Sachsenring menjadi lahan perburuan yang menyenangkan bagi Marc Marquez, hingga dia merajai MotoGP seri Jerman dengan tujuh kemenangan pada 2013-2019. Namun, pada musim ini, berpotensi muncul penguasa baru Sachsenring.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
HOHENSTEIN-ERNSTTHAL, SELASA — Marc Marquez akan kembali ke Sachsenring, Jerman, akhir pekan ini, sirkuit tempat dia memanen tujuh kemenangan MotoGP sejak 2013. Dominasinya bahkan terentang hingga kelas Moto2 sewaktu dia menang pada 2011, 2012, serta podium tertinggi 125 cc pada 2010.
Namun, musim ini Marquez datang dengan kondisi belum pulih 100 persen dari cedera humerus kanan. Posisinya sebagai ”Raja Sachsenring” pun terancam dikudeta oleh pebalap lain, terutama Fabio Quartararo.
Marquez memasuki akhir pekan ini dengan mentalitas berbeda setelah mengalami benturan realitas dengan tiga kali gagal finis. Pebalap andalan tim Repsol Honda itu terjatuh di Le Mans, Mugello, dan Montmelo dalam tiga balapan terakhir. Dia selalu melakukan kesalahan kecil sehingga kehilangan kendali RC213V. Marquez terkesan terlalu memaksakan menerapkan gaya membalapnya yang sangat agresif, padahal kondisi fisiknya belum cukup kuat untuk mengompensasi manuver motor.
Tiga kali gagal finis membuat Marquez berusaha keras membaca tubuhnya lebih detail lagi. Oleh karena itu, dia memanfaatkan tes di Barcelona-Catalunya pada Senin lalu dengan menyelesaikan 87 putaran, paling banyak di antara pebalap lain. Dia mencoba beberapa paket perbaikan performa, salah satunya aerodinamika, tetapi tidak melakukan time attack. Dia fokus menjalani banyak putaran untuk mengonfirmasi kondisi fisiknya, apakah sudah siap memainkan gaya agresif atau belum.
Tes di Montmelo itu menjadi fondasi penting bagi Marquez untuk mempertahankan takhta di Sachsenring, Minggu (20/6/2021). Selain membaca respons fisiknya saat menjalani banyak putaran, Marquez juga mengasah feeling pengendalian bagian depan serta pengereman keras, yang sering membuat dia kehilangan kendali motor. Di Barcelona, misalnya, dia kehilangan daya cengkeram ban pada tikungan 10 karena tidak bisa berhenti saat melakukan pengereman keras.
Juara dunia enam kali MotoGP itu mengaku mengambil risiko terlalu besar dengan mengikuti Aleix Espargaro (Aprilia) yang menaikkan kecepatan. Namun, dia tidak menyesali itu, karena dia tidak ingin hanya sekadar menghabisan bahan bakar dan ban dengan berada di posisi luar 10 besar.
Dia memilih memacu motornya dan mengambil risiko terjatuh, karena itulah cara Marquez beradaptasi dengan RC213V. Perlu diingat, bagi Marquez beberapa balapan di awal musim ini adalah pramusim, setelah dia absen sembilan bulan akibat cedera lengan atas kanan.
Hasil di Barcelona memang tidak menggembirakan dari sisi hasil, tetapi menguatkan kepercayaan diri Marquez bahwa dia semakin dekat dengan dirinya sebelum cedera. ”Saya seperti Marc yang dulu. Dan bagi saya ini tujuh putaran terbaik tahun ini,” tegas pebalap asal Spanyol itu.
Marquez pun melanjutkan momentum itu dengan menjalani 87 putaran dalam tes di Barcelona. Dia mengulang lagi tujuh putaran saat balapan dengan memacu motor hingga limit, untuk mencari tahu bagaimana menghindari kesalahan yang sama. Adapun pada sesi berikutnya dia fokus menguji daya tahan fisik, terutama otot tangan kanan.
”Saya menderita, tetapi saya memerlukan hari seperti ini saat saya bisa terus mengendarai motor,” ujar Marquez.
Mentalitas baru
Marquez pun menuju Sachsenring dengan mentalitas baru karena dia lebih memahami kondisi tubuhnya serta perilaku motor. ”Setelah tes di Barcelona, sepekan jeda antarbalapan berjalan bagus untuk pemulihan. Dalam tes itu kami mengerjakan banyak hal dan sekarang kami menuju Sachsenring dalam posisi yang berbeda. Semoga tata sirkuit memungkinkan kami menjadi lebih kompetitif dari sisi kondisi fisik. Kita lihat saja seperti apa akhir pekan ini,” ujar Marquez, Selasa (15/6/2021) di laman resmi Honda Racing Corporation.
Saya seperti Marc yang dulu. Dan bagi saya, ini tujuh putaran terbaik tahun ini.
Sachsenring yang pertama kali menggelar Grand Prix sepeda motor pada 1958 merupakan sirkuit yang sempit dengan tikungan-tikungan kecepatan lambat. Tantangan terbesar adalah menemukan racing line yang tepat, terutama untuk memasuki tikungan sehingga bisa keluar dengan mulus dan berakselerasi dengan cepat. Namun, di sirkuit ini juga ada tikungan yang menuntut akselerasi lembut.
Marquez selalu mampu mengoptimalkan RC213V untuk memenangi balapan di Sachsenring pada 2013-2019. Musim lalu, MotoGP tidak berlangsung di sini karena pandemi Covid-19. Pesaing terdekat Marquez di sirkuit sepanjang 3,6 kilometer itu adalah para pebalap Yamaha. Pada 2019, dia dibuntuti oleh Maverick Vinales, sedangkan pada 2018 ada Valentino Rossi dan Vinales.
Musim ini, tim pabrikan Yamaha memiliki andalan baru Fabio Quartararo yang sudah meraih lima pole position serta tiga kemenangan. Quartararo sangat lihai memaksimalkan kekuatan YZR-M1, yaitu pada kecepatan saat menikung. Adaptasi gaya membalapnya pada M1 2021, membuat pebalap berjuluk ”el Diablo” itu mampu mengungguli para pebalap Ducati yang memiliki motor lebih cepat di trek lurus.
Quartararo berpotensi besar mengudeta Marquez sebagai Raja Sachsenring akhir pekan ini. Pemuncak klasemen sementara itu juga menjalani tes yang positif Senin lalu di Barcelona. Dia mencoba setelan baru M1 untuk memperbaiki manuver menikung serta mencoba cakram rem lebih besar untuk seri Austria.
”Saya merasa bagus, seperti saya menjalani balapan akhir pekan, jadi saya menantikan seri Jerman. Saya berusaha memperbaiki gaya membalap di dalam tikungan tempat saya sedikit kesulitan pada akhir pekan lalu. Tetapi jujur, gaya membalap saya sudah cukup bagus. Saya pikir setelan baru yang kami coba sangat bagus,” ungkap Quartararo di laman resmi Monster Energy Yamaha.