Mantan pebulu tangkis nasional Markis Kido berpulang dalam usia 36 tahun. Kepergiannya yang mendadak, saat sedang bermain bulu tangkis, meninggalkan kesedihan mendalam pada komunitas bulu tangkis Indonesia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Hendra Setiawan (kiri) dan Markis Kido berfoto dengan medali emas bulu tangkis ganda putra usai upacara penghormatan pemenang Olimpiade Bejing 2008 di Beijing, 16 Agustus 2008. Kido/Hendra merebut medali emas setelah mengalahkan pasangan tuan rumah, Cai Yun/Fu Haifeng di final.Indonesia kehilangan salah satu atlet terbaik dengan berpulangnya mantan pebulu tangkis nasional Markis Kido. Kido, begitu pebulu tangkis bertubuh gempal ini biasa disapa, adalah salah satu pemain ganda putra terbaik yang memberi “Merah Putih” prestasi hingga tingkat dunia.
Kabar duka itu diterima insan bulu tangkis Indonesia pada Senin (14/6/2021) malam. Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Indonesia, Herry Iman Pierngadi, bercerita, Kido tengah bermain bulu tangkis, antara lain bersama mantan atlet, Candra Wijaya, ketika kolaps.
“Dari cerita Candra, dia terjatuh sedang bermain bulu tangkis dan ketika dibawa ke rumah sakit, sudah tidak ada. Saya berduka cita, dia adalah salah satu atlet bulu tangkis terbaik. Orangnya mudah bergaul dan senang bercanda,” ujar Herry.
Dalam informasi yang disampaikan Candra, antara lain melalui Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI Bambang Roediyanto di Tokyo, Jepang, dikatakan, Kido, Candra, dan beberapa orang lain memiliki jadwal rutin bermain bulu tangkis di GOR Petrolin, Tangerang, Banten, setiap Senin.
“Kido baru main setengah set. Saat pindah tempat 15-8, tiba-tiba saya lihat sudah jatuh dan tidak sadar. Kami membawa dia ke Rumah Sakit Omni Alam Sutra. Selamat jalan Bro Markis Kido. Rest in peace,” kata Candra, peraih medali emas ganda putra Olimpiade Sydney 2000 bersama Tony Gunawan.
Kido, yang lahir di Jakarta, 11 Agustus 1984, bergabung dengan klub Jaya Raya sejak 1998. Dia lalu menjadi atlet pelatnas sejak 2001. Sejak berlatih di klub, Kido dipasangkan dengan Hendra Setiawan, setelah keduanya memulai karier dari nomor tunggal.
Terima kasih sudah berpartner mulai dari nol dan berjuang bersama selama 14 tahun. Terima kasih Kido dan selamat jalan.
“Sebenarnya, setiap bertanding selalu dua nomor, tunggal dan ganda, tetapi lebih sering juara di ganda putra,” tutur Hendra dalam perjumpaan dengan Kompas, setelah menjuarai All England 2014 bersama Mohammad Ahsan
Keduanya sempat berpisah saat Kido dipanggil masuk pelatnas, dan Hendra berpasangan dengan Joko Riyadi di Jaya Raya. Mereka bergabung kembali ketika Hendra menyusul bergabung ke pelatnas pada 2003.
Bersama Hendra, Kido mencapai puncak prestasinya sebagai pebulu tangkis. Mereka berkali-kali mengibarkan bendera Merah Putih di ajang internasional, seperti SEA Games 2003 hingga 2011, Asian Games Guangzhou 2010, hingga puncaknya pada Olimpiade Beijing 2008. Duet itu juga menyabet gelar juara dunia 2007.
Dengan karakter yang humoris, Kido pun bercanda saat berlatih sebelum tampil dalam final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2007 di Kuala Lumpur, Malaysia. “Saya sudah pakai raket yang sama seperti Lin Dan. Doakan bisa jadi juara dunia seperti dia juga ya, mbak,” ujar Kido, sehari sebelum final.
Kido/Hendra pun akhirnya mewujudkan cita-cita mereka dengan menjadi juara dunia setelah mengalahkan Lee Yong-dae/Jung Jae-sung (Korea Selatan) di final. Jung meninggal dunia pada 2018.
Atlet-atlet bulu tangkis pun menyampaikan duka mendalam melalui media sosial atas kepergian rekan mereka. “Ikut berduka cita yang sangat mendalam buat salah satu partner terbaik saya dalam suka maupun duka. Dia salah satu pemain yang luar biasa dan sangat bertalenta. Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih karena sudah menjadi partner yang sangat baik buat saya, dalam waktu menang ataupun kalah. Terima kasih sudah berpartner mulai dari nol dan berjuang bersama selama 14 tahun. Terima kasih Kido dan selamat jalan,” ujar Hendra.
Peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Liliyana “Butet” Natsir bercerita tentang kenangannya berpartner bersama pemain yang dikenal dengan loncatan tinggi dan pukulan keras saat smes itu. “Pertama kali ikut kejuaraan internasional, Kejuaraan Asia Yunior, main ganda campuran sama lu bro, dan kita juara. Semoga Uda Kido ditempatkan yang terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhalasan. Amiin,” tulis Butet dalam akun Instagram-nya.
Kido adalah anak kedua dari empat bersaudara dari Yul Asteria dan Djumharbey Anwar (alm). Kedua adiknya, Bona Septano dan Pia Zebadiah Bernadeth, turut menjadi pebulu tangkis nasional. Hanya kakak mereka, Ika Novi Taria, yang tak ikut menjadi atlet pelatnas Cipayung. Selain ibu dan ketiga saudaranya, Kido meninggalkan seorang istri dan dua anak perempuan. Senin, pukul 09.54, Kido memasang status Whatsapp berisi video salah satu putrinya.
Saat Kompas berkunjung ke rumahnya di kawasan Bekasi pada 2010, Kido memperlihatkan berbagai piala tanda juara, tak hanya dari bulu tangkis, melainkan juga dari renang, catur, hingga sepatu roda.
Oleh ibunya, Kido diikutkan berbagai kursus di masa kecil, mulai dari olahraga hingga seni. Dia piawai bermain piano dan sempat memainkannya. Dengan piano yang dibeli ibunya ketika Kido berusia 12 tahun itu, dia membawakan beberapa potongan lagu dari Krisdayanti, sambil tak lepas dari canda.
Kini, sosok atlet terbaik, rendah hati, dan humoris itu telah berpulang. Terima kasih dan selama jalan, Kido…