama untuk mengatasi kebuntuan gol.
Berkaca dari era emas saat secara beruntun meraih trofi Piala Eropa 2008 Austria-Swiss, Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, dan Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina, skuad "La Furia Roja" memiliki para gelandang berinsting gol tinggi. Pelatih Spanyol pada Piala Eropa 2008, Luis Aragones meminta duet gelandang Xavi Hernandez dan Andres Iniesta untuk mencetak gol.
Hal itu diteruskan oleh pelatih selanjutnya, Vicente del Bosque. Pelatih legendaris asal Salamanca, Spanyol itu mengandalkan Xavi, Iniesta, Cesc Fabregas, dan Xabi Alonso sebagai solusi gol di Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Bahkan, pada Piala Eropa 2012, pelatih yang kini berusia 70 tahun itu tidak memiliki penyerang murni di timnya.
Itu yang tidak ditunjukkan oleh Spanyol kala bertemu Swedia. Apalagi tim berjersei merah-kuning ini tidak memiliki gelandang-gelandang bernaluri gol. Dari sembilan gelandang yang ada di skuad sekarang, hanya enam pemain yang pernah mencetak gol untuk timnas dan yang terbanyak, yakni Dani Olmo dengan 3 gol dari 12 laga, Sergio Busquets dengan 2 gol dari 123 gol, serta Thiago Alcantara dengan 2 gol dari 43 laga.
Secara keseluruhan, menurut Marca per 18 Juni, jumlah koleksi gol semua pemain Spanyol kali ini paling minim di antara tim-tim unggulan lainnya, yakni 70 gol. Itu jauh di bawah Perancis dengan 106 gol, Portugal (97 gol), Italia (82 gol), Jerman (82 gol), dan Inggris (82 gol). Mereka cuma unggul atas Belgia (66 gol) dan Belanda (65 gol).
Bahkan, grafik gol semua pemain pengoleksi tiga trofi Piala Eropa dan satu trofi Piala Dunia itu kalah dibanding Polandia dengan 81 gol. Sebagian besar gol Polandia lahir dari striker sekaligus kapten timnya, Robert Lewandowski dengan 66 gol dari 120 laga.
Sarabia tampaknya menyadari fenomena tersebut. Maka itu, pemain Paris Saint-Germain itu berharap tim asuhan pelatih Luis Enrique ini bisa menemukan kembali gaya bermain tradisional yang menjadi ciri khas mereka beberapa tahun sebelumnya tersebut. Jika tidak, mereka bisa kesulitan mengarungi Piala Eropa ini, terutama ketika berjumpa lawan yang bermain "parkir bus" atau bertahan total seperti Swedia.
Selain Swedia, Polandia berpotensi menerapkan strategi "parkir bus" serupa. ”Sangat sulit melawan tim yang menempatkan 11 pemain di setengah lapangannya sendiri (seperti Swedia). Kami rasa Polandia akan memainkan pertahanan yang dalam seperti itu. Kalau begitu, kami patut menghasilkan kinerja yang baik berdasarkan pergerakan bola dengan cepat dari setiap sisi guna menciptakan ruang dan peluang mencetak gol,” tegas pemain berusia 29 tahun itu di laman UEFA.
Waspadai ledakan Lewandowski
Di tengah upaya mencari gol, Spanyol tidak boleh melupakan pertahanan. Apalagi Polandia memiliki Lewandowski yang notabene penyerang terbaik Eropa saat ini atau peraih gelar Golden Shoe Eropa dengan 41 gol dari 29 laga bersama Bayern Munchen di Liga Jerman 2020/2021. Pasca gagal mencetak gol saat kalah 1-2 dari Slovakia di laga perdana, pemain berusia 32 tahun itu berpeluang meledak ketika menghadapi Spanyol.
Tak heran, pemain belakang Spanyol bersiap untuk mematikan Lewandowski. Bek Aymeric Laporte dilansir Marca, Jumat, mengatakan, Lewandowski merupakan striker top dunia yang bisa membuat masalah di lini pertahanan. Untuk itu, semua pemain Spanyol wajib sangat fokus mengawal penyerang kelahiran Warsawa, Polandia, 21 Agustus 1988 tersebut. ”Kami harus memakan Lewandowski. Dia bisa melakukan hal-hal kecil yang berbahaya,” tutur pemain Manchester City itu.
Bek Polandia Jan Bednarek menyampaikan, timnya terus menumbuhkan kepercayaan diri setelah takluk dari Slovakia. Sekarang, tujuannya mereka hanya meraih kemenangan, termasuk atas Spanyol. ”Jika ada pemain yang tidak siap untuk merebut kemenangan, pemain itu lebih baik tinggal di pusat latihan,” ujarnya di laman UEFA.
Jelang menghadapi Spanyol, Bednarek memastikan, timnya bakal bermain terbuka untuk mencuri tiga poin. ”Kami ingin membuat penggemar dan keluarga kami bahagia. Kami wajib bermain agresif untuk melawan Spanyol. Kami tidak boleh memberikan mereka kesempatan,” pungkas pemain Southampton tersebut. (AFP/REUTERS)