Spanyol Tumpul Bukan karena Absennya Pemain Real Madrid
Pelatih tim nasional Spanyol Luis Enrique dikecam karena tidak memanggil satu pun pemain Real Madrid ke dalam skuadnya. Namun, masalah utama Spanyol ialah ketiadaan penyerang murni, bukan absennya pemain Real Madrid.
Oleh
Anton Sanjoyo
·4 menit baca
Sebenarnya tidak ada yang terlalu mengejutkan dari hasil laga antara Spanyol dan Swedia yang berakhir imbang tanpa gol. Kecuali statistik yang timpang memihak Spanyol. Satu poin bagi ”La Furia Roja”, mereka sudah sangat maksimal dari persiapan sebuah tim nasional yang paling menderita akibat badai pandemi Covid-19.
Spanyol, empat kali juara Eropa, hanya mampu mencetak lima shot on target dengan hanya satu tendangan yang sungguh menjadi sebuah peluang emas dalam laga perdana Grup E di Estadio de la Cartuja, Sevilla, Selasa (15/6/2021) dini hari WIB.
Acungan jempol juga harus diberikan kepada ”keras kepalanya” barisan pertahanan Swedia yang menumpuk delapan pemain di sekitar kotak penalti untuk meredam passing game dan tekanan berat barisan serang Spanyol. Kiper Robin Olsen dan bek tengah Victor Lindelof merupakan dua figur yang menjadi kunci sukses pada skema ”parkir bus” Swedia.
Terlepas dari hasil ”buruk” pasukan Luis Enrique, harus diakui Spanyol kali ini memang jauh berbeda dengan kelompok pemain yang sukses merebut gelar juara Eropa 2008 dan 2012. Dengan materi yang kurang lebih sama, negara surganya sepak bola indah ini juga merebut Piala Dunia 2010. Bermaterikan nama-nama legendaris, seperti Iker Casillas, Carles Puyol, Sergio Ramos, Xavi Hernandez, Xabi Alonso, Cesc Fabregas, Andres Iniesta, dan Fernando Torres, Spanyol merajai Eropa dan dunia lewat gaya tiki-taka dan ketajaman di lini depan.
Namun, sejalan dengan waktu, kejayaan ”Generasi Berlian” Spanyol ini pun berlalu dan kini hanya tinggal menyisakan Sergio Ramos yang menua dan rentan cedera. Berbekal kumpulan pemain yang seolah kehilangan jati diri, Spanyol gagal lolos dari babak grup di Piala Dunia 2014, sebelum hanya mampu mencapai babak 16 besar di Euro 2016 dan Piala Dunia 2018.
Sergio Ramos (35 tahun) kemudian menjadi sentral perhatian media setempat setelah tidak dimasukkan Enrique dalam susunan akhir timnya jelang kick off Euro 2020. Keputusan Enrique sebenarnya gampang dipahami karena Ramos, meski menjadi maestro di lini belakang dan sarat pengalaman sebagai juara, tidak banyak tampil pada paruh musim 2021. Cedera berulang juga menjadi kendala serius bagi kapten dan ”palang pintu” Real Madrid tersebut.
Ramos kemudian menjadi ”lubang” bagi media Spanyol untuk mengecam Enrique yang tidak memilih satu pun pemain Real Madrid dalam 24 nama skuadnya. Pelatih yang pernah bermain untuk dua klub musuh bebuyutan, Real Madrid dan Barcelona, itu justru memilih sekelompok pemain muda yang dinilainya bakal menjadi tulang punggung ”La Furia Roja” pada masa depan.
Prahara Covid-19
Media Spanyol sebenarnya memahami karakter Enrique yang keras dan tidak mau didikte siapa pun. Dia pun bergeming hanya memilih 24 pemain dari kuota 26 yang diperbolehkan federasi sepak bola Eropa, UEFA. ”Semakin banyak pemain, semakin besar potensi ada yang terjangkit Covid,” ujar Enrique saat dicecar media soal entry form by name timnas Spanyol.
Persiapan Spanyol memang boleh dibilang kacau balau. Hanya kurang dari sepekan sebelum pembukaan Euro 2020, kapten Sergio Busquet positif Covid-19, yang memaksa semua anggota tim menjalani isolasi dan gagal melakukan uji tanding terakhir melawan Lituania. Laga melawan Lituania semula akan dibatalkan, tetapi kemudian Spanyol mengirim tim U-21.
Sebelum isu Busquet, hasil seleksi pemain Enrique lebih dulu mendapat kecaman, bukan saja dari media, tetapi juga dari penonton yang mengejek Alvaro Morata saat uji coba menghadapi Portugal.
Morata merupakan figur penyerang tanpa catatan statistik yang mencengangkan, yaitu hanya membukukan 19 gol untuk timnas. Enrique barangkali berharap pemain yang kini berstatus pinjaman di klub Juventus itu akan kembali menemukan irama terbaiknya bersama sejumlah pemain muda yang mendampingi. Namun, saat jumpa Swedia, dia hanya mendapatkan satu kesempatan dan tendangannya tipis melebar dari gawang Olsen.
Secara umum, Spanyol sebenarnya layak memenangi laga ini setelah eksekusi penyerang sayap Dani Olmo yang akhirnya ditepis Olsen dan tendangan first time Koke melambung tinggi. Peluang terbaik Spanyol didapatkan striker Gerard Moreno yang terlambat dimasukkan oleh Enrique. Sundulan dari jarak dekat pemain Villarreal ini masih membentur kaki Olsen.
Menguasai bola selama 80 persen dari waktu pertandingan (ball possession), Spanyol membukukan 419 umpan sukses hanya pada babak pertama. Catatan itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah gelaran pesta Eropa. Problemnya, Spanyol memang kini tidak punya striker murni sekelas Torres atau David Villa yang sudah pensiun dari timnas.
Pilihan pada Morata barangkali memang yang terbaik saat ini, terlepas catatan statistiknya hanya 11 gol di level klub musim lalu. Enrique sempat memasukkan nama Iago Aspas yang mencetak 14 gol musim lalu. Namun, penyerang Celta Vigo ini tergusur di seleksi akhir.
Jadi, problem Enrique bukan pada adanya pemain Real Madrid atau tidak, tetapi pada ketiadaan striker murni kelas dunia. Coba tengok siapa para top scorer tiga besar La Liga. Mereka adalah bintang-bintang berwarga negara non-Spanyol: Luis Suarez (Atletico Madrid/Uruguay), Karim Benzema (Real Madrid/Perancis), dan Lionel Messi (Barcelona/Argentina).